Bab 8

6 2 0
                                    

Anyeong chingudeul 👋👋

semoga suka ya, sama ceritanya maaf jika ceritanya kurang bagus, karena ini cerita pertama ku  😊

jangan lupa vote dan komen sebagai dukungan 😉

Kicauan burung dan hangatnya sinar matahari yang menelusup memasuki jendela kedalam kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kicauan burung dan hangatnya sinar matahari yang menelusup memasuki jendela kedalam kamar. Pemiliknya masih pulas dalam mimpi dan bersembunyi dalam balutan selimut tebal berwarna putih.Seseorang membuka pintu kamar dan berhenti dipintu, manik mata coklat menatap lurus pada Faira yang masih pulas.

"bocah kalo gak di siram air nggak bakalan bangun" monolognya. Lelaki yang tak lain adalah Clay itu berjalan mendekat pada kasur adeknya, tak segan segan ia mencubit hidung adiknya dengan keras hingga Faira kehabisan napas sehingga langsung membelalakkan matanya, sepontan tamparan mendarat dengan mulus di pipi kiri Clay membuat sang empu langsung melepat tangannya dari hidung Faira berganti mengelus pipinya yang berubah merah akibat tamparan.

"lo mau bunuh gue kak?! kalo gue mati gimana?"cicit Faira.

Clay menatap dengan mengerutkan dahi. "nggak gue buat mati juga lo kalo tidur udah persis orang mati" tikas Clay. "lihat, jam berapa sekarang?" tangan Clay menunjuk pada jam dinding kame itu. Faira melihat jam menujukkan pukul dan sekarang terlihat jarum panjang menuju pada angka 10, dan jarum pendek tertuju pada angka 5, itu artinya sekarang jam 5.50.  

"iye, udah pergi lu sono! keluar nggak!" Faira bangkit dari kasur, mendorong tubuh tegap Clay untuk keluar dan meninggallkan kamarnya.

"awas lu telat berangkat sekolah lagi, elu yang susah bangun kaya kebo"

"bawel banget gua punya abang, elahh" Faira mendorong tubuh Clay hingga keluar pintu lalu membating pintunya cukup keras.

Meja makan dengan kehangatan yang selalu terasa setiap waktu makan tiba, keluarga Faira merupakan keluarga cemara, sesibuk apapun mereka, pasti akan meluangkan waktu untuk sekedar berkumpul dan berbagi cerita hari mereka. Walaupun Clay dan Faira setiap hari selalu ribut, itu adalah cara mereka mengungkapkan kasih sayang, katanya. Kini sudah berkumpul sumua di meja makan kecuali Faira, dia selalu terlambat dalam hal sarapan. Anak itu datang  berlari menuruni anak tangga dengan kancing atas seragamnya yang belum terpasang dan sabuk yang belum rapi.

Vera dan Adin melihat kalakuan putri keduanya hanya menghembuskan napas pasrah. Selalu ada saja tingkahnya yang di buatnya. 

"Fairaa, hati hati. Itu seragam kamu belum bener, sabuk kamu juga, besok lagi bangun lebih awal biar nggak keburu-beru seperti ini" tutur Adin menatap lembut putrinya sambil mengoles selai pada rotinya.

"siapp pa"uacap Faira dengan mantap dengan memberikan hormat.

"lo mah, dari dulu iya-iya aja, siap-siap doang, kaga perubahan" cibir Clay mengomentari.

Faira hanya mengerucutkan bibir "nye nye nye. Diem lo" ia lanjut meneguk habis susu di gelas nya. 

"kamu ada jadwal nggak Cley? hari ini?" tanya Anya pada putranya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 14 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

be mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang