Kiryu POV
"Whoaa, aku lupa membeli pesanan ibuku." Shera menghentikan langkahnya ditengah perjalanan pulang.
"Apa yang dipesannya?" tanyaku.
"Ibuku menyuruhku untuk membeli bahan makanan untuk nanti malam."
"Kalau begitu ayo kita pergi ke toko yang terdekat."
"Etto, apa tidak apa-apa?"
"Sudah, tidak apa-apa. Aku akan menemanimu." Ucapku.
"Jarang sekali kamu mau menemaniku, tapi terimakasih." Ucapnya.
"Ya, aku melakukannya karena onigiri tadi siang."
"Oh, hmm.." Aku bisa melihat pipi Shera yang sedikit memerah. Kami berdua berjalan ke toko serba ada yang terdekat. Sama seperti biasanya, Shera mengikutiku satu langkah di belakang.
"Aku akan menunggu di luar." Ujarku.
"B-baiklah." Shera memasuki toko itu.
Aku mencari tempat untukku menunggu. Aku melihat sebuah tiang yang ada di seberang jalan. Aku segera berjalan kea rah tiang tersebut dan menunggu Shera selesai berbelanja disini.
Aku menatap langit yang berwarna merah karena bermandikan cahaya matahari senja. Ketika aku sedang menatap langit, aku melihat dua sosok bayangan manusia yang melintas tepat dijangkauan pandangku. Bayangan yang kedua terlihat lebih besar dari pada bayangan yang pertama.
Sontak, hal tersebut membuatku terkejut. Aku tak tahu apa itu benar-benar manusia. Jika itu memang benar manusia, bagaimana mungkin mereka bisa melompat seperti itu. Seseorang yang sangat ahli dalam olahraga parkour saja belum tentu dapat melakukan hal itu.
Karena rasa penasaranku, aku mencoba mengejar bayangan itu. Aku berlari. Sekitar satu sampai tiga tikungan yang telah kulalui, aku melihat bayangan yang melintas di atas kepalaku.
Aku kembali mengejarnya. Pada akhirnya kedua bayangan itu menuntunku ke sebuah taman bermain yang sangat sepi. Tidak ada seseorang yang berada di taman bermain ini. Disekitar taman bermain ini terdapat hutan kecil yang mengelilinginya, kecuali dibagian pintu masuknya. Tanpa kusadari hari sudah semakin gelap. Aku melihat-lihat kesekeliling, namun aku tak melihat jejak kedua orang itu.
Clang.. Clang..
Aku mendengar suara seperti dua buah besi yang beradu. Kuyakin suara itu berasal dari hutan kecil itu. Disaat aku mencoba untuk mengdekati sumber suara itu, seseorang melompat mundur keluar dari hutan tersebut. Dia adalah seorang wanita berambut pirang panjang dengan rambut yang dikepang di sebelah kanan wajahnya. Dia terlihat cantik.
Aku bisa melihat di kedua tangannya terdapat pisau belati yang masing-masing sepanjang 15 cm. Keringat membasahi pipinya. Dia terlihat kelelahan. Aku tak tahu untuk apa dia memegang pisau itu di kedua tangannya.
"A-apa yang sedang kamu lakukan nona?" Aku mencoba bertanya kepadanya.
"dan kenapa kamu memegang benda tajam?" Aku menambahkan.
Dia menoleh ke arahku dengan nafas yang terengah-engah.
"S-sedang apa kamu disini? Cepat pergi!" Wanita itu berbalik bertanya kepadaku dan memerintahkanku untuk pergi. Entah kenapa terdapat kekhawatiran di wajahnya.
"Jawablah pertanyaanku dulu nona." Aku sedikit memberikan penekanan di dalam ucapanku itu. Tetapi wanita itu hanya menatapku dengan salah satu alisnya yang terangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soul of Weapon
FantasyAku mengayunkan cepat pedangku. Ketika aku mengayunkan pedangku api merah pada pedangku ini menyembur keluar menuju target yang ada di depanku. Api merah itu sangat besar, bahkan lebih besar dari api yang diciptakan oleh Rei. Api merahku kini menyel...