19: Ungkapan Kegelisahan

768 95 16
                                    
















19

### Menghabiskan Waktu Bersama

Setelah ibu Gito pergi bekerja, suasana rumah menjadi lebih tenang dan sunyi. Gito dan Shani duduk di ruang tamu, masih merasa sedikit canggung setelah pembicaraan di meja makan. Keheningan membuat Gito merasa gelisah, dan Shani yang biasanya ceria tampak ragu untuk memulai percakapan. Akhirnya, dia memutuskan untuk menanyakan sesuatu yang sudah mengusiknya sejak tadi.

"Gito, kamu tadi bilang kalau kamu sudah tertarik dengan ku sudah dari lama ya?" tanya Shani dengan nada ingin tahu.

Gito terdiam sejenak, merasa bingung harus mengatakan apa. "Iya....." Bohong Gito, makanya ia hanya membalas dengan singkat.

"Hah... Jangan kan suka, tau aja enggak. Huuuh, kayaknya sekali kali boleh deh liat seminar, gak tidur mulu." Dialog Gito dalam hatinya yang menyesal karna dalam acara acara kampus ia selalu tidur dalam acara.

"Ahhh.... Git, kamu bisa aja buat aku baper." Ucap Shani tak lagi canggung dengan Gito.

"Kutarik kembali kata-kata ku. Sejujurnya aku cuma cari alasan aja buat jawab pertanyaan ibu dari." Ucap Gito dengan heran kepada Shani yang begitu antusiasnya dengan hal yang menurutnya tak begitu penting.

Shani tersenyum lembut, melihat ketulusan di mata Gito. Dia mengira Gito sedang menutupi rasa malunya setelah mengaku tertarik padanya sejak lama. "Nggak apa-apa, Git. Aku mengerti. Kadang kita memang bisa salah mengingat hal-hal kecil. Yang penting adalah sekarang, kan?"

Gito merasa heran dengan kepercayaan diri seorang Shani. "Iya, yang penting adalah sekarang. Aku senang kita bisa saling mengenal lebih baik sekarang."

****

Setelah percakapan itu, mereka duduk bersama di ruang tamu. Gito mulai merasa lelah dan merebahkan tubuhnya di sofa, berharap bisa tidur sejenak. Namun, Shani menahan tangannya, tidak membiarkannya tidur.

"Git, ayo kita keluar jalan-jalan," kata Shani dengan semangat.

Gito membuka matanya setengah terpejam. "Kemana, Shan? Aku pengen tidur, kebiasaan ku kalo bisa tidur ya aku tidur Shani."

"Ke luar, terserah kamu mau kemana. Aku bosan di rumah," jawab Shani, tetap bersemangat.

Namun, ketika Gito mulai merebahkan tubuhnya di sofa, Shani menarik tangannya lagi. "Git, ayo bangun. Kita pergi sekarang," katanya sambil menarik-narik tangan Gito.

Gito yang benar-benar ingin tidur lagi pun akhirnya menarik tangan Shani dan memposisikan tubuh Shani di sampingnya di sofa. "Bentar aja, Shan. Sekarang aku benar-benar ingin mengistirahatkan pikiranku sebentar," katanya sambil memeluk Shani.

Shani akhirnya luluh. Ia menikmati pelukan pria yang membuatnya nyaman. Sudah lebih dari 24 jam Shani belum memeluk tubuh pria yang mencuri hatinya tersebut. Mereka berbaring di sofa, berpelukan dalam keheningan yang nyaman.

### Suka tak Suka

Gito sebenarnya memendam pikiran yang mulai muncul kembali, ia dari sepulangnya dari kafe tempat ia bekerja masih berkutat dengan ucapan seseorang yang menurutnya setara dengan Shani.

FLASHBACK

Di sebuah kafe yang cukup ramai, Gito tengah sibuk dengan pekerjaannya. Suara mesin kopi dan obrolan pelanggan memenuhi ruangan, namun pikirannya melayang-layang. Setiap hari, ia harus berurusan dengan berbagai jenis orang, termasuk Gracia, rekan kerjanya yang selalu berusaha menarik perhatiannya.

Gracia selalu berusaha membuat Gito tertawa dengan lelucon-leluconnya, atau sesekali memberikan pujian yang membuatnya merasa dihargai. Hal ini, tanpa disadari, membuat Gito bimbang. Perhatiannya terbagi antara pekerjaannya, godaan Gracia, dan pikirannya tentang Shani.

CERITA DIBALIK KONTRAK (GITSHAN) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang