Peter VS Timo

797 30 0
                                    

Ketika api menyala, percikan air tidak ada gunanya.

Ketika api membara, sekejap segalanya akan hangus.

Bila itu terjadi, larilah, sejauh mungkin.
Lari hingga kamu menemukan laut.

Namun berhati-hatilah, karena air juga akan menenggelamkanmu.

Peter VS Timo
Sedari seminggu yang lalu Paman heboh akan acara tahun baru. Soalnya Anissa akan datang dengan anaknya, yang seumuran denganku itu.

Sepertinya Anissa berjanji untuk memperkenalkan putranya kepada kami di acara makan malam tahun baru ini. Hal itu membuat Paman benar-benar heboh sekali, mulai dari persiapan bahan makanan, lampu ruang makan yang kurang terang, sampai printilan perihal kembang api dan petasan. Pedahal Anissa sudah menyuarakan kalau dia saja yang urus segala hal itu, akhirnya mereka pun bertengkar.

Namun aku tidak terlalu peduli, atau lebih tepatnya aku tidak ada sisah waktu dan energi untuk memikirkan mereka atau makan malam tahun baru nanti. Karena beberapa minggu ini aku di buat gila oleh berahi dan gejolak asmara yang meluap-luap.

Aku dan Peter bercinta hampir setiap hari! Kebanyakan Peter yang meminta duluan. Paling sering kami lakukan di malam hari ketika Peter sudah pulang dari gedung latihan. Ada kalanya ketika saking membaranya kami berdua, aku dan Peter bersetubuh di ruang TV rumahku ketika Paman tidur di dalam kamarnya.

Jujur aku takut, namun aku tidak sanggup untuk menolak tubuh besar Peter yang terus memelukku dan menindihku dengan liar di atas sofa. Peter menyetubuhiku dengan satu tangan menutup mulutku agar tidak membangunkan Paman.

Namun walau mulutku tertutup, bunyi hentakan dari kelamin Peter yang menyodokku masih berbunyi bising, dan Peter sendiri juga tak mampu menahan suara nafasnya yang berat, bahkan dia mendesah dengan kuat. Aku benar-benar takut, tapi hal itu juga membuatku berdebar karena terasa seru. Untungnya Paman bukan tipe orang yang mudah bangun, lagi pula selama dengkurannya masih terdengar, situasi aman terkendali.

Selain di rumah Paman, kami tentunya lebih sering bersetubuh di rumah Peter. Jauh lebih aman karena hanya ada kami berdua di rumah itu. Di balik pintu yang terkunci kami pun berbuat jorok, di dapur, di sofa, di kamar tempat Peter tidur sekarang. Hampir semua tempat di rumah itu menjadi lokasi kami melakukan aksi liar, terkecuali kamar Diana.

Walau di rumah Peter jauh lebih bebas, firasatku mengatakan sepertinya Peter jauh lebih santai bercinta denganku ketika di tempat lain selain rumahnya.

Aku mengerti... sosok Diana pasti melekat dengan sangat kuat di rumah itu, bagaimana pun dulunya rumah itu adalah rumah mereka berdua. Oleh karena itu aku pun berusaha untuk melawan rasa takutku dan tidak menolak ketika Peter ingin melakukannya di tempat lain.

Contohnya pada siang hari ini. Aku mampir ke tempat pelatihan untuk mengambil video dan foto. Paman dan Anissa masih terlihat cemberut dengan satu sama lain, sedangkan Peter terlihat lebih ceria ketimbang biasanya. Tentu saja sudah jelas mengapa dia bisa lebih ceria sekarang, tapi selain soal seks, menurutku Peter juga terlihat lebih ceria karena keahlian gulatnya sudah kembali tajam seperti dulu di masa-masa jayanya.

Pada siang hari ini ketika Peter istirahat. Dia mengajakku untuk mengambil sesuatu dari mobilnya. Aku tahu betul hal itu hanya sebuah alasan, aku juga sudah menebak motif Peter ketika dia menolak untuk satu mobil dengan Paman tadi pagi. Dengan alasan berencana untuk mampir di sebuah tempat, pedahal aslinya Peter berencana untuk ngentot. Dan seperti yang kukatakan sebelumnya, aku mencoba memberanikan diri untuk mengikuti hasrat Peter yang lebih senang bercinta di tempat lain selain rumahnya. Demi Peter aku rela mengalah, maka aku pun mengikuti Peter turun menuju halaman tempat dia memarkirkan mobilnya.

Tetangga SangarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang