Hallo! Sebelumnya gue seneng banget karena cerita ini banyak yang baca.700 lebih yang liat!! Hiyayyyy!! Meskipun votenya cuma 80an tapi makasih banget yah.Sempet putus asa karena kirain tulisan orang patah hati ini gabakal ada yang baca.
So, ini cerita untuk kalian semua yang setia nunggu,vote,sama baca . Lafyuu gaess!
*
Berkali-kali Shilla mengelak pertanyaan yang bertalu dalam hatinya.Berkali-kali pula Shilla tidak bisa diam saat berada dekat Rio meski hanya beberapa meter. Sampai akhirnya, saat sedang mati-matian menghafal chord gitarnya, Rio duduk disebelahnya. Menatapnya sesaat lalu berdeham.
"Lagu apa?" tanya pemuda itu, suaranya datar dan dingin.
"When You Love Someone.." cicit Shilla.
Rio mengangguk singkat lalu asik sendiri dengan not balok yang ia tulis. Bersenandung pelan sampai akhirnya jengah karena perempuan disampingnya masih saja diam bagai patung. Rio menepuk Shilla,membuat Shilla mau tak mau melihat Rio.
"Cabut yuk!" ajak Rio.
"Ta-tapi-"Bantah Shilla,
"Udah, ayo! Keburu gurunya dateng"
Rio menarik tangan Shilla hingga Shilla mau tak mau mengikuti langkah besarnya. Membuatnya membatin,akan dibawa kemana ia? Ternyata langkah besar Rio mengarah pada tangga menuju atap sekolah yang begitu teduh karena tetutup dahan-dahan pohon besar di sekeliling.
Sebenarnya, apa sih maksud si Rio membawanya kesini? Jangan-jangan,pikirShilla, Rio adalah pemerkosa anak dibawah umur. Hiyyy...
"Tolong jangan mikir macem-macem ya!" Ujar Rio ketus.
"Ya gimana aku,eh gue gak mikir macem-macem! Maksud lo apa coba? Sumpah gue mau ke kelas" Sungut Shilla.
"Berisik banget sih!" Bentak Rio, membuat Shila mengkerut.
Melihat lawan bicaranya mengkerut seperti itu, Rio mau tak mau merasa bersalah juga.Lalu merutuki diri sendiri mengapa dia membawa shilla kesini. Ada apa sih dengan otaknya? Rio berdecak pelan.
"Sorry..Tapi gue cuma minta lo nemenin gue.Boleh?"
Shilla tidak mengerti, namun melihat rasa sepi dalam mata htam kelam milik Rio,membuatnya menyadari satu hal.
Bahwa harta ternyata tak cukup untuk mengobati rasa kesepian..
*
Gadis itu menatap nanar layar koputer yang masih menyala di hadapannya. Sebuah e-mail masuk yang mengabari tentang seseorang yang sudah jauh dari jangkauannya sejak dulu. Tidak perlu membaca e-mail itu dia juga sudah tahu bahwa sudah ada yang menggantikannya.
Bagaimana bisa pemuda itu tak mengingatnya lagi?Dan bahkan melupakannya dengan begitu cepat?Bagaimana bisa pemuda itu tak mengenalinya lagi sedangkan semua sosial media miliknya berteman dengannya?
"Rio, aku tahu, kamu marah sama aku. Tapi, kamu gak bisa lupain aku begitu aja yo. Kamu gak bisa lupain kita begitu aja." Bisik gadis itu samar.
Dia tak bisa seperti ini terus. Membiarkan Rio melupakannya bukanlah hal yang tepat. Sementara ia harus mati-matian menahan perasaannya, Rio sedang asyik jatuh cinta pada orang lain.
Masih ada waktu beberapa bulan sebelum kedatangannya kembali ke hadapan pemuda itu. Ia harus menyiapkan segala sesuatu. Yang mungkin akan menghancurkan rival barunya. Gadis itu menulis beberapa pesan singkat lalu menetapkan ke egoisannya yang bersarang jauh di dalam hati kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, My Rio...
Fiksi RemajaDi bulan desember tahun pertama dia masuk sekolah, Shilla jatuh cinta.. "Nama gue Rio" begitu katanya.. Awalnya, Shilla ragu untuk menatap mata hitam kelam milik Rio.. Lalu kemudian laki-laki itu menawarkannya perlindungan.. Sesuatu yang belum p...