Hallo readers setia! Yang udah baca, ngasih vomment dari awal cerita ini sampe sekarang. Makasihh banget yaa
Buat dark readers hargain dong udah susah-susah nyari ide, trus nyempetin nulis disela-sela tugas segudang. Trus pas lagi unmood itu gimana susahnya mikir trus harus ngedit berkali-kali huu') Aku juga nyempetin update buat kalian padahal masih ada tugas biologi*curhat
Maaf banget ngaret, lama gak update, abisnya lagi banyak tugas, jarang buka hp, trus lagi unmood').
Oke abaikan semuaa ini.
Enjoy!
AUTHOR POV
Knock..knock..knock
Seperti biasa, baik suster atau dokter yg hendak memeriksa keadaan Iqbaal selalu mengetuk pintu—terkecuali keluarganya. Tapi, hari ini Iqbaal sudah melakukan pengecekan tadi pagi pukul 7 dan akan dilakukan lagi pukul 4 sore nanti. Dan itu artinya bukan suster atau dokter yg akan memeriksanya atau mengantar makanan. Mengingat sekarang pukul 10 pagi dan sebentar lagi pasti akan memasuki jam makan siang. Sepertinya ada seseorang yg akan berkunjung.
"Iya masuk aja." Ucap Iqbaal, tapi arah pandangannya masih terpaku diam di ponselnya.
Iqbaal masih sangat sibuk dengan ponselnya. Entah apa yg sedang ia lakukan dengan layar pipih itu, tetapi sesekali ia tertawa kecil. Mungkin sedang main game? atau? nonton video di youtube?
Beberapa detik kemudian barulah terdengar suara decitan pintu terbuka. Iqbaal sempat terlonjak kaget tatkala matanya kini sedang menatap tajam kearah pintu. Orang yg selama ini sering ia pikirkan, bahkan sempat menganggap jika sudah melupakan dirinya selama di Rumah sakit. Iqbaal bahkan tak memikirkan bagaimana padatnya jadwal mereka—Aldi dan Kiki— yg harus dikejarnya dalam waktu 2 hari ini. Bahkan Kiki baru sekali ini menjenguk Iqbaal. Mengingat waktu libur yang hanya 2 hari itu ia gunakan untuk mengisi acara ulangtahun saudaranya dan acara MnG di sejumlah kota.
"Hei! Bro! Udah baikan nih?." Ucap Kiki, dan langsung memeluk hangat tubuh Iqbaal
"Udah, baikan bang kok. Hoho makasih ya."
"Yoi lah Baal. Maaf baru bisa dateng kesini. Sibuk hehehe."
"Biasa baal, bangkiki sok sibuk." Ucap Aldi, namun sedari tadi arah pandangnya masih kearah ponselnya itu.
"Emang sibuk elah Di nggak percaya banget deh. Kamunya aja yg libur cuma dirumah. Hahaha." Ucap Kiki yg kini dibarengi tawa
"Yee..Si abang udah kayak dukun aja bisa nebak gitu."
"Loh baru tau, Di?" Ucap Iqbaal dengan sedikit nada menggoda.
"Ah, udah ah nggak lucu tau gak. Eh, baal siapa dia?!" Jari kanan Kiki reflek menujuk seseorang yg sedang duduk di sofa pojok ruangan.
Sedetik kemudian barulah ketiganya sadar. Mereka yg sedang asik melepas rindu selama kurang lebih 5 hari tak bertemu dan tiba-tiba dikejutkan dengan seorang wanita berambut hitam sebahu yg menurutnya—Aldi dan Kiki—sangat asing. Bahkan Iqbaal juga belum memberitahu tentang kedekatannya kini dengan Nindy. Aldi dan Kiki langsung menatap tajam kearah Iqbaal dan gadis itu. Seperti meminta penjelasan lebih. Iqbaal hanya mengendikan bahu. Pertanda ia tak tahu dengan apa yg dilakukan gadis itu—Nindy yg menutup mata rapat-rapat. Padahal, Kiki sedang menanyakan "Siapa dia?" Bukan "Apa yg ia lakukan?" . Mungkin Iqbaal sudah kelewat pusing sekarang dengan pertanyaan yg disodorkan Kiki padanya. Pertanyaan simple tetapi sangat panjang untuk ia jelaskan.
Gadis itu masih menutup rapat-rapat matanya dan menggigit bibir bawahnya sekitar kurang lebih 5 menit. Ia masih kelewat takut untuk membuka matanya. Ia takut jika Steffi akan datang lagi hari ini dan akan melakukan hal-hal yg membahayakan dirinya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choosing You [CJR]
De TodoNindy bingung. Entah mengapa kematian kekasihnya malah membuatnya bisa bertemu dengan idolanya sendiri. Terlebih, mereka menjadi sangat dekat setelahnya. Apa ini namanya? Takdir yang kebetulan, eh? -o0o- Ini mungkin hanya kisah biasa. Tentang seoran...