Aku berusaha untuk mengatur nafasku yang sangat terasa sesak, disampingku Radit menatap keadaanku dengan cemas. Sesekali Radit mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya mungkin untuk mengetahui apakah kita diikuti atau tidak, aku menepuk dahiku ketika mengingat kami berdua meninggalkan Nathan disana. Aku tidak dapat memikirkan apa yang akan terjadi saat Nathan melepaskan amarahnya yang disimpan selama ini, dengan cepat kuraih iPhoneku dan menekan beberapa angka yang kuhafal diluar kepala, nada dering ketiga telfon itu terangkat dan aku menghela nafasku dengan lega.
"Kak dimana?"
"Aku di hmm kamu pulang duluan aja ya sama Radit aku ada urusan sebentar."
"Jawab dulu pertanyaan aku Nathan."
"See you later Kin."
Telfon diputus secara sepihak oleh Nathan, aku menggerutu kesal saat kucoba menghubunginya lagi tapi yang kudapatkan malah suara operator yang memberi tau bahwa handphonenya tidak aktif. Radit menarik tanganku pergi menjauhi tempat persembunyian kita.
"Mau kemana Dit?"
"Ke mall lain aja yuk terus lanjutin kencan kita hari ini."
"Hm." aku berfikir sebentar setelah hanya mengguman seadanya, seperti teringat sesuatu mataku melebar saking kagetnya "apaan? kencan? siapa juga yang kencan sih Dit, lagian aku gamau ninggalin Nathan."
"Nathan udah balik duluan tadi dia bbm gue suruh melanjutkan kencan kita yang dia ganggu."
"Cih ga romantis lo ngajak cewek kencan aja kayak ngajak pembantu pergi." Aku menggumam kecil agar tidak dapat didengar oleh Radit, hari ini mungkin akan terasa lebih panjang dari hari-hari biasanya.
*
Setelah lelah seharian Radit mengajakku menjelajahi mall, dia ingin membawaku ke suatu tempat yang katanya pasti akan kusukai. Bukannya aku tidak senang pergi dengannya, hanya saja otakku masih terus memikirkan Nathan yang sedang bersama cowok sialan itu.
"Dit anter gue pulang aja ya? Gue gaenak badan." Radit menatapku sekilas kemudian kembali fokus ke jalan raya, dia tidak berbicara apa-apa hanya memutar balik arah tujuannya. Aku menatapnya bingung tapi mulutku kelu untuk bertanya tentang sikapnya saat ini, yang bisa kukeluarkan hanya kata terimakasih yang terdengar sangat samar dan Radit hanya menganggukkan kepalanya tanpa menoleh kearahku sedikitpun.
Aku turun dari mobil Radit dan langsung melesat masuk ke dalam rumah, tempat pertama yang aku tuju adalah kamar Nathan dan pemilik kamar itu sedang asik tiduran di kasurnya sambil bermain wii. Dia tidak berkata apapun saat melihatku memasuki kamarnya dan mengganggu dia bermain, hanya hembusan nafas yang lelah terdengar dari Nathan.
"Kak tadi gim-"
"Cie kembaran gue yang baru pulang pacaran sama Radit." Nathan memotong ucapanku dengan kata-kata yang sengaja dia buat menyebalkan untuk membuatku kesal dan melupakan kejadian tadi, tapi aku berusaha untuk tidak terpancing oleh perkataannya itu.
"Jangan dipotong bisa ga sih, tadi gimana?"
"Apanya yang gimana?" Nathan mengalihkan pandangannya ke layar handphonenya, aku mengambil paksa benda persegi itu dan menatap Nathan dengan tatapan memohon.
"Kenapa sih ga ceritain aku aja yang sebenernya, kakak ga ngapa-ngapain kan abis ketemu si bajingan Renfred?"
"Your language young girl."
"sagen sie mir nur Nathan."
(Katakan saja)
"Aku meninju rahangnya keras dan kami diusir oleh satpam mall, kemudian dia mengajakku berbicara di sebuah cafe dan dia juga mengajak Lulu-"
"Dia kenal Lulu dari mana?"
"Aku belom selesai bercerita Kin, bisakah kau tidak memotong ucapanku?" Aku hanya mengangguk sebagai jawaban untuk pertanyaan Nathan, setelah itu Nathan menjelaskan semua hal yang dia perbincangkan dengan Renfred.
Untuk yang tidak mengetahui siapa Renfred itu aku akan menjelaskannya, dia adalah mantan pacarku yang menjualku kepada teman-temannya untuk dipakai bersama, bahkan untuk mengucapkan kata itu saja aku sudah jijik. Waktu itu kami memang sedang berada di club dan Renfred setengah mabuk, aku sangat bersyukur sebelum tangan kotornya dan teman-temannya itu menyentuh bagian terpenting dari tubuhku, Nathan datang menyelamatkanku. Aku hanya bisa diam saat Nathan mencoba menggendongku dari tempat yang sangat kuhindari sejak saat itu, aku bahkan tidak sadar bagaimana aku bisa sampai diatas kasurku. Dan saat keesokan harinya aku terbangun, aku langsung menangis meminta pindah ke Indonesia, bunda hanya mengira bahwa aku putus dengan Renfred dan tidak bisa ada didekatnya oleh karena itu bunda dan ayah sepakat walaupun masih cemas sampai saat ini.
Setelah Nathan selesai bercerita aku tertidur pulas dikasurnya, Nathan menghembuskan nafasnya pelan dan mencium dahi Kinthan.
"Maaf aku tidak bisa menceritakan semuanya Kin, goodnight darl."
- - - - - - - -
Hari ini aku memutuskan akan mengajak Kinthan ke tempat itu dan rencanaku kali ini harus berhasil, pagi-pagi sekali aku sudah berani membangunkan Nathan dari tidurnya hanya untuk meminta izin untuk mengajak adiknya pergi tanpa Nathan ikut tentunya. Nathan menjawab dengan anggukan pelan dan langsung menutup mukanya dengan selimut, aku beranjak keluar dari kamarnya dan menuju kamar didepan kamar Nathan. Mungkin setelah ini aku akan dilempar oleh Kinthan dengan berbagai barang tapi aku tidak peduli, aku sangat senang membuat pipinya bersemu merah apalagi saat melihat mukanya menahan marah itu sangat lucu. Tanpa mengetuk pintu aku membuka pintu kamarnya dengan lebar dan berteriak mengucapkan kata selamat pagi.
Jangan tanya aku bagaimana menggambarkan raut Kinthan saat ini, oh dia benar-benar menggemaskan dengan piama kebesaran yang membalut tubuh kurusnya.
"WHAT THE HELL ARE YOU DOING MIKHANDRAA??!!!"" Kinthan mulai melempar barang-barang yang ada diatas meja, tuhkan apa aku bilang dia pasti melakukan itu. Dengan gerakan gesit aku menghindar dari timpukan maut milik Kinthan dan hanya tersenyum kalem melihat tingkah perempuan dihadapanku kini.
"Jalan yuk Tan."
"Lo subuh bangunin gue cuman buat ngajak jalan? Penting banget sih Dit, lagian tinggal sms aja kan kalo mau ngajak jalan nanti."
"Siapa yang mau ngajak jalan nanti?"
"Lah terus kapan?"
"Sekarang, gue tunggu dibawah ya pokoknya cepetan gak pake lama." Aku segera menutup pintu kamar Kinthan tanpa menoleh untuk melihat respon dari yang punya kamar. Tanpa kuketahui Kinthan membelalakkan matanya dan terus menggerutu, tapi dia tetap masuk kamar mandi dan menuruti perintah Radit. Entah mengapa walaupun malas rasanya kaki Kinthan berjalan sendiri mengikuti kata hatinya.
**
maaf banget ya updatenya kayak keong lambat banget :( vommentnya ditunggu yaa xx
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story
Teen FictionKinthan dan Nathan saudara kembar yang memiliki sifat yang berbeda. Kinthan membenci Nathan yang selalu gemar merecoki hidupnya, tapi karena suatu kejadian Kinthan akhirnya sadar kalau Nathan sangat berarti baginya dan dia sangat menyayanginya. Nath...