Extra Part: Waktu yang Berlalu

400 82 7
                                    























#### 20 tahun kemudian

Senja mulai turun di kediaman yang kini terasa lebih sunyi. Shani duduk di kursi goyang favoritnya, memandangi foto-foto yang terpajang di dinding. Matanya yang kini mulai berkeriput menelusuri setiap kenangan yang terbingkai dengan indah.

"Ma..."

Gito yang rambutnya kini telah memutih sempurna, menghampiri istrinya dengan secangkir teh hangat.

"Makasih Pa," Shani tersenyum, menerima cangkir itu dengan tangan yang sedikit bergetar.

"Papa inget nggak waktu pertama kali Muthe masuk sekolah?"

Gito terkekeh, duduk di kursi sebelah istrinya. "Yang dia nangis nggak mau lepas dari kamu itu?"

"Iya... lucunya dia waktu itu." Shani tersenyum mengenang. "Sekarang anak kita udah punya anak sendiri ya Pa."

"Iya Ma... waktu cepet banget ya berlalu." Gito meraih tangan istrinya, menggenggamnya lembut.

Shani memandang suaminya dengan mata berkaca-kaca. "Kamu masih inget nggak Pa, waktu Muthe pertama kali bawa pacarnya ke rumah?"

"Yang kamu galak banget sama anak orang itu?" Gito tertawa pelan.

"Abisnya... takut aja gitu. Eh ternyata beneran jadi suaminya." Shani ikut tertawa.

"Inget nggak Ma, waktu pertama kali kita gendong cucu kita?"

"Mana bisa lupa... kamu nangis Pa waktu itu."

"Nggak ah! Papa cuma kelilipan!"

"Halah... bohong! Jelas-jelas nangis." Shani mencubit pelan lengan suaminya.

Mereka terdiam sejenak, membiarkan angin sore membelai wajah mereka yang kini telah dihiasi keriput waktu.

.

"Ma..." Gito memecah keheningan.

"Hmm?"

"Kamu masih inget nggak, koleksi action figure Papa dulu?"

Shani tertawa kecil. "Yang bikin aku kesel tiap hari itu? Yang sekarang udah jadi mainan cucu kita?"

"Iya... lucunya ya Ma, dulu kita sering bertengkar gara-gara itu."

"Iya... sama kayak tas-tas mama yang sekarang udah nggak mama pake lagi."

Mereka berdua tertawa pelan, mengenang kebodohan masa lalu mereka.

"Ma..." Gito menatap istrinya dalam-dalam.

"Apa Pa?"

"Makasih ya..."

"Buat apa?"

"Buat semuanya... buat bertahan sama Papa yang kekanak-kanakan ini. Buat ngasih Papa keluarga yang sempurna."

Air mata Shani menetes perlahan. "Harusnya Mama yang bilang makasih Pa... makasih udah sabar ngadepin Mama yang cerewet ini."

"Eh, jangan nangis dong Ma..." Gito menghapus air mata istrinya. "Nanti cantiknya ilang loh."

"Gombal! Udah tua masih aja ngegombal." Shani memukul pelan bahu suaminya.

"Biar tua tetep cantik kok Ma..."

.

#### Hangatnya suasana

Dari kejauhan terdengar suara mobil mendekat. Keduanya menoleh ke arah jendela.

CERITA DIBALIK KONTRAK (GITSHAN) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang