Aku merebahkan diriku diatas kasur dengan seragam yang masih lengkap membalut tubuh, baru hari pertama aku bersekolah tapi rasanya sangat amat lelah. Aku mengambil MacBook dan melirik jam yang berada dikamar, sekarang sudah menunjukkan pukul 2 siang. Karena sekarang bulan Januari jadi di Jerman pasti masih pukul 8 pagi. Dengan segera aku menyalakannya dan mulai memasuki macam2 jaringan socialku. Aku tersenyum senang mengetahui Victoria sedang on di skype, tanpa menunggu dia menyapa aku menekan tombol video call.
Sudah 2 jam kuhabiskan untuk bercerita bersama Victoria, hubungan kita terpaksa harus diputus karena Victoria diminta menemani ibunya berbelanja. Aku beralih ke blog dan mulai menuliskan kejadian hari ini untuk dibagi bersama para pembaca setiaku, setelah itu aku menutup MacBook dan mulai tertidur dengan seragam yang masih melekat ditubuh.
Terasa sesuatu yang menggeliat di tubuhku, aku terlonjak bangun dari tidurku yang nyenyak. Suara tawa terdengar memenuhi seluruh penjuru kamarku, mataku membulat melihat siapa pemilik suara itu. Nathan dan Radit.
"Ngapain ga lo berdua disini? Ini kan kamar cewek." Aku melempar mereka berdua dengan bantal, yang sukses membuat mereka semakin tertawa keras.
"KAK!! Apaansih bawa2 cowok ke kamar gue." Aku kembali bersuara ketika mendengar mereka tidak menjawab.
"Maaf Kin abis dari tadi lo dibangunin susah banget, jadi gue minta tolong Radit deh."
"Dia jauh2 kesini cuman buat bangunin gue? Penting amat."
"Gausah pede deh lo, dari sore juga gue kesini buat main. Jadi cewek kok kebo banget sih tidur sampe malem gini." Radit menyela perkataanku ketika tawanya bisa dihentikan.
"Jam berapa emang sekarang?"
"Jam 7 malem." Jawab mereka berbarengan yang membuatku berlari kecil kearah kamar mandi.
"Mau ngapain si Kinthan?" Tanya Radit bingung.
"Mandilah, masa tidur lagi. Udah kita nunggu di kamar gue aja." Mereka berdua beranjak meninggalkan kamarku yang kini berantakan.
*
Pelajaran pertama hari ini adalah olahraga, aku berjalan menuju lapangan sekolah beriringan dengan semua teman2ku.
"KINTHAN!" Sebuah suara memanggilku yang membuatku mencari2 sumber suara tersebut. Seorang cewek dengan tinggi sekitar 160 berlari kearahku.
"Kinthan kan? Ke lapangan bareng yuk." Ajaknya ketika jarak kami sudah dekat.
"Eh iya ayo."
"Kenalin aku Casey." Katanya sambil mengulurkan tangannya, aku membalas uluran tangannya dan tersenyum senang.
Olahraga kali ini adalah basket, Mr. Zody membagi kami menjadi 4 kelompok yang dicampur antara laki2 dan perempuan. Aku cukup senang mengetahui bahwa aku satu kelompok dengan Casey, dengan begitu aku tidak perlu bersusah2 berbaur dengan yang lain. Kelompokku main pertama melawan kelompok yang terdapat Radit didalamnya, yang aku dengar dia sangat jago dalam bidang olahraga tapi masa bodo amat aku pasti bisa mengalahkannya.
Sejauh ini kelompok Radit masih unggul 2 bola dari kelompokku, aku menjaga Radit dengan ketat agar dia tidak bisa memasukkan bola lagi. Dengan usaha keras, akhirnya aku dapat merebut bola dari tangannya tapi sedetik kemudian semuanya gelap.
