Meskipun Aurora telah dengan tegas menyatakan isi hatinya, bahwa ia ingin bersekolah. Ibunya tetap tidak mengizinkan. Namun, ibunya tidak lagi memaksanya untuk menari.
Suatu pagi, ibunya mengumumkan bahwa ia harus pergi ke luar kota untuk pekerjaan mendadak. Tanpa banyak bertanya, Aurora hanya mengangguk. Ada rasa lega yang mengalir dalam dadanya. Di saat ibunya pergi, Aurora merasa bisa sedikit bernafas.
Hari-hari selanjutnya berlalu, Aurora lebih sering menghabiskan waktu di taman rumah sakit, duduk-duduk sambil mendengarkan Haru memainkan piano. Suara piano yang mengalun lembut menjadi satu-satunya hal yang bisa menenangkan pikirannya yang berantakan.
"Ini apa?" Haru meletakkan beberapa helai rumput ditangan Aurora.
"Rumput." Tebak Aurora.
Sebelum meletakkan sesuatu lagi ditangan Aurora, Haru sempat tersenyum jahil, "Kalo ini?"
"Ih kok gerak-gerak?" Aurora merasakan sesuatu menggeliat di telapak tangannya.
"cacing." Ucap Haru enteng.
Dengan panik Aurora mengibaskan tangannya, hal itu justru membuat cacing hinggap di atas kepalanya.
"HARUUU!"
Haru tertawa keras melihat ekspresi ketakutan Aurora. Setelah puas, ia mengambil cacing itu dari atas kepala Aurora dan membuangnya.
“Dari pada cuma dengerin gue main piano, lo nggak mau iringin piano gue sama tarian lo?” katanya, memandang Aurora dengan tatapan yang penuh harapan.
Aurora menjawab dengan datar, “Nggak mau.”
“Kenapa? Dari pada lo nari buat bunuh diri, mending di sini, lebih aman. Lagian, banyak yang mau liat juga,” ujar Haru, seolah bercanda.
Aurora mendengus kesal. “ lo bahas itu sekali lagi, gue pergi dari sini,” ucapnya sambil bangkit dari bangkunya.
Tapi sebelum ia bisa melangkah pergi, Haru cepat-cepat menarik tangannya, mengajaknya duduk kembali. “Hehe, bercanda, Ra. Tapi serius, kenapa lo nggak mau nari lagi?”
“Lo ini sebenernya pura-pura bego atau emang beneran bego? Nggak liat gue udah buta?” jawabnya, suaranya agak keras, tapi entah kenapa Haru merasa bukan itu alasannya.
Ada hening yang panjang, hanya suara angin yang menyapa pepohonan. Haru akhirnya berkata pelan, "Ra, besok gue libur. lo tungguin gue disini sampai gue dateng ya."
Aurora mengerutkan dahi. “ngapain?”
Haru tersenyum samar. “Kalo lo mau tau, ngikut aja apa kata gue,” jawabnya.
"gak mau."
Sungguh Haru rasanya ingin sekali mencukur habis rambut Aurora hingga botak, "lo keras kepala banget ya jadi orang."

YOU ARE READING
Melody Haru
RomanceAurora, seorang balerina berbakat, terperangkap dalam kegelapan setelah kehilangan penglihatannya. Di tengah desakan ibunya untuk terus menari, Aurora merasa hampa dan muak. Segalanya berubah ketika Haru, seorang pemuda misterius yang gemar bermain...