Chapter 15

4.2K 535 36
                                    

vote & comment juseyo~
selamat membaca
.
.

Di kantor, pemandangan Jeno dan Renjun yang selalu bersama sudah menjadi hal biasa. Tidak ada rapat, makan siang, atau perjalanan bisnis tanpa mereka berdua. Jeno, yang biasanya bersikap dingin, kini berubah menjadi pria posesif yang protektif terhadap Renjun. Bahkan, para rekan kerja mulai mengeluh karena sikap Jeno yang sulit memberikan ruang bagi Renjun untuk berinteraksi dengan orang lain.

Namun, itu tidak menghentikan Younghoon untuk mampir ke ruangannya.

"Renjun-ah, bagaimana kabarmu? Lama kita tidak berbincang." sapa Younghoon sambil meletakkan beberapa dokumen yang harus ditanda tangani Jeno di meja Renjun.

"Baik, hyung. Kau sendiri bagaimana?" Renjun menyambut dengan senyum ramah.

Mereka mulai berbincang santai, membahas pekerjaan hingga candaan ringan. Younghoon, yang mengenal Renjun sejak lama, tidak bisa menahan diri untuk menggoda.

"Kau tahu, ya, jangan terlalu benci pada seseorang, nanti malah jadi cinta. Itu benar-benar terjadi padamu dan Tuan Lee." ujar Younghoon sambil terkekeh.

Renjun tertawa kecil, menutupi pipinya yang sedikit memerah. "Hyung, jangan bercanda begitu."

"Bahkan aku yakin, kalau aku mengajakmu makan siang, Jeno pasti langsung muncul entah dari mana."

Renjun hanya tersenyum, tidak menyadari bahwa ucapan Younghoon hampir menjadi kenyataan. Di luar ruangannya, Jeno berdiri diam, memperhatikan mereka dengan ekspresi yang sulit ditebak. Matanya mengamati setiap gerakan Younghoon, seolah mencari alasan untuk tidak menyukai pria itu.

Setelah Younghoon pergi, Renjun membawa dokumen-dokumen itu ke ruangan Jeno. Ia mengetuk pintu pelan sebelum masuk.

Jeno sedang duduk di kursinya, fokus membaca beberapa laporan. Renjun mendekat dan duduk di kursi seberang meja kerja Jeno, menunggu dengan sabar dokumen yang harus ditandatangani.

Namun, Jeno tiba-tiba membuka percakapan yang membuat Renjun terkejut.

"Sayang, kau dekat dengan Younghoon?" tanyanya, tanpa mengalihkan pandangan dari dokumen.

Renjun menatap Jeno heran. Ia sudah terbiasa dengan panggilan manis itu sejak mereka resmi menjadi pasangan, tapi pertanyaan Jeno terasa agak aneh.

"Ya, kami sudah dekat cukup lama. Kenapa?" jawab Renjun santai.

"Kalian nampak sangat dekat." lanjut Jeno, kali ini menatap Renjun.

"Ya, tentu saja."

"Apa kau menyukainya?"

"Tentu, aku sudah mengenalnya cukup lama" ujar Renjun tanpa berpikir panjang.

Mendengar jawaban itu, Jeno langsung meletakkan dokumen di tangannya dan berdiri. Ia berjalan mengitari meja, lalu tanpa peringatan memeluk Renjun.

"Sayang, aku tidak suka," ucapnya dengan nada yang terdengar seperti rengekan. "Jangan terlalu dekat dengannya."

Renjun menoleh, menatap kekasihnya yang terlihat berbeda dari biasanya. Jeno, pria yang selalu tampil sangar dan dingin, kini menunjukkan sisi manja yang jarang terlihat.

"Jeno, dia seperti kakakku. Kau tidak perlu cemburu." kata Renjun sambil tersenyum kecil.

"Tetap saja, aku tidak suka. Kau hanya milikku," balas Jeno, memeluk Renjun lebih erat.

Renjun menghela napas sambil menepuk-nepuk punggung Jeno. "Baiklah, aku mengerti. Tapi kau harus percaya padaku, ya?"

Jeno mengangguk, namun tidak melepas pelukannya. Renjun rasanya seperti memiliki bayi besar.

Boss & Baby | NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang