Kiryu POV
Gelap dan hening. Di tempat yang tak ku kenali ini kini ku berbaring. Entah bagaimana aku bisa berada di tempat ini. Sebelumnya yang ku tahu, aku sedang berada di ruang kelas mengikuti pelajaran. Ya walaupun sebenarnya di setiap mata pelajaran yang aku ikuti aku selalu tertidur.
Tubuhku terasa sangat berat sekali. Tubuhku tak mau menuruti setiap perintah yang kuberikan. Kini butiran-butiran keringat mulai bercucuran di wajahku. Aku tak tahu harus melakukan apa lagi. Hanya kegelapan dan kehampaan yang ku rasakan saat ini.
Selagi aku mencoba untuk memejamkan mataku dan menyerah dari keadaan yang ku alami saat ini cahaya merah mulai terlihat dihadapanku. Cahaya tersebut terus bersinar semakin terangnya hingga dapat menyinari kegelapan yang ada di sekelilingku.
Burung, tiba-tiba saja mataku dikejutkan dengan kehadiran seekor burung yang ada di hadapanku. Inilah kali pertama aku melihat burung yang seperti itu. Ukuran burung itu kira-kira sebesar tubuhku. Dari apa yang kulihat, tubuh burung itu terselimuti dengan api merah. Api merah yang sangat indah. Buykan panas yang kurasakan. Tetapi yang kurasakan adalah kehangatan. Kehangatan yang membuat tubuhku terasa nyaman.
Kini tubuhku terasa sangat ringan. Aku mencoba untuk berdiri dengan kedua kakiku. Rasa penasaran hinggap di dalam diriku. Aku mencoba menjulurkan tanganku dan menghampirinya. Disaat tanganku berada sekitar lima sentimeter dengan leher burung api itu, aku mendengar suara yang tidak lagi asing bagiku. Aku menghiraukannya. Sekali lagi aku mencoba menyentuh leher burung api itu.
"Ryu sadarlah." Suara seorang wanita memanggilku dan terdengar semakin jelas.
Kini aku ingat. Hanya satu oang yang memanggilku seperti itu. Dia adalah temanku.
Spontan, tanganku yang hamper menyentuh leher burung api itu bergerak menjauhi tubuh bururng itu. Seakan menyadarinya burung itu terbang ke atas kepalaku dengan begitu eloknya. Disaat aku menatapnya dengan terkagum, burung itu melesat tepat ke arahku yang diikuti dengan suara yang sangat melengking. Aku terkejut. Aku menyilangkan kedua tanganku di depan wajahku dan aku pun memejamkan kedua mataku karena rasa terkejut itu, tak ada rasa takut.
Aku menunggu sesuatu yang entah apa akan terjadi. Namun tak ada yang kurasakan sama sekali. Aku kembali mencoba membuka kedua kelopak mataku. Yang kulihat hanyalah warna putih. Aku segera memfokuskan penglihatanku dan yang kulihat hanyalah atap putih dari suatu ruangan. Aku tidak lagi melihat kegelapan, cahaya merah maupun burung api itu. Aku bertanya-tanya kepada diriku sendiri tentang keadaan yang terjadi padaku ini. Semakin aku berfikir semakin berat pula kepalaku..
Dingin.. itu yang kurasakan. Hanya saja aku merasakannya di bagian tangan kiriku. Aku menggerakkan tangan kiriku. Yang kudapati adalah jari-jari lentik yang memegang tanganku. Dingin. Ternyata rasa dingin itu berasal dari jari-jari mungil ini.
"Ryu." Sekali lagi suara wanita memanggil namaku. Di dalam nada yang kudengar itu terdapat perasaan lega.
Aku menoleh ke sumber suara itu. Aku mendapati seorang wanita yang sedang duduk di sampingku. Wajah itu sudah sangat aku kenali. Di adalah teman sekelasku. Kami sudah berteman semenjak kami duduk di bangku kelas 1 SMA. Shera. Begitulah aku memanggilnya.
"Sudah lima kali kamu pingsan dikelas. Sebenarnya apa yang terjadi denganmu?" Wajah yang yang penuh kekhawatiran itu menatapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soul of Weapon
FantasyAku mengayunkan cepat pedangku. Ketika aku mengayunkan pedangku api merah pada pedangku ini menyembur keluar menuju target yang ada di depanku. Api merah itu sangat besar, bahkan lebih besar dari api yang diciptakan oleh Rei. Api merahku kini menyel...