"Di dunia ini, tidak ada yang terjadi tanpa alasan.Hanya karena kau tidak tahu alasan tersebut,bukan berarti itu adalah sebuah kebetulan." –Tuhan tidak pernah bermain dadu- ; Tia Setiawati Priatna
*
"Shilla!"
Shilla berjengit mendengar namanya disebut. Lalu gema langkah kaki terdengar mendekatinya. Gadis itu menoleh lalu mendapati Rio sedang tersenyum kearahnya seolah mengatakan "Hai, selamat pagi". Shilla menggeleng tak mengerti lalu kembali berjalan.
Sepasang sepatu converse abu-abu kini menyamai langkahnya. Shilla berdecak, ada apa lagi?Setelah seminggu mendiamkannya lalu tiba-tiba berbuat baik lagi? Rio itu manusia atau bunglon sih,sebenarnya?
"Hari ini ada kelas Biologi ya?"Rio bertanya. Basa-basi agar kesepakatannya dengan Alvin berjalan sempurna. Yang ditanya hanya mengangguk sekilas tanpa menoleh. Meski sebenarnya Rio tahu Shilla sedang berusaha menulikan telinga karena hampir semua murid di koridor kini mulai berbisik tentang mereka. Ah, bukan berbisik lagi sepertinya. Tapi memang terang-terangan menatap dan berbicara tentang mereka.
"Hari ini gue duduk disamping lo." Bukan meminta izin, tapi lebih ke melayangkan pernyataan bahwa jauh-jauh hari kursi disamping Shilla memang di peruntukkan untuk Rio.
"Buat apa?Nanti gue diamuk sama fans lo." Ujar Shilla terang-terangan.
"Justru biar lo gak diamuk gue harus duduk disamping lo." Sahut Rio lugas. Shilla menyipit menatap Rio lalu mencium bau kelicikan namun akhirnya gadis itu mendesah lelah.
"Terserah."Begitu katanya.Rio hanya tersenyum lebar lalu mengikuti langkah Shilla.
Namun gadis itu berhenti tepat dibangku pertama yang berhadapan langsung dengan meja guru. Rio hanya memasang wajah tak percaya. Lalu menarik tangan gadis itu dengan tatapan nelangsa. Yang benar saja?! Rio tidak akan bisa tidur kalau begini caranya.Apalagi guru biologi mereka (Mam Ira) galak sekaliii. Bisa-bisa Rio disuruh menggambar organ tubuh manusia beserta otot dan sel-selnya kalau pemuda itu ketahuan tidur.
"Kenapa?" Tanya Shilla polos bercampur bingung melihat wajah pucat pasi Rio. Yang ditanya hanya menggeleng gugup.
"Gue gamau duduk disini." Kata Rio pelan.
"Kenapa?" Pertanyaan itu lagi,Rio menggeleng tegas.
"Gue phobia duduk didepan. Aduh Shill, ditengah aja deh belakang Daud. Please,Shill.Nanti lo gue beliin ayam bakar di kantin sama apa kek yang lo mau. Gue bisa mati kalau duduk didepan Shill" Ujar Rio. Shilla mengangkat alis. Laki-laki seperti Rio?Punya phobia? Shilla mendecih samar.
"Bilang aja lo mau tidur kan?!" Tebak Shilla. Rio menggeleng cepat.
"Serius gue punya phobia nama phobianya dudukdidepanphobiatissarangitis." Sahut Rio asal.
Shilla berdecak pelan berusaha menahan tawa lalu mengikuti kemauan Rio. Lihat saja wajah Rio sekarang, seperti anak kecil yang berhasil mendapatkan cotton candy meski ibunya melarang. Pemuda itu duduk dengan senang lalu mengacak rambut Shilla.
Shilla menghembuskan nafas keras. Pasti dia akan jadi bahan gossip dan teman-temannya pasti akan mengintrogasinya setelah pulang sekolah nanti.
Kenapa Rio menjadikan segalanya rumit sih?
Yang Shilla tidak tahu Rio saat ini sedang senang setengah mati mengingat usahanya berhasil.
Sampai-sampai ia tidak tahu diseberang sana, seseorang sudah mendengar berita hangat pagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, My Rio...
Teen FictionDi bulan desember tahun pertama dia masuk sekolah, Shilla jatuh cinta.. "Nama gue Rio" begitu katanya.. Awalnya, Shilla ragu untuk menatap mata hitam kelam milik Rio.. Lalu kemudian laki-laki itu menawarkannya perlindungan.. Sesuatu yang belum p...