Putih adalah pemandangan yang pertama kulihat saat mataku mulai terbuka, ruangan yang cukup asing bagiku. Aku mulai mengerjapkan mataku untuk beradaptasi dengan cahaya diruangan ini, mataku mengedari ke seluruh ruangan ini mencari sesuatu yang kukenal.
"Oh God akhirnya kamu sadar juga Tan." Aku terkejut melihat sebuah tangan yang melingkar kearah leherku.
"Ca- Casey? Aku dimana? Kok bisa sampe disini?" Casey melepaskan pelukannya dariku, kemudian dia menjelaskan semua yang terjadi. Aku pingsan dan dibawa ke uks, kalian tau siapa yang membawaku keruangan ini? Yap dia Radit.
"Dimana Radit?"
"Dia dan entahlah siapa namanya, sedang meminta surat izin pulang untukmu. Mereka juga sedang mengambil barang2mu."
"Kau dekat dengan Radit? Kok bisa sih?" Tanya Casey ketika melihatku tidak merespon jawabannya.
"Biasa aja sih Cas, emang kenapa?"
"Dia itu dingin sama semua cewek, dan kau tau? Saat dia menggendongmu, seluruh anak perempuan dikelas kita menatap kaget dan beberapa fans Radit menatapmu cemburu."
"Oh jangan, aku tidak mau di bully mereka."
Casey tertawa melihat responku, setelah itu tidak ada percakapan lagi diantara kami. Hanya terdengar suara jam dinding yang detiknya terus berbunyi memenuhi seluruh ruangan sampai sebuah suara menggema ditelingaku.
"KIN!! Akhirnya lo sadar, lo tau ga berapa lama lo pingsan? Setengah jam, bikin gue takut tau." Suara itu milik Nathan, ya siapa lagi yang memiliki tingkat kecerewetan lebih dari dia. Dibelakangnya terlihat Radit yang entah kenapa dimataku dia terlihat..khawatir? Lupakan sajalah apa yang baru kuucapkan.
"Oh iya Kak, ini temen sekelasku- Casey." Mereka berdua saling berkenalan, sepertinya Casey tertarik dengan Nathan..Oh tidak itu hanya otak soktau punyaku yg berbicara. Setelah itu Casey pamit untuk kembali kekelas dan melanjutkan pelajaran.
"Makasih ya Cas." Ucapku tulus.
"Anytime dear." Casey melenggang pergi meninggalkan aku bersama kedua cowok ini.
"Ayo kita pulang, kuat ga buat jalan? Gue gendong aja deh." Belum sempat aku menjawab, tangan Nathan sudah membawa tubuhku. Radit berada dibelakang Nathan, dia membawakan semua barang2ku. Aku sudah berada di dalam mobil, kulihat Radit memasukkan barang2ku ke bagasi mobil. Nathan izin kepadaku kekelasnya untuk mengambil tas sekolahnya, Radit telah selesai dengan pekerjaannya, aku menghentikan langkah Radit ketika dia ingin pergi.
"Makasih ya Dit buat semuanya, maaf ngerepotin." Kataku dengan amat sangat pelan.
"Tau kan kalo ngerepotin?" Mendengar jawaban darinya membuatku kecewa, dan sesuatu didadaku terasa sakit entah apa itu. Aku hanya diam mendengar tanggapannya, kemudian dia melangkah mendekatiku, berhenti sebentar dan kemudian dia membisikkan sesuatu.
"Tolong jangan kayak tadi lagi ya, jangan buat gue panik dan khawatir sama lo. Jangan buat gue sedih." Dia mengusap kepalaku pelan, kemudian melangkah pergi meninggalkanku yang masih terpaku. Taukah dia efek dari kata2nya? Menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story
Teen FictionKinthan dan Nathan saudara kembar yang memiliki sifat yang berbeda. Kinthan membenci Nathan yang selalu gemar merecoki hidupnya, tapi karena suatu kejadian Kinthan akhirnya sadar kalau Nathan sangat berarti baginya dan dia sangat menyayanginya. Nath...