Hallo maafkan kalo nanti atau kapan bakalan jarang update. Tugas sekolah juga lumayan sih trus juga hp lagi rusak. Jadibya gitu agak ngaret tapi, aku bakalan usahain buat kalian xoxoxo *abaikan
Buat dark readers stop dong baca diem-diemnya hargain karya oranglain. Minimal ninggalin vote gitu. Udah susah-susah cari ide, bela-belain pinjem hp gara-gara rusak, tugas masih numpuk dan yg bikin sedih itu lagi unmood buat nulis *curhatabaikan
Okey Enjoy ya! xx
"Aww."
Tiba-tiba Nindy meringis kesakitan. Lengan kanannya yang memang sudah memar lantaran dicengkram Steffi ditambah efek tabrakan dengan Aldi memang sudah sedikit membaik-warna birunya sudah hilang-, namun kini malah jadi membengkak. Rasa sakit pun kembali terasa jika lengannya itu bersentuhan dengan benda-benda lain-termasuk bajunya sendiri. Aldi yang hendak mengambil minum di meja pun menoleh.
"Kenapa, Nin?" tanya Aldi sembari memperhatikan gadis itu dari atas sampai bawah.
"Nggak apa-apa kok, Di." ucap Nindy pelan sambil memegang lengannya.
"Yakin?"
Gadis itu mengangguk. Tetapi dengan cekatan Aldi langsung menarik pelan pergelangan tangannya. Barangkali Aldi merasa bersalah membuat Nindy kesakitan. "Coba liat sini."
Nindy masih tetap memegang pelan lengannya, walaupun Aldi mulai menaikan baju bagian tangan kanan Nindy.
"Lah, Nin. Bengkak banget gini. Kok gak diobati? Ini kenapa?"
"A-abis jatoh dari, emm..motor."
"Oh, hati-hati makanya. Tapi sudah diobati kan?"
"Sudah kok."
Beberapa saat Iqbaal mengalihkan pandangannya dari televisi yang kini tengah menampilkan kartun favoritnya. Alisnya menyatu sesaat. Iqbaal memang tahu jika ada yang salah dengan lengan Nindy. Tapi ia hanya mengetahui jika lengan Nindy sakit-bukan bengkak. Sedikit kecewa mekang, mengingat saat ini Nindy sedang dekat dengannya, tetapi ia malah tak mengetahui jika lengan kanannya bengkak.
Pun dengan Kiki. Sejenak ia juga mengangkat kepalanya yg sejak tadi tertunduk ke lantai. Sontak perhatian mereka terpusat kepada dua orang yang nampak sedang asik membicarakan sesuatu.
Keduanya -Nindy dan Aldi- yang merasa diperhatikan akhinya merasa risih, kemudian menghentikan kegiatannya sesaat. Mendadak keadaan canggung, ditambah keadaan ruangan menjadi dingin kembali. Nindy dan Aldi masih mempertahankan posisinya. Tetapi sedikit berbeda, gadis itu menunduk, sesekali mengangkat kepala dan menelan ludah. Aldi terlihat biasa saja. Namun kedua matanya menyorot habis ke penjuru ruangan. Berpikir keras dengan apa yg saat ini terjadi. Singkatnya, Aldi sangat bingung dengan apa yg terjadi.
Iqbaal tampak mengepalkan tangan kanannya. Keringat dingin juga terlihat bercucuran dari dahinya. Entah apa yg lelaki itu rasakan. Wajahnya seketika pucat. Mungkin efek kaget yg berlebihan dengan apa yg baru saja ia lihat. Tiba-tiba...
Ceklek
Terdengar suara decitan pintu terbuka. Sontak arah pandangan keempatnya-Aldi, Kiki, Iqbaal dan Nindy- terpusat ke arah pintu. Menunggu seseorang masuk.
Beberapa detik kemudian seorang wanita paruh baya berhijab memasuki ruangan.
"Assalamualaikum, Dek. Gimana sudah enakan?" Ucap wanita itu, "Eh, ada Kiki sama Aldi, Nindy juga di sini."
"Waalaikumsalam bun. Alhamdulillah sudah agak enakan. Iya nih, ini lagi ngumpul." Ucap Iqbaal
"Dek, Bunda bawa berita bagus."
KAMU SEDANG MEMBACA
Choosing You [CJR]
CasualeNindy bingung. Entah mengapa kematian kekasihnya malah membuatnya bisa bertemu dengan idolanya sendiri. Terlebih, mereka menjadi sangat dekat setelahnya. Apa ini namanya? Takdir yang kebetulan, eh? -o0o- Ini mungkin hanya kisah biasa. Tentang seoran...