Bab 8: Perhatian

778 41 8
                                    

            Bab 8: Perhatian

*

"Kau tidak perlu mengecup dahiku,cukup kau usap,maka kau akan tahu seberapa keras aku memikirkanmu. Kau tak perlu memeluk tubuhku,cukup kau tepuk pundakku,maka kau akan tahu seberapa kuat aku bertahan untukmu. Kau tak perlu memandang mataku begitu lama, selewatnya saja,maka kau akan lihat seberapa senang aku kau lihat" -andhikahadipratama

*

Shilla mengerjapkan matanya. Lalu sadar bahwa dia kini ada diruang UKS milik sekolahnya. Bau obat-obatan menyeruak ke hidungnya. Shilla berusaha duduk lalu menatap ke sekitar dan menemukan semangkuk bubur dengan surat yang di truh disamping mangkuk itu.

"Dear Shilla,

Jangan lupa makan buburnya! Pingsan gara-gara gak sarapan itu, gak keren tau!. –R"

Shilla tersenyum tipis dan menyadari bahwa ada yang lebih menarik dari semangkuk bubur di pangkuannya. Yaitu Rio yang tertidur pulas dengan tangan yang menopang kepalanya. Bibirnya terbuka sedikit dan mendengkur kecil. Shilla tersenyum, lucu,batin Shilla.

Yang di tatap malah menggeliat kecil dan menatapnya kembali. Rambut acak-acakkan dan mata merah khas bangun tidur. Rio tersenyum, seebuah senyum yang tidak pernah Shilla lihat sebelumnya.

"Makan gih." Ucap Rio acuh tak acuh.

"Lo nulis surat tapi lo ada disini?" Mendengar pertanyaan Shilla, Rio melengos.

"Gue tadi pergi, gue kira lo bakal bangun pas gue pergi kayak di film gitu kan, eh ternyata pas gue balik lo masih aja gak bangun. Lama banget sih, gue kira lo mati." Gerutu Rio.

Shilla tersenyum, lalu mengambil mangkuk bubur dan menyuapnya. Rio memperhatikan Shilla, lalu bangkit untuk mengambil air dan satu buah obat maag. Kemudian pemuda itu memberikan keduanya pada Shilla.

"Lo udah makan?" Tanya Shilla.

"Udah. Indomie." Jaawab Rio lalu membantu Shilla menaruh mangkuk yang tidak habis setengah. Shilla melotot.

"Itu namanya lo belum makan!"

"Well, seenggaknya makan indomie lebih baik daripada gak makan terus pingsan".

Shilla memutar kedua bola matanya dan membiarkan Rio dengan seenknya duduk di tempat tidur dan menatapnya tanpa kedip. Sedetik kemudian Rio tersenyum lebar. Membuat Shilla terkejut dan tak habis pikir. Jangan-jangan, dia lupa minum obat, pikir Shilla.

"Gue gak suka cewek yang mukanya pucat," Kata Rio "Tapi lihat lo, gue jadi suka."

\ Dan Shilla tidak tahu kenapa saat Rio mengatakannya, segalanya jadi terasa benar.

*

"Jadi, lo mau pulang sendiri aja?"

Alvin mendengus lalu mematikan handphone miliknya dan berjalan menuju mobilnya. Disana, Deva dan Ozy sudah menunggu sambil "duduk manis" didalam mobil. Alvin makin tidak habis pikir kenapa hidupnya harus dipenuhi oleh manusia seperti para sahabatnya ini.

"Rio mana, Vin?" Tanya Deva.

"Dia mau pulang sendiri, kan dia bawa mobil. Gue lupa." Jawab Alvin.

Deva dan Ozy mengangguk tanda mengerti dan membiarkan Alvin membelah ibukota dengan mobilnya. Lagipula, bagi Alvin, hal ini adalah satu-satunya cara agar Rio bisa sedikit memiliki rasa peduli atau bahkan kasih sayang. Sahabatnya itu, benar-benar sudah sakit hati terlalu parah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Oh, My Rio...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang