13 : Liburan Part 2

924 101 19
                                    







Dinginnya pegunungan ditambah hujan malam, dingin rasanya saat berhasil menembus selimut tebal. Membuat terusiknya ketenangan, detik demi detik terasa lebih menyebalkan.

Jam menunjukkan 10 tapi belum lengkap, tepat pukul itu seseorang di balik selimut terusik karena merasa dingin, ditambah ia belum merasakan ada isi di perutnya membuat ia tidak bisa lelap untuk beristirahat.

Berbeda dengan seseorang yang ada di sampingnya, wajahnya begitu damai terlihat lelap dalam tidurnya, sedangkan tubuhnya berlilitkan selimut.

Bisa ditebak siapa yang tidak bisa melanjutkan tidur dan siapa yang tidur tanpa terlihat merasakan dinginnya malam.

Ya, Gito yang bangun karena sudah tak tahan dengan kelaparan dan dinginnya malam. Ia melihat Shani yang ada di sampingnya yang terlihat begitu damai, beberapa detik kemudian ia menatap dengan serius dan berkata lirih, "Shani Indira, apa tebakanku benar kalau kamu jatuh cinta pada kulkas ini? Bolehkah aku berharap tebakanku itu benar, tapi meskipun benar aku tak berani mencintai kau Shan. KAU TERLALU SEMPURNA," sambil mengelus pelan rambut Shani dengan penuh perasaan.

Beberapa saat setelahnya Gito berpikir bagaimana cara ia menahan rasa laparnya, ia sesekali kesal pada perutnya sendiri. Kenapa susah sekali diajak kerja sama, selalu saja merasa lapar di waktu yang tak tepat.

Gito ingin mengganjalnya dengan air saja, ia bangkit dan sekali menepuk lirih ke tubuh Shani yang terlilit oleh selimut tebal.

Bangkitlah Gito ke arah meja yang sudah disediakan air minum di atasnya. Saat ia minum, ada yang memulai membuka matanya, tapi yang aneh matanya terasa segar seakan bukan mata yang baru bangun dari tidur.

Sebenarnya Shani sudah bangun beberapa saat sebelum Gito bangun karena ia merasa kedinginan dan tentu ia mendengar apa yang Gito katakan saat matanya tertutup.

Shani membuka matanya perlahan dan memperhatikan Gito yang sedang minum air dengan penuh perhatian. Ia merasa hangat mendengar kata-kata Gito tadi. Sambil tersenyum lembut, ia berkata, "Gito, kamu lapar ya?"

Gito yang sedang meneguk air terkejut mendengar suara Shani. Ia menoleh dengan mata terbelalak, "Shan, maaf aku buat kamu terganggu ya?"

Shani menggeleng sambil duduk dan menarik selimut lebih rapat. "Gak kok. Memang aku barusan bangun aja, dingin banget"

Gito tersenyum kecut. "Aku lapar, Shan. Perutku nggak bisa diajak kompromi."

Shani tertawa kecil. "Ayo kita cari makan. Di sini pasti ada tempat makan yang masih buka."

Gito ragu-ragu. "Tapi, di luar dingin banget Shan."

Shani berdiri dan meraih jaket tebalnya. "Aku sudah siap kok. Lagipula, kamu nggak bisa tidur kalau kelaparan, kan?"

Gito hanya bisa mengangguk setuju. Mereka berdua lalu bersiap-siap dan keluar dari hotel menuju sebuah warung makan terdekat. Hujan masih turun rintik-rintik, menambah suasana malam yang dingin.

Di perjalanan, mereka saling bercerita tentang pengalaman masing-masing. Shani bercerita tentang bagaimana ia sering bekerja lembur hingga larut malam dan Gito menceritakan masa-masa sulitnya saat bekerja.

Setibanya di warung makan yang sederhana namun hangat, mereka memesan makanan. Shani memesan nasi goreng dan Gito memesan mie rebus. Saat menunggu pesanan datang, mereka terus bercakap-cakap.

***

Suasananya begitu sepi bukan hanya Gito dan Shani sama sama sedang sibuk dengan fikirannya masing masing tapi juga warung itu saat ini begitu sepi

CERITA DIBALIK KONTRAK (GITSHAN) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang