Di Periksa Oleh Paman

989 51 4
                                    

Ketika putri malu di sentuh, daun-daunnya akan menguncup.

Ketika kura-kura dan keong di sentuh, mereka akan bersembunyi di dalam cangkang mereka.

Tapi ketika ular di sentuh, dia akan mengembangkan lehernya, berdiri tegak dan menantang. Bersiap untuk menyemprotkan bisanya.

Itu karena ular tidak mengenal rasa malu dan takut.

Di Periksa oleh Paman
Setelah Paman merasa masalah perseteruan antara Peter dan Timo telah beres, dia pun menyuruh Timo untuk keluar. Lalu matanya fokus pada selangkangan Peter yang sedang di tutupi oleh kedua tangan Peter dengan erat-erat.

"Masih sakit?" Tanya Paman.

"Hm? Oh ini? Uda ngga Bang."

"Bener? Ada gila-gilanya Timo itu, masa berkelahi main remas burung. Abang periksa ya, bisa gawat kalau ada cedera."

Aku dan Peter langsung saling melirik. Pamanku yang sadar akan hal itu langsung menambahkan. "Kenapa? Kamu malu ada Nanda? Gapapa itu... dia kan cowok juga. Lagi pula perlu juga dia belajar tentang hal gini, termasuk edukasi kan."

Peter menelan ludahnya, kami berdua diam seribu bahasa. Aku tahu Peter tidak mungkin menolak, kami berdua mengenal Paman dengan baik. Ketika Paman sedang khawatir atau gusar dia akan sangat rewel dan keras kepala. Dia hanya akan tenang bila hal yang dirinya khawatirkan terbukti baik-baik saja.

"Rebahan dulu kamu disini." Pinta Paman sembari menepuk bangku persegi panjang yang di rakit dengan jejeran besi yang berbaris rapi pada permukaannya. Paman melipat handuk dekat sana lalu di jadikan sebagai bantal untuk Peter tidur.

Peter pun tidur terlentang di depanku dan Paman, dengan bagian bawah tubuh yang polos tak tertutupi oleh apa pun. Kedua tangannya yang sedari tadi sibuk menutupi kemaluannya di tepis oleh Paman. Kini penis dan testis Peter terpampang bebas di hadapan kami berdua.

"Wuih gede juga." Puji Paman, mencoba mencairkan suasana namun percuma. Malah semakin canggung.

Wajah Peter terlihat kaku, matanya membulat, dan bibirnya terkatup rapat. Pasti dia merasa sangat malu sekarang ini. Terutama di hadapan Paman... seseorang yang sudah seperti kakaknya sendiri.

Mungkin sebagai seorang pelatih, paman sebelumnya sering memeriksa kondisi badan Peter. Tapi sepertinya pada organ kemaluan, hal itu belum pernah terjadi. Di samping Paman aku pun mengamati dengan senang hati, karena Peter telihat sangat seksi.

"Alat vital termasuk sangat penting, karena energi dan semangat pria di pengaruhi sama hormon testosteron yang di produksi dari testis." Jelas Paman kepadaku, sedangkan tangannya mulai meraba-raba kedua bola kembar Peter.

"Umph..." Peter mendesah.

"Jadi harus di jaga baik-baik."

Tangan Paman menjelajahi bagian intim Peter dengan semakin intens. Telapak tangan Paman meremas-remas biji zakar Peter dengan hati-hati, jemarinya memijat pelan seluruh permukaan testisnya. Dari sebelah kiri lalu sebelah kanan. Paman begitu fokus, mencari kejanggalan pada testis milik Peter.

Peter sesekali menggelinjang, dengan desahan lirih yang terus keluar dari bibirnya. Bisa kurasakan kalau Peter mencoba menahan dirinya dengan sekuat tenaga, namun usahanya nihil. Penis Peter sekarang setengah keras, aku yang berdiri di samping Paman hanya bisa menggigit bibir.

"Ada sakit?" Tanya Paman ketika jari telunjuk dan jempolnya memijat-mijat bagian urat yang tersembunyi di dalam skrotum Peter.

"Nggak Bang."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tetangga SangarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang