29: Hancurnya Topeng Shani

673 106 15
                                    














#POV Shani

Pagi ini terasa begitu berat. Aku membuka mataku dengan kepala yang masih penuh dengan berbagai pikiran, terutama tentang pertemuanku dengan Chika kemarin.

Kata-katanya terus menghantui, mengoyak perasaan dan keraguanku tentang segalanya-tentang Gito, tentang diriku sendiri. Apa benar aku hanya menjadikan Gito pelampiasan? Apa aku tak pernah benar-benar mencintainya?

Aku menatap jam di dinding, sudah jauh lebih siang dari biasanya. Seharusnya aku sudah berada di kantor, tapi tubuhku terasa enggan bergerak. Hari ini aku merasa tak ingin berinteraksi dengan siapa pun.

Tapi aku tahu, tugasku menunggu, dan sebagai atasan, aku tak bisa terus bersembunyi di balik ketidakpastian ini.

Aku memutuskan untuk segera bersiap-siap. Setengah hati, aku merapikan diriku dan menuju kantor. Perjalanan terasa lambat, dan sesampainya di area parkiran, aku sudah terlambat dari jam seharusnya.

Namun, ada sesuatu dalam diriku yang membuatku tak peduli lagi tentang aturan-aturan kecil semacam itu. Ada hal yang lebih besar, lebih mendesak, yang harus segera kuselesaikan hari ini.

Saat aku turun dari mobil, aku berhenti tepat di depan pos satpam. Satu persatu, mereka menatapku, mungkin bingung melihatku datang terlambat dan dengan tatapan yang tak biasa.

"Semua kumpul di sini," kataku dengan nada tegas.

Para satpam langsung bergerak, berkumpul di depanku tanpa banyak bertanya. Aku memberikan mereka instruksi yang singkat dan padat. Tak butuh waktu lama, mereka menyebar sesuai perintahku.

Salah satu dari mereka mendekati karyawan yang bertugas di pintu masuk, memberikan pesan dariku bahwa semua karyawan harus segera berkumpul di aula lantai satu.

***

Suasana di kantor mulai riuh setelah pengumuman itu. Bisik-bisik mulai terdengar dari berbagai sudut. Semua bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Sisca, sekretarisku yang paling dekat denganku, bahkan kebingungan saat beberapa rekan kerja bertanya kepadanya.

"Ada apa, Sis? Kenapa semua disuruh kumpul?" tanya salah seorang karyawan.

Sisca hanya menggelengkan kepala, terlihat tak kalah bingung. "Aku juga nggak tahu, Shani nggak bilang apa-apa."

Tak lama kemudian, aula mulai dipenuhi oleh semua karyawan. Namun, ada sesuatu yang aneh di sana. Di tengah aula, hanya ada satu meja panjang tanpa kursi.

Karyawan mulai saling pandang, kebingungan dan tegang, bertanya-tanya apa yang akan terjadi. Aku bisa merasakan kecemasan mereka, namun aku biarkan mereka dalam kebingungan.

Ketika aku masuk ke aula bersama beberapa satpam, suasana yang tadinya riuh mendadak sunyi. Mata semua orang tertuju padaku, mencoba membaca apa yang ada di pikiranku. Sisca dengan cepat mendekatiku.

"Shani, ada apa ini? Kenapa semua dipanggil?" tanyanya dengan nada khawatir.

Aku menatapnya sekilas dan hanya menjawab singkat, "Kamu lihat saja nanti, Sis."

Aku berjalan ke depan aula, berdiri di depan meja panjang itu. Semua mata masih menatapku, menunggu penjelasan.

"Selamat pagi," ucapku memulai, meskipun suasana jauh dari kesan selamat.

"Saya panggil kalian semua ke sini untuk sebuah alasan yang sangat jelas. Tapi sebelum itu, saya ingin bertanya, apakah kalian benar-benar ingin bekerja di sini?" Aku menghentikan ucapanku sejenak, menatap mereka satu per satu.

"Kalau tidak, silakan keluar sekarang. Saya tidak akan menahan siapa pun."

Tak ada yang bergerak, tak ada yang berbicara. Ruangan menjadi sangat tegang.

CERITA DIBALIK KONTRAK (GITSHAN) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang