"Apa menurutmu dia menyukaiku? Entahlah, dia selalu memandangiku dan tidak pernah berhenti menatapku. Bagaimana menurutmu, Dylan?"tanyaku setelah bercerita panjang.
Dylan melirikku sekilas dan tetap mendengarkan lagunya.
"Aku berbicara denganmu, Dyl."
"Dan aku tidak peduli,"ujarnya sambil berjalan meninggalkanku di ruang tamu.
Well, ini adalah hari ketiga setelah aku tinggal di rumah besar yang di dominasi dengan warna hitam, putih dan abu-abu. Sejujurnya, aku nyaman tinggal disini jika tidak ada Dylan.
Aku tinggal bersama dengan Dylan karena ayahku yang harus pergi ke Belanda untuk mengurus Grandma. Dad menitipkanku di rumah Dylan karena Dad tidak percaya denganku. Yeah, aku memang ceroboh. Well, aku memiliki hubungan yang buruk dengan Grandma karena aku adalah anak hasil pernikahan Dad dengan Mom. Aku tidak peduli.
Aku mengambil ponselku dan menelpon Alice.
"Hai, Al!"ujarku.
"Hai! Bagaimana dengan kabarmu, Tamy? Kau tidak menghubungiku tiga hari ini."
"Yeah, aku sedang tinggal di rumah Dylan. Ayahku pergi ke Belanda dan aku sangat tersiksa disini. Dia selalu mengambil ponselku ketika aku ingin menghubungimu,"ceritaku.
"WHAT THE HELL? KAU TINGGAL DENGAN DYLAN?"
"Yeah."
"BAGAIMANA BISA?"
"Kau pernah dengar kalau aku dan Dylan pernah saling mengenal, bukan? Ayahku dan ayahnya sangat dekat dan itu membuat ayahku menitipkanku ke Dylan untuk mencegah kecerobohanku di rumah. Tapi dia akan kembali minggu depan,"ceritaku.
Alice benar-benar tidak percaya dan kami berbicara sangat lama hingga Dylan merebut ponselku dan mematikannya. "Berisik. Suaramu terdengar sampai ke atas. Apalagi suara tawamu."
"Terserah, ini hidupku."
"Ini rumahku."
"Aku tidak peduli, Tuan Sok Benar!"ujarku kesal.
Dia menatapku tajam dan berkata, "Kau bisa keluar dari rumahku, Nona Cerewet!"
Aku membelalakkan mataku dan berkata, "Baik! Aku akan segera keluar dari rumah ini."
Dylan menyilangkan lengannya dan menatapku dengan dalam, "Silahkan. Aku sangat tidak keberatan. Lagipula, rumah ini akan sangat menyenangkan jika kau pergi."
"Kau benar-benar menyebalkan."
"Aku? Siapa yang menyebalkan? Kau selalu berbicara banyak,tertawa dan itu semua menggangguku!"ujarnya kesal.
Oke, pertengkaran ini akan mulai lagi sepertibsaat aku dan Dylan masih SMP. Kami selalu bertengkar dan memutuskan untuk tidak saling mengenal jika di SMU nanti.
"Aku membencimu!"
"Begitu juga denganku."
Aku memejamkan mataku dan itu membuatnya bingung. Ini adalah kebiasaanku yang aneh.
"Apa yang kau lakukan?"tanyanya bingung.
"Marah."
"Huh?"
Ting... Tong...
Aku membuka mataku dan berlari ke arah pintu. Aku harap itu Dad.
---------------
Haii! Makasih yang udah mau baca! Jangan lupa vote dan comment. Maaf kalau ada salah2
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Guy
Random[18+] Karena penitipan yang ayahnya lakukan di rumah musuhnya, Tamia harus menghadapi kelakuan Dylan yang sangat menyebalkan. Tapi semenjak itu, hidupnya mulai berubah.