Kinthan sadar dihari kedua dia masuk kerumah sakit, dan kini dia mencoba melakukan kegiatannya seperti biasa. Padahal waktu 5 hari Kinthan dirumah sakit tidak cukup untuknya kembali kerumah, karena dia memaksakan kehendak akhirnya dia dibolehkan dengan syarat istirahat dirumah dengan intensif dan tidak boleh mengerjakan hal-hal yang berat. Tapi bukanlah Kinthan jika menuruti kemauan dokter, sekarang akulah yang kewalahan mengurusinya. Tapi aku bersyukur ada Radit yang selalu membantu menangani Kinthan, entah kenapa Kinthan selalu menuruti perkataan Radit walaupun pada awalnya dia akan mengeluh. Hari ini adalah jadwal check up bagi Kinthan, aku membawa Kinthan kerumah sakit. Setelah bertemu dengan dokter Farel aku memutuskan untuk mengajak Kinthan ke cafetaria, tapi akhirnya hal itu terjadi. Kinthan bertemu Lulu.
"KAK KINTHAANN!!" Gadis itu - Lulu, memeluk Kinthan ketika melihat kami berdua sedang berada di cafetaria. Reaksi Kinthan setelah itu hanyalah mengulum senyumnya dengan sangat tipis, mungkin kini diotaknya hanyalah memikirkan siapa gadis yang sedang memeluknya kini. Sebelum Kinthan membuka suara, aku menarik Lulu menjauhi Kinthan, Kinthan hanya diam duduk ditempatnya sambil memandang aku dan Lulu.
"Lu waktu itu aku udah bilang kan, jangan temuin Kinthan dulu."
"Iya kak, tapi kan udah hampir seminggu dari yang kakak bilang. Emang masalahnya apa kalo aku ketemu Kak Kinthan?"
"Masalah banget." Itu perkataanku yang tidak kusampaikan dan hanya ada didalam otakku.
"Bukan gitu, tapi kamu gangerti Lu." Hanya kata itu yang akhirnya keluar dari mulutku.
"Kalo gitu buat aku ngerti, aku kan ga bodoh Kak."
"Kalian kenapa sih?" Suara itu milik Kinthan, dia kini berada di belakang kami berdua dengan mukanya yang terlihat penasaran.
"Kak Kinthan apa kabar? Kangen banget deh sama kakak, makin cantik ajaa." Sial aku akan mengutuk orang yang mengatakan ini jika bukan Lulu, sayangnya dia adalah Lulu dan itu tidak mungkin. Sangat bodoh memang gadis yang satu ini, tapi bukan salahnya juga jika tidak mengetahui apa yang terjadi.
Aku melihat Kinthan yang mengerutkan dahinya "Hmm maaf tapi ini siapa ya? Kita kapan pernah ketemu?" Itulah perkataan yang keluar dari mulut Kinthan, kini mataku menangkap gadis yang pernah kukagumi dulu. Dia melakukan hal yang sama dengan Kinthan yaitu mengerutkan dahinya.
"Kak Kinthan jangan bercanda ah, ini aku Lulu. Kita kan udah sering main dari kakak masih SD."
Perkataan Lulu membuat Kinthan terdiam sejenak, dia seperti sedang menggali memori yang ada diotaknya. Tidak berselang lama setelah itu Kinthan terjatuh, aku sangat bersyukur tanganku dengan reflek dapat menangkapnya. Kinthan pingsan.
- - - - - - - -
Rasanya sangat menyakitkan, terasa ada seseorang yang sedang mengaduk-aduk kepalaku dan memainkan otakku. Bau yang khas memasuki hidungku, bau yang selalu aku suka walaupun aku membencinya. Jangan tanya maksudnya apa, aku pun tidak mengerti. Mataku mulai meneliti ruangan ini, ingin mengetahui aku dimana walaupun dengan jelas aku mengetahui keberadaanku. Rumah sakit. Nathan berada disampingku menatapku dengan kata yang mungkin tidak akan disampaikan olehnya, disebelahnya ada Dokter Farel dan ada satu orang lagi yang sedang duduk dikursi yang dekat denganku. Bukan satu tapi dua. Pemilik kedua mata itu memandangku dengan cara yang berbeda, karena jenis kelamin mereka juga berbeda. Radit dan seorang gadis yang kuketahui bernama Lulu duduk di kursi itu.
"Akhirnya anda sadar juga Nona Richard, anda harus banyak istirahat dan jangan terlalu memaksakan otakmu untuk berfikir." Dokter Farel membuatku mengalihkan pandangan dari Lulu kedirinya, aku berusaha menyimak perkataannya tapi yang ada dipikiranku kini hanya pertanyaan yang menumpuk. Setelah berbicara denganku Dokter Farel pamit pergi dan mengajak Nathan keruangannya. Kini diruangan ini hanya terdapat aku dan kedua orang itu yang sedang menatapku, aku mulai mencari jawaban tentang banyak pertanyaanku tapi hasilnya adalah nihil.
Ruangan ini terasa sunyi sekali bahkan lebih sunyi dari pemakaman, tidak ada diantara kami yang ingin memulai sebuah percakapan masing-masing sedang bermain dengan otaknya sendiri. Aku hendak membuka suara, ucapanku terhenti ketika melihat Nathan masuk.
"Istirahat aja Kin, jangan mikir yang macem-macem dulu." Itulah perkataan Nathan yang membuatku mendengus, bagaimana mau ga mikir yang aneh-aneh kalo aku tidak tau apa yang terjadi dengan diriku sendiri.
"Aku kenapa sih Kak? Waktu itu bilangnya cuma kecapekan."
"Ya emang bener kok."
"Boong, terus kenapa kepala aku sakit banget?"
"Pusing biasa kok."
"Aku bukan anak kecil lagi yang harus selalu kamu boongin Kak, itu Lulu siapa? Kenapa aku gakenal dia tapi dia kenal aku?" Emosiku keluar, ini adalah pertama kalinya aku marah didepan orang selain Nathan. Radit dan Lulu hanya diam, sesekali mata mereka melirik kearah aku dan Nathan.
"Baiklah, aku janji akan menjelaskan jika kamu sekarang istirahat."
"Aku maunya sekarang Nat! Apa susahnya sih tinggal ngejelasin ke aku?"
"Kita tunggu papa sama bunda, mereka udah dipesawat."
"Ke-kenapa mereka sampe kesini?" Mendengar perkataan Nathan tadi cukup membuatku tergugup, aku tidak dapat membayangkan jika bunda dan papa sudah berada diruangan ini. Matilah riwayatku.
"Karena kamu terlalu keras kepala, makanya lain kali dengerin kata-kata gue bisa kan?" Nathan membentakku dan aku tidak dapat berkata-kata lagi. Ini pertama kalinya Nathan terlihat berantakkan karena diriku sendiri. Memang dasar aku orang paling menyusahkan.
Nathan beranjak dari ruanganku, matanya seperti menyuruh Lulu untuk mengikutinya keluar kamar. Sedangkan Radit beranjak dari kursinya dan duduk di pinggir ranjangku, dia hanya diam sambil menatap mataku dengan kedua bola mata hazelnya yang sangat tajam. Dia mendekatkan wajahnya ke wajahku hingga nafasnya yang hangat terasa oleh kulitku, sesuatu yang hangat menyentuh bibirku.
"Istirahatlah Kin." Radit melepas bibirnya dari bibirku kemudian dia pergi meninggalkanku yang masih mencerna tentang apa yang baru saja terjadi
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story
Teen FictionKinthan dan Nathan saudara kembar yang memiliki sifat yang berbeda. Kinthan membenci Nathan yang selalu gemar merecoki hidupnya, tapi karena suatu kejadian Kinthan akhirnya sadar kalau Nathan sangat berarti baginya dan dia sangat menyayanginya. Nath...