Ini adalah hari pertama kami menjalankan tantangan yang telah kami buat. Pagi ini, aku sudah bersiap untuk pergi ke kantor Dylan.
Di perjalanan, aku terus berbicara dan bercerita mengenai hal konyol. Dylan hanya menatapku. Dia sangat kaku.
Kami sampai di kantor Dylan dan Dylan disambut dengan hangat oleh para karyawan kantor tersebut.
"Jadi, kau bekerja di bagian mana?"tanyaku.
Dylan terdiam dan seorang pria berkata, "Selamat pagi, Mr. Beckett."
Kami sampai di sebuah ruangan dan aku menyentuh barang-barang yang terletak di meja kerja Dylan. Ups, aku hampir saja menjatuhkan lampu di mejanya.
"Lebih baik kau duduk di sofa. Aku tidak ingin kau merusak."
Aku duduk di sofa dan memperhatikan Dylan yang hanya melihat ke langit dan mendengarkan lagu.
"Apa yang kau kerjakan?"tanyaku.
"Tidak ada."
Seorang gadis masuk dan memberikan lembaran-lembaran penting kepada Dylan. Dylan menandatangani lembaran-lembaran itu dan gadis itu berkata, "Terima kasih, Mr. Beckett."
"Kapan kau akan selesai bekerja?"tanyaku.
"Dua jam lagi. Aku harus bertemu dengan seseorang. Kalau kau bosan, kau bisa pesan makanan ke asistenku yang tadi."
Aku berjalan keluar dan mencari gadis tadi.
"Hai!"sapaku.
"Halo. Ada yang bisa dibantu?"tanyanya.
"Bisa aku pesan makanan?"tanyaku.
Gadis itu mengangguk dan aku berkata, "Bisa kau pesankan pizza untukku? Pizza dengan daging, jagung dan paprika."
"Tentu. Ada lagi?"
"Hanya itu."
Aku menggeser tanganku dan sebuah tanaman kecil hampir terjatuh. Aku langsung menahannya dan terkekeh kepada asisten Dylan.
"Terima kasih,"ujarku.
Asisten Dylan yang masih terkejut itu tersenyum dan mengangguk. Aku langsung berjalan ke dalam ruangan Dylan dan terdiam menunggu pizza.
"Dylan, apa kau selalu melakukan itu? Menatap langit dan mendengarkan lagu?"tanyaku mulai bosan.
Dylan hanya mengangguk dan aku mendekatinya. Kami saling berpandangan dan aku tidak tahu apa yang harus aku perbuat.
Tidak lama kemudian, asisten Dylan yang bernama Gianna itu masuk membawa pizza. Dylan membayarnya dan aku mulai memakan pizza yang masih hangat itu.
"Kau mau tidak?"tanyaku.
"Tidak."
Sebuah paprika yang tercampur dengan saus terjatuh di atas sofa putih. Aku panik dan mengambil tisu. Nodanya masih sedikit terlihat. Aku segera mendudukinya.
***
"Kau mau kemana?"tanyanya.
Aku berpikir sebentar dan berkata, "Taman?"
Dylan mengangguk dan mengendarai mobilnya menuju sebuah taman kota yang sangat besar. Kami turun dan duduk di dekat sebuah danau yang dihiasi dengan angsa.
"Kau tidak akan berhasil membuatku tersenyum."
"Setidaknya, aku berhasil membuatmu mau berbicara, Dylan."
Aku beranjak dari dudukku dan bergerak ke tepi danau. Dylan juga ikut berdiri dan aku berkata, "Jadi, aku gagal membuatmu tersenyum dengan cerita konyolku. Aku akan membuatmu tersenyum dengan sesuatu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Guy
Random[18+] Karena penitipan yang ayahnya lakukan di rumah musuhnya, Tamia harus menghadapi kelakuan Dylan yang sangat menyebalkan. Tapi semenjak itu, hidupnya mulai berubah