Eunhye kecil berlari-lari ditaman rambutnya yang Panjang tergerai ditiup oleh angin.Tawa riangnya menggemana diantara pepohonan,menjadi music yang mengisi sore hari yang cerah.Di belakangnya,ayahnya seorang pria dengan seragam militer rapi,mengejarnya dengan Langkah besar sambil tertawa.
"Eunhye,jangan lari terlalu jauh!" Seru ibunya,yang duduk diatas karpet piknik dengan keranjang makanan di sampingnya.
"Ibu,ayah tidak bisa menangkapku!" Eunhye berseru dengan nada menggoda,memutar tubuhnya untuk melihat ayahnya yang mencoba mengejarnya.
Ayahnya tertawa dan akhirnya menangkap eunhye,mengangkatnya tinggi-tinggi ke udara."Tertangkap!kau pikir bisa mengalahkan ayahmu,prajurit kecil?."Katanya penuh canda. Eunhye tertawa terbahak-bahak,menggantung di udara dengan kedua tangannya memegang bahu ayahnya."Aku cepat kan ayah?"
" Secepat kilat," jawab ayahnya sambil menurunkannya ke tanah.
Mereka pun berjalan kembali ke karpet piknik,di mana ibunya telah menyiapkan kimbap,buah segar,dan teh hangat.Eunhye duduk dipangkuan ibunya,merasa sepenuhnya aman dan dicintai."Eunhye,kau ingin mendengar cerita lagi tentang Bintang-bintang?" tanya ibunya sambil menyuapkan potongan kecil kimbab ke mulut eunhye.
Eunhye mengangguk antusias."Iya.bu!Yang tentang Bintang-bintang yang menyala untuk orang-orang yang mereka cintai!,"
Ibunya tersenyum lembut."Baiklah.Dulu,nenekmu sering bilang bahwa setiap kali kita merasa rindu pada seseorang yang jauh,kita hanya perlu melihat kelangit malam.Bintang-bintang itu akan bersinar untuk kita,membawa pesan cinta dan harapan."
Ayahnya duduk disamping mereka dan mengangguk sambil tersenyum."Itu sebabnya kau harus selalu percaya eunhye.Meskipun ayah pergi untuk tugas,kau hanya perlu melihat Bintang-bintang,dan ayah akan selalu ada untukmu."
Eunhye kecil memandang kedua orang tuanya dengan mata penuh kekaguman."Benarkah,Ayah?Ibu?Jadi,meskipun aku tidak bisa melihat kalian,Bintang-bintang itu akan memberitahu aku kalau kalian disana?.
"Benar sekali eunhye sayang."Jawab ibunya sambil membelai rambut eunhye."Kita selalu Bersama,Eunhye,selalu."
Kenangan itu terasa seperti mimpi yang hangat,namun semakin lama semakin jauh dari jangkauannya.Eunhye yang kita sudah dewasa sering mengingat momen itu di malam-malam sepi setelah ayahnya dinyatakan hilang saat bertugas dan ibunya meninggal dunia,kenangan itu menjadi satu-satunya harta yang ia miliki.
Dimasa kecilnya eunhye percaya pada Bintang-bintang dan pesan cinta yang mereka bawa.Tapi sekarang,didunia yang dingin penuh kehilangan ia hanya bisa berharap bahwa Bintang-bintang itu masih ada,meskipun terkadang sulit untuk melihat cahayanya dibalik awan malam.
Malam itu, di kamar tidurnya yang sepi, Eunhye menatap langit dari balik jendela besar apartemennya. Udara Seoul terasa dingin, tetapi pikirannya jauh lebih dingin. Kenangan tentang ayah dan ibunya datang tanpa permisi, membawanya kembali ke masa lalu—ke masa di mana ia masih percaya bahwa dunia ini sederhana dan penuh kehangatan.
Ia teringat hari-hari di mana ayahnya akan pulang dengan seragam militernya yang beraroma khas, lalu menggendongnya tinggi-tinggi seraya berkata, "Prajurit kecil Ayah, apakah kau sudah siap berlatih?"
Dan bagaimana ibunya akan tersenyum dari dapur, menyajikan sup rumput laut hangat yang selalu menjadi favorit mereka di musim dingin.
Dulu, keluarganya adalah dunianya. Sederhana, hangat, dan penuh kasih sayang. Namun, dunia itu perlahan memudar sejak ayahnya dinyatakan hilang dalam tugas, meninggalkan mereka dengan ketidakpastian yang menyakitkan.
Eunhye masih ingat hari ketika ibunya menangis diam-diam di kamarnya, mengira Eunhye sudah tertidur. Ia ingin mendekati ibunya, ingin memeluknya dan berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja, tetapi ia hanya bisa bersembunyi di balik pintu, meremas erat boneka kelincinya.
Lalu, beberapa tahun kemudian, ibunya jatuh sakit.
Eunhye yang saat itu masih remaja mencoba untuk tetap kuat, tetap bertahan dengan segala cara. Ia bekerja paruh waktu setelah sekolah, menabung sedikit demi sedikit untuk membantu biaya pengobatan ibunya. Namun, meskipun ia telah melakukan segalanya, takdir tetap merenggut satu-satunya orang yang tersisa dalam hidupnya.
Hari pemakaman ibunya adalah hari terdingin yang pernah Eunhye alami. Tidak karena cuaca, tetapi karena kehilangan yang begitu dalam.
Sejak saat itu, ia tidak pernah benar-benar mempercayai keajaiban.
"Bintang-bintang akan selalu bersinar untuk kita," kata ibunya dulu.
Tapi bagi Eunhye, bintang-bintang itu terasa begitu jauh, terlalu dingin, terlalu tak tersentuh.
Malam ini, memikirkan kembali semua itu, dadanya terasa sesak. Ia meraih secangkir teh yang telah dingin di meja kecil samping ranjangnya dan menghela napas panjang.
"Aku hanya perlu udara segar."
Tanpa banyak berpikir, Eunhye meraih jaketnya dan melangkah keluar dari apartemen, membiarkan angin malam membawanya ke mana pun ia harus pergi.

KAMU SEDANG MEMBACA
The sweet taste of love : A Cheesecake Love story in seoul
Teen FictionSinopsis "The Sweet Taste of Love: A Cheesecake Love Story in Seoul" kisah romantis yang berlatar musim gugur di Seoul, di mana daun-daun keemasan menghiasi jalanan dan aroma cheesecake memenuhi udara. Cerita ini berpusat pada Eunhye, seorang penul...