Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku dan Rayyan bertatap muka. Kata Tante Sofi, Rayyan merasa sungkan padaku. Dia tidak ingin aku merasa tak nyaman dengan kehadirannya, maka dari itu kalau aku sedang di rumah, Rayyan memilih untuk tidak mampir ke rumah Tante Sofi.
Aku pun bilang pada Tante Sofi untuk mengundang Rayyan sarapan. Aku ingin Rayyan tahu bahwa aku tak keberatan dengan eksistensinya.
Melihatku keluar kamar, Rayyan mendadak kikuk.
"Hai, Katja," sapanya yang lebih terdengar seperti sedang mencicit.
Aku melempar senyum tipis padanya. Perlahan, rasa rindu menggerayangiku. Sebisa mungkin, aku bersikap biasa saja di depan Rayyan, meski sebenarnya aku sangat ingin menghambur ke pelukan lelaki itu dan melihat senyum lebarnya.
"Hari ini kamu nggak ke kantor, Katja?"
"Ke kantor, agak siangan. Kamu?"
"Sama."
Rayyan mengulas senyum yang terasa kaku. Hatiku mencelus melihat usaha Rayyan untuk tampak baik-baik saja, padahal mungkin, hatinya berserakan karena aku.
"Yuk sarapan bareng, Yan," ajakku. Rayyan setuju dan mengekor padaku.
Waktu menunjukkan pukul enam pagi saat keluarga kecilku, Rayyan, dan Tante Sofi meramaikan meja makan. Kami mulai sarapan bersama. Diam-diam, aku mencuri pandang pada Rayyan yang memilih makan sambil bercengkerama dengan Keenan. Ada kelegaan tersendiri melihat Rayyan masih sangat dekat dengan Keenan.
Tante Sofi bilang, Rayyan masih suka meluangkan waktu untuk Keenan. Tak jarang, lelaki itu memilih WFH agar bisa bekerja sambil menemani Keenan.
Tidak hanya dengan Keenan, sekarang Rayyan juga semakin akrab dengan Kahlia. Gadis kecilku itu terlihat semakin nyaman dengan Rayyan. Pemandangan itu tidak mengherankan buatku, karena aku tahu, lambat laun, ketulusan hati Rayyan akan membuat Keenan dan Kahlia menyayanginya, dan kini waktu telah membuktikannya.
"Kamu mau berangkat ke kantor jam berapa, Katja?" tanya Rayyan yang menyusulku ke wastafel.
"Belum tahu. Mungkin jam sembilan."
Rayyan berdeham canggung. "Aku bisa antar kamu, kalau kamu mau."
Aku hendak mengiakan, tapi urung karena kupikir, aku belum siap untuk menghabiskan waktu agak lama dengan Rayyan. "Makasih, tapi aku lagi pengin naik bus kota."
Tidak ada paksaan dari Rayyan. Lelaki itu menyerah dengan cepat dan memilih untuk pamit pulang. Aku tidak tahu harus sedih atau senang dengan sikap Rayyan yang satu ini.
Baca selengkapnya di https://karyakarsa.com/rachelea/private-message-843230

KAMU SEDANG MEMBACA
Private Message
Chick-LitKepergian Dirga membuat Katja Chaerina (28) menyandang status sebagai janda dua anak di usia yang sangat muda. Rasa sakit karena kehilangan separuh jiwanya membuat Katja harus berjuang menghadapi depresi. Bagi Katja, jatuh cinta lagi adalah hal yang...