Jakehoon
Cerita kasar tentang Sunghoon si pemuda manis yang dijual ayahnya untuk melunasi hutang ayahnya kepada pengusaha sukses, Jake Shim.
Sunghoon berharap bintang kecilnya selalu bersinar terang menemaninya tak peduli seberapa banyak luka yang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
happy reading!
...
Lelaki manis itu terus menggigit kukunya, nomor antrian yang ia genggam mulai kusut dan basah. Matanya bergilir gelisah melihat orang-orang disekitarnya. Napasnya hampir tercekat ketika ada tangan yang tertaut menggenggamnya.
Sunghoon menggigit kukunya lebih dalam. Suara gaduh di ruang tunggu rumah sakit seolah tak terdengar oleh telinganya. Nomor antrian di tangannya semakin kusut, bekas air mata menandai sisi kertas itu, namun matanya tak bisa berhenti bergerak, menelusuri orang-orang yang datang dan pergi. Jantungnya berdebar kencang meskipun dia berusaha tetap tenang, perasaan cemas dan ketakutan menyelimutinya dengan cepat.
Jake yang duduk di sampingnya merasakan ketegangan yang memancar dari tubuh Sunghoon. Pria itu menggapai tangan Sunghoon yang gemetar dan menggenggamnya dengan lembut. Sentuhan itu seperti menenangkan Sunghoon, meskipun rasa takut tetap tak bisa hilang.
"Aku bersamamu." suara lembut Jake penuh perhatian dengan sopan melewati rungunya.
Sunghoon menggelengkan kepala pelan, seolah mencoba menghindari kenyataan yang sedang menantinya. "Aku takut... Aku takut kalau... kalau ada yang salah dengan aku," jawabnya, suaranya nyaris berbisik.
Jake menatapnya dengan serius, lalu memeluknya dengan erat. "Apapun yang terjadi, aku di sini untukmu, Jangan khawatir."
Sunghoon tak mampu berkata lagi. Hanya bisa merasakan kehangatan Jake yang seakan memberi sedikit ketenangan di tengah badai yang bergemuruh dalam dirinya. Mereka berdua terdiam, hanya menunggu giliran untuk masuk ke ruang pemeriksaan.
Tak lama kemudian, nama Sunghoon dipanggil. Dengan napas yang sedikit tercekat, Sunghoon berdiri dan diikuti oleh Jake yang tak pernah melepaskan tangannya. Mereka berjalan menuju ruang dokter dengan langkah yang berat, namun ada secercah harapan di sana.
Dokter yang menyambut mereka tampak tenang. Seorang wanita dengan kacamata tebal dan senyum yang ramah. Ia mempersilakan Sunghoon untuk duduk di meja pemeriksaan.
"Jadi, Nyonya Shim, ada keluhan apa yang membuatmu datang ke sini?" tanya dokter dengan nada yang tenang.
Sunghoon menunduk, menggigit bibirnya sebelum akhirnya membuka suara. "Aku merasa ada yang aneh... tubuhku merasa lelah, mual, dan beberapa waktu terakhir aku merasa sedikit... berbeda."
Dokter itu mengangguk paham. "Baiklah, mari kita periksa lebih lanjut."
Pemeriksaan demi pemeriksaan dilakukan, dari tes darah hingga pemeriksaan fisik yang membuat Sunghoon semakin gelisah. Wajah Jake di sampingnya semakin serius, namun ia berusaha untuk tetap sabar, menunggu hasil sembari menerka-nerka.