Bab 1: Your Eyes

1.2K 75 4
                                    

**

Shilla berlari kecil menuju gerbang sekolah, 5 menit lagi bel masuk dan ia tidak mau melewatkan hari pertamanya di Global Art School menjadi terasa sia-sia hanya karena ia terlambat masuk dan menjadikan dirinya bahan pembicaraan guru-guru. Hina sekali rasanya.

Shilla terengah-engah saat menjejakkan kaki ke halaman sekolah lalu bel berbunyi.Shilla mengatur nafas lalu berjalan cepat menuju kelasnya. Shilla sudah kesini kemarin jadi dia sudah tahu dimana letak kelasnya sehingga tak perlu repot-repot bertanya pada segelintir manusia yang tak ia kenal disini.

Kelasnya sudah cukup ramai saat ia datang. Beberapa orang memperhatikannya,namun sebagian lagi sibuk sendiri-sendiri. Shilla lalu menemukan sebuah bangku kosong, disebelahnya sudah duduk seorang gadis manis dengan poni pagar.

"Sorry, bangku ini kosong?" Tanya Shilla, gadis itu mengangguk lalu tersenyum ramah.

"Kamu anak baru?Pindahan dari mana? Aku Sivia". Sivia mengulurkan tangannya untuk dijabat, Shilla menjabat tangan Sivia lalu berucap,

"Aku Shilla. Sebelumnya aku homeschooling". Sivia mengangguk lalu tak lama guru bahasa inggris mereka datang.

Shilla merasa tidak kesulitan belajar disini. Toh ini kemauannya untuk sekolah formal. Sebelumnya, Shilla hanya sekolah dirumah ia tidak diperbolehkan untuk sekolah formal oleh orang tuanya.Alasannya karena orang tua Shilla sering pindah rumah karena urusan bisnis mereka sehingga mereka tidak mau repot-repot untuk mengurus tetek bengek tentang sekolah.

Tapi tahun ini Shilla bersikeras ingin sekolah formal. Karena ia ingin mempunyai teman. Shilla bosan pergi keliling dunia, pindah tempat tinggal,pergi kemana saja yang ia mau. Tapi ia tak punya tempat untuk berbagi yang disebut sebagai teman.

Seumur hidupnya, Shilla tak pernah punya teman. Ia lebih sering berada di tempat-tempat untuk orang pergi berlibur. Menapaki tujuh keajaiban dunia, menikmati musim dingin,lalu terpesona pada musim semi. Shilla bosan, ia melakukan semua itu sendirian selama hampir 17 tahun hidupnya.

Satu-satunya hal yang ia inginkan adalah ia punya banyak teman. Menginap bersama, lalu bercerita sambil berbaring menatap langit-langit kamar, mengeluh tentang rasa sakit saat datang bulan, makan bersama waau hanya sebatas makanan murah pinggir jalan,juga bercerita saat jatuh cinta.

Sejujurnya, itu yang ia harapkan.Dan ia tahu, itu semua dimulai dari sekolah formal tempat seluruh anak remaja dengan berbagai macam karakter berkumpul. Maka,Shilla berkeras untuk tinggal di Jakarta,dirumah lamanya yang kini diurus oleh Pak Ujo beserta anak dan istrinya dan terus terang,Shilla merasa tak keberatan.

Karena memang ini yang ia inginkan...

Bel istirahat kemudian berbunyi, Shilla membereskan buku-bukunya lalu mengikuti Sivia ke kantin.Seolah belum terbiasa, mata Shilla membelalak melihat puluhan anak berdesak-desakkan di kantin. Ia tertegun,lalu Sivia mengernyit.

"Shilla, kenapa?" Tanya Sivia heran. Shilla tersenyum lalu menggeleng

"Setiap hari seramai ini?" Tanya Shilla bingung.

"Iya, ini kan kantin murid disekolah ini kan hampir seribu." Jawab Sivia.

Shilla mengangguk lalu membiarkan Sivia menariknya menuju meja yang sudah terisi oleh dua orang perempuan. Yang satunya berwajah tirus dengan bando berbentuk pita diatas kepalanya, hingga prempuan itu terlihat semakin manis. Yang satu lagi cantik dengan rambut digerai tanpa menggunakan aksesoris apapun.

"Lama banget lo Vi, ngapain aja sih?" tanya gadis yang berwajah tirus itu, lalu ia melirik Shilla dan tersenyum.

"Anak baru nih?" ujarnya.

"Iyalah!Pake nanya!" Jawab Sivia.

"Hallo, gue Febby" Gadis yang rambutnya tergerai mengulurkan tangan, Shilla menyambut tangannya dengan gembira.

"Shilla" Jawabnya singkat sambil tersenyum.

'Hallo Shilla, gue Ify." Kini giliran gadis berwajah tirus itu mengulurkan tangannya dan dijabat oleh Shilla.

"Shilla mau makan apa?" Sivia bertanya pada Shilla. Shilla mengangkat bahu lalu melihat Ify sedang memakan seporsi siomay.

"Siomay aja deh,Vi." Jawabnya. Sivia mengangguk lalu meninggalkannya dankembali dengan dua piring siomay dan dua botol air mineral.

"Pangeran kita masuk?'Tanya Ify pada Sivia yang membuat gadis sipit itu mendelik.

"Rio maksud lo?Pangeran lo aja kali bukan pangeran kita. Iya gak Feb?" Jawab Sivia diiringi anggukan mantap Febby.

"Siapa Rio?"Tanya Shilla bingng pada pembicaraan ketiga teman barunya.

"Mario Stevadit" Kali ini Febby yang menjawab, "Anak pemilik sekolah.Ganteng,kaya,tapi sombong sekaligus gak bisa diatur. Gak punya banyak teman kecuali Alvin yang emang dari kecil sama dia. Dia gak pernah punya pacar. Pernah digossipin homo sama Alvin terus dia ngamuk dan hampir bawa orang-orang yang nyebarin gossip itu ke jalur hukum. Dia dingin, tapi banyak pemujanya.Kalau lo liat, pasti lo jatuh cinta." Jelas Febby.

"Tapi jangan deh Shill, cukup Ify aja yang gila karena muja cowok sombong kaya dia" Sambung Sivia yang langsung disambut lemparan botol air oleh Ify. Shilla tertawa melihat tingkah teman-teman barunya lalu ia dikagetkan oleh pekikan beberapa murid perempuan takjauh darinya.

"Nah, tuh dia dateng" Ujar Febby. Shilla mengikuti arah pandang Febby lalu memperhatikan seorang pemuda tinggi dengan mata hitam kelamyang berdiri tak jauh darinya. Benar. Ia punya paras menawan,tanpa ia melakukan apapun semua perempuan sudah pasti melumer karena melhat wajahnya.

Shilla menatap pemuda itu, lalu tatapan mereka bertemu. Shilla merasa mata hitam kelam itu akan menelannya bulat-bulat.Shilla membuang tatapannya, lalu sesuatu dalam dada Shilla bertalu-talu dengan hebat karena kedua mata itu.

Untuk pertama kalinya, Shilla baru tahu. Ternyata sepasang mata bisa membuatnya berdebar...

**

Sumpahh ancur bangeeetttt! gak biasa bikin cerita remaja gitu, biasanya bikin cerita yang bahasanya baku. Jadi agak kaku sekaligus tertantang sama ide sendiri. Emang mainstream sih, tapi aku usaha buat sebaik mungkin ngebentuk cerita ini(?)

Maybe aku mau posting cerpenku, oneshoot. 

Di vote ya please,please,please jangan di liat doang:p 

Thankyou..



Oh, My Rio...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang