Beberapa hari setelah keluar dari rumah sakit, kehidupan di rumah Lily dan Delynn berubah dengan hadirnya Jemima. Bayi kecil itu membawa kebahagiaan baru, tetapi juga tantangan tersendiri terutama bagi Lily dan Delynn yang kini harus membagi perhatian antara Moreen dan Jemima.
Di dalam kamar utama, Delynn sedang duduk di tempat tidur dengan Jemima dalam dekapan, menyusui bayi mereka dengan penuh kasih sayang. Matanya sedikit lelah, tetapi ada kebahagiaan yang jelas terlihat di wajahnya. Sementara itu, Lily duduk di sampingnya, mengelus lembut punggung Delynn agar istrinya tetap merasa nyaman.
Di sisi lain, Moreen duduk di lantai bersama beberapa bonekanya. Meskipun dia senang punya adik, terkadang dia juga merasa sedikit iri karena mama dan papa kini lebih banyak memperhatikan Jemima.
Lily yang menyadari perubahan sikap Moreen pun segera menarik putri sulungnya ke dalam pelukan.
"Moreen sayang, kenapa diem aja?" tanyanya lembut.
Moreen mengerucutkan bibirnya.
"Papa sama Mama sekarang lebih sering jagain dedek. Moreen jadi sendiri..." suaranya kecil, terdengar sedikit sedih.
Lily tersenyum lembut, mengangkat Moreen ke pangkuannya.
"Sayang, Papa sama Mama tetap sayang Moreen, nggak ada yang berubah. Cuma sekarang kita harus jagain dedek Jemima juga karena dia masih bayi."
Delynn yang mendengar percakapan itu ikut menoleh. Setelah memastikan Jemima sudah tertidur dalam gendongannya, dia menyentuh pipi Moreen dengan lembut.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Moyin tetap anak kesayangan Mama. Moyin kan sekarang cece, boleh bantuin Mama jagain dedek?"
Mata Moreen berbinar mendengar itu.
"Beneran? Moyin boleh bantu?"
Lily mengangguk.
"Tentu dong! Cece moyin bisa bantu Papa ambilin popok, nemenin Mama nyuapin dedek, atau nyanyi buat Jemima biar dia tidur."
Moreen tersenyum lebar, semangatnya kembali muncul.
"Oke! Moyin mau bantu jagain dedek!"
Delynn tertawa kecil, menepuk pelan kepala Moreen.
"Pintar banget anak Mama."
Lily mencium puncak kepala Moreen dan berbisik,
"Papa sayang Moreen sama Jemima sama besarnya, nggak ada yang Papa pilih."
Hari-hari setelahnya, Moreen benar-benar serius dengan tugas barunya sebagai kakak. Setiap kali Jemima menangis, dia akan buru-buru memanggil Mama atau Papa. Kalau Lily sedang mengganti popok, Moreen akan dengan sigap memberikan bedak atau tisu basah. Bahkan, setiap malam sebelum tidur, dia akan menyanyikan lagu kecil untuk adiknya.