Hallo Readers Setia! Maaf baru update sekarang, kemaren-kemaren sibuk(?) Trus juga belom dapet idehh maaf juga kalo di part kali ini gajelas atau gimana huhuuh
HAPPY EID MUBARAK EVERYONE! Minal Aidzin Wal Faidzin, maaf lahir batin. Maaf telat ngucapin xoxo.
Oke, abaikan:v
ENJOY!
AUTHOR POV
BRUK!
Kecerobohan Nindy lagi-lagi terulang, ia menabrak seseorang. Ia tersungkur ke lantai, sementara orang yang ia tabrak kini sedang merintih kesakitan sambil memegangi bahu kirinya. Sontak, orang-orang yang sedang duduk menunggu di ruang tunggu itu menoleh dan memberi tatapan tajam, seolah bertanya-tanya apa yang baru saja terjadi.
Pikirannya masih kacau karena Iqbaal, itu sebabnya ia tidak terlalu memperhatikan jalan di depannya. Pandangannya hanya melamun ke bawah, membiarkan sepasang kaki itu melangkah ke manapun mereka suka.
Selepas tabrakan itu, tangan dan kaki Nindy kembali melemas. Ia masih berlutut di lantai dengan kedua tangan menopang tubuh, masih tak kuat untuk bangkit. Seseorang yang ditabraknya juga masih diam. Sesekali mulutnya terbuka, mengerang kesakitan tanpa bersuara.
Keduanya diam mematung, sama-sama egois untuk sekadar mengucapkan kata maaf. Beberapa menit mereka dihinggapi hening, sebelum akhirnya Nindy duluan yang membuka suara, hendak meminta maaf. Dari celah-celah rambut yang menutupi wajahnya, Nindy tahu jika dia seorang laki-laki.
"Ma-"
"Kalau jalan hati-hati!" ucap laki-laki itu ketus sambil berusaha bangkit.
"I-iya,"
Nindy juga ikut bangkit, ia menegakkan kepala dan menyibak rambutnya ke belakang. Laki-laki tadi juga sama, ia masih menunduk sembari mengusap-usap pakaiannya yang sepertinya kotor karena terjatuh tadi.
"Bikin repot aja, sih," ia menggerutu kesal. Dan saat itu juga kepalanya terangkat. Pandangannya langsung bertemu dengan mata Nindy di hadapannya.
Seketika tubuh Nindy kembali melemas. Ia tidak tahu sudah berapa kali ia merasa sangat lemas secara mendadak hari ini. Tetapi, bukan hanya lemas, melainkan juga terkejut. Namun yang pasti, ia tahu jika terlalu banyak terkejut pasti tidak baik untuk kesehatannya. Sepertinya ia harus segera memeriksakan jantungnya setelah ini.
Alvaro Maldini Siregar adalah personel CJR. Sahabat Iqbaal sekaligus idolanya kini sedang berdiri di hadapannya. Walau wajahnya terlihat sangat kusut, tetapi sumpah, Nindy mengaku jika laki-laki itu masih sangat tampan. Tangan kanannya terangkat, memegangi bahu kirinya. Saat itu juga mulutnya kembali terbuka, mengeluarkan erangan yang kini disertai suara. Tentu bahu kirinya terasa sangat sakit sekarang. Pasalnya, mereka bertabrakan cukup keras tadi.
Nindy memandang Aldi dengan tatapan was-was. Ia menunggu laki-laki itu bereaksi duluan.
Sudah dua kali, Nindy mendapat kesempatan bertemu idolanya dengan masalah yang lebih dulu datang. Pertama, ia bertemu Iqbaal karena kecelakaan Fakhri, dan kedua, ia bertemu Aldi karena mereka bertabrakan. Ya Tuhan, setelah ini apa lagi?
Aldi masih diam. Ia kemudian membalikkan tubuh dengan tidak acuh dan berjalan menjauh. Tetapi, belum jauh ia melangkah, Nindy mengejarnya dan menyapanya ramah.
"Di, mau ngejenguk Iqbaal ya?"
"Itu bukan urusanmu, kan?"
Nindy diam mematung. Ternyata Aldi yang biasa dilihatnya lewat layar kaca televisi sangat berbeda jauh dengan yang sedang berdiri dengan tatapan sinis di hadapannya ini. Entah itu memang sifat aslinya, atau hanya karena efek sakit pada bahu kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choosing You [CJR]
RandomNindy bingung. Entah mengapa kematian kekasihnya malah membuatnya bisa bertemu dengan idolanya sendiri. Terlebih, mereka menjadi sangat dekat setelahnya. Apa ini namanya? Takdir yang kebetulan, eh? -o0o- Ini mungkin hanya kisah biasa. Tentang seoran...