**
Ada sesuatu yang menyerang tanpa ampun. Dan sesuatu itu berdiam diri dibalik tempat yang tak pernah dapat untuk dipaksakan ataupun dipungkiri. Membuatnya berpikir, haruskah melepas?Atau mengungkapkan?
**
Shilla baru saja selesai menulis not balok sebagai tugas untuk jam berikutnya. Ia mendesah, menyadari harusnya waktu itu ia masuk kelas vocal saja agar ia bisa bersama tiga temannya.Dan bukannya terjebak diantara hampir 20 anak laki-laki dan hanya 5 orang perempuan disini.
Tadinya ia kira kelas ini akan menyenangkan seperti yang ia lihat di televisi. Tapi nyatanya ini sama saja membosankan seperti belajar di kelas. Shilla berdecak kesal. Kemudian menyadari kalau kelas ini bisa saja menyenangkan kalau saja gurunya diganti.
Kenapa sih Global Art malah menjadikan Mr.Syaf sebagai guru musiknya? Guru itu benar-benar menyebalkan dan tidak bisa diajak untuk bercanda sama sekali.Shilla mendesis, kok bisa-bisanya ada guru seperti ini disekolah yang katanya terbilang elite ini?
"Oke guys. Enough for today. See you later." Mr.Syaf mengakhiri kelas lalu meninggalkan ruangan .
Shilla menaruh gitarnya lalu membereskan beberapa alat tulisnya.Ia berjengit menyadari ada sesuatu yang melesat diatas kepalanya.Lalu kemudian terpana melihat seseorang yang baru saja melewatinya, hingga angin membuat parfum Aigner black itu memenuhi seluruh ruangan. Shilla hampir tak bisa bernafas.
Rio menatap Shilla tanpa eskpresi. Membuat gadis itu makin lupa bagaimana caranya untuk bernafas.Mata hitam kelam milik Rio itu membuatnya lumpuh seketika. Shilla baru menyadari bahwa sedari tadi ia berada diruangan yang sama dengan pemilik mata hitam kelam ini.
"Anak baru?" Suara berat itu mendominasi ruangan yang sudah sepi ini. Shilla mengangguk karena lidahnya mendadak kelu seketika.Rio memandang Shilla lagi,kali ini menatapnya sayu namun tetap mengintimidasi.
"Nama gue Rio" Begitu katanya.Kemudian Rio berdeham.
"Gue yakin lo udah tahu,semua orang juga kenal gue. Gue punya reputasi yang baik disini,lagian bokap gue yang punya ini sekolah." Katanya lagi sadar pesona dan sadar diri dia siapa. Dia tidak berniat menyombongkan diri, tetapi memang begitu kenyataannya kan?
"Lo siapa?" Nada bertanya yang seolah-olah tak peduli tapi membuat kedua pasang mata hitam kelam itu berkelebat penasaran memandang sebuah objek cantik dihadapannya.
"Shilla.." Shilla bercicit pelan tapi Rio mengangguk-angguk.
"Oh.. oke"Rio hanya menjawab begitu. Ia berdeham salah tingkah lalu bergegas meninggalkan Shilla yang terbengong-bengong menatapnya.
Apa itu tadi?salam perkenalan dari gunung es?
**
"HAH?!APA?!DIA NGAJAK LO KENALAN?! HAH?!KOK GUE GAPERNAHHH IHHHHH!!" Ify mengerang frustasi sementara tiga orang temannya hanya menatap Ify dengan bingung. Sivia menggeleng dramatis lalu beralih pada Shilla.
"Kok bisa sih Shill? Dia kesambet setan apaan tuh?" Tanya Sivia. Shilla mengangkat bahu acuh tak acuh sementara Ify memandangnya penuh rasa iri.
"Kok bisa sih?Gue aja yang udah bertahun-tahun satu sekolah sama dia gak pernah dilirik sama sekali". Ify menggembungkan pipinya sementara Febby terkekeh geli lalu memutuskan untuk bergabung di ranjang Shilla bersama teman-temannya.
"Ya lo aja kali Fy, yang gak punya pesona.'. Ledek Febby.
"Sialan lo!Se-engganya kan ya gue sama Shilla cantiknya sama". Gerutu Ify.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, My Rio...
Teen FictionDi bulan desember tahun pertama dia masuk sekolah, Shilla jatuh cinta.. "Nama gue Rio" begitu katanya.. Awalnya, Shilla ragu untuk menatap mata hitam kelam milik Rio.. Lalu kemudian laki-laki itu menawarkannya perlindungan.. Sesuatu yang belum p...