The Last Extra Part: Cinta Sejati

471 97 32
                                    










































































### 5 tahun kemudian....

.

"Ma, hati-hati..."

Gito memapah tubuh Shani yang kini terlihat sangat kurus. Dengan lembut, ia mendudukkan istrinya di bangku taman rumah sakit Mount Elizabeth, Singapura.

Ya, pingsan 5 tahun lalu adalah awal segalanya......

Setelah hari itu, entah mengapa kesehatan Shani mulai tidak stabil, bahkan sangat mudah hidungnya mengeluarkan darah..

Saat Shani di bawa kerumah sakit dan dokter yang memeriksa menyarankan Gito untuk mengecek keadaan istrinya dengan CT Scan untuk mengetahui penyakit apa yang diderita oleh istrinya.

Dan sesuai anjuran dokter Gito mengecek tubuh istrinya, dan hasilnya sangat membuat kecewa.

Ya, positif kanker darah stadium 3.

.
.
.

5 tahun Gito setia menemani Shani, menyemangati istrinya dan selalu berada di sampingnya meskipun hasil dari usaha mereka ternyata sia-sia.

Tuhan memang punya cara untuk mengingatkan manusia kalau tubuh ciptaannya adalah miliknya.

Meskipun dengan rutin berobat bahkan sampai berobat di rumah sakit mahal sekalipun kanker yang berada didalam tubuh Shani tak kunjung mati.

Bahkan 5 tahun berobat hanya seperti memperpanjang umur Shani saja, tidak menyembuhkan.
.
.
.
.
.
.

.
.

Di suatu taman rumah sakit, Gito menemani istrinya berjalan jalan, menikmati angin.

Di taman itu gito dengan telaten mendudukkan istrinya dengan lembut.

Mereka menikmati sejuknya taman itu, Shani yang terus bercerita seperti mengeluarkan sisa sisa memori yang ingin disampaikan kepada suaminya.

Dan Gito memandangi istrinya dengan senyum, matanya tak lepas dari mulut istrinya yang cerewet itu, seakan menikmati sisa-sisa kebahagiaan yang tuhan titipan kepadanya.

Angin pagi membelai lembut wajah Shani yang pucat. Rambutnya yang dulu hitam legam kini telah rontok akibat kemoterapi. Namun senyumnya, senyum itu masih sama seperti dulu.

"Pa..."

Shani memulai, tangannya yang kurus menggenggam tangan suaminya.

"Iya Ma?"

"Inget nggak waktu pertama kali kita ketemu?"

Gito tersenyum, matanya berkaca-kaca. "Mana bisa lupa..."

"Waktu itu Papa sok keren..." Shani terkekeh lemah.

"Papa emang keren kok."

"Iya... emang keren." Shani menyandarkan kepalanya di bahu suaminya.

"Pa..."

"Hmm?"

"Maaf ya... Mama udah bikin Papa repot."

"Ssst... ngomong apa sih Ma? Papa nggak pernah merasa repot."

"Tapi Papa udah habis banyak waktu buat Mama..."

"Ma..." Gito menggenggam tangan istrinya lebih erat. "Semua yang Papa punya itu buat Mama. Papa nggak peduli harus berkorban apapun, yang penting Mama sehat."

CERITA DIBALIK KONTRAK (GITSHAN) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang