9

10 3 0
                                    

happy reading


__


Semua berhenti sejenak, menatap William yang berdiri di depan mereka, senyum tipis di wajahnya, seolah-olah dia sedang menantikan reaksi mereka. Suasana menjadi semakin mencekam, dan setiap langkah yang mereka ambil terasa lebih berat, penuh dengan ketidakpastian.

"Liam, lo nggak jawab pertanyaan gue," kata Gavian, suaranya penuh keraguan. "Lo ngapain ada di sini?"

William menatap mereka dengan tenang, seolah-olah dia tak merasa ada yang aneh dengan kehadirannya. "Cuma ikut jalan-jalan aja," jawabnya santai, tanpa sedikit pun rasa khawatir. "Kalian pikir gue ngapain? merencanakan sesuatu?"

Bagas menatapnya dengan tatapan tajam. "Mungkin kita yang perlu curiga sama lo, William. Lo terlalu tenang buat orang yang ada di sini barengan kita."

William cuma mengangkat bahu, senyum kecilnya masih terpasang. "lo berlebihan, Bagas. Kenapa lo semua jadi saling curiga kayak gitu? gue tidak tahu apa-apa."

Tapi seiring dengan setiap kata yang keluar dari mulut William, suasana semakin terasa seperti perangkap yang sedang menunggu. Semua mulai merasa bahwa dia tahu sesuatu, tapi dia memilih untuk diam dan menikmati kebingungannya.

"Mungkin kita harus cek lagi tempat-tempat lain di villa," kata Isyihira, mencoba mengalihkan perhatian. "Jangan sampai ada yang kita lewatkan."

Semua mulai bergerak menuju tangga, berjalan dengan hati-hati, mencoba meredakan kecemasan yang semakin memuncak. Namun, meski mereka berusaha untuk tetap fokus, setiap langkah yang mereka ambil membuat mereka semakin merasa terjebak dalam sebuah permainan yang tak mereka mengerti.

Di sepanjang lorong, mereka berhenti di depan kamar-kamar yang terkunci. Beberapa kamar tampak normal, sementara yang lain terlihat lebih aneh-kunci yang seolah baru saja digunakan, suara seperti sesuatu yang terjatuh, atau bau aneh yang datang dari bawah pintu. Namun, ketika mereka mencoba membuka pintu, semuanya terkunci rapat.

"Kenapa pintu ini nggak bisa kebuka?" kata Ezra, mengetuk pintu dengan telapak tangan. "Kayaknya ada yang nggak bener di sini."

William, yang baru saja bergabung kembali setelah mengamati mereka, melangkah maju dan memegang gagang pintu. "Pintu ini tidak akan terbuka. Tapi kenapa kalian coba-coba membukanya? Kalau gue jadi lo, gue bakal berhenti dan mikir terlebih dahulu."

Sikap William semakin mencurigakan. Ada sesuatu yang membuatnya berbeda dari yang lainnya. Dia tahu lebih banyak, tapi tetap menjaga jarak, seakan-akan dia sedang menikmati permainan ini.

"Tapi kita harus tahu apa yang ada di dalam," kata Gavian, mulai kehabisan kesabaran. "Ada yang pasti nggak bener di sini."

Saat itu, tiba-tiba ada suara gemerisik dari bawah tangga, diikuti oleh suara langkah kaki yang cepat. Semua langsung menoleh ke arah suara tersebut, jantung mereka berdebar kencang.

"Siapa itu?" tanya Noah, suaranya terdengar panik.

"Ini gak mungkin kebetulan," kata Sèanne, menatap William, yang masih terlihat tenang. "Lo tahu sesuatu, kan? Apa yang sebenarnya terjadi?"

William hanya tersenyum tipis dan berjalan menjauh, seolah-olah tidak ada yang perlu dikhawatirkan. "Kadang, kamu gak perlu tahu semua jawaban, Anne. Semua akan terungkap sendiri."

Who is the culprit?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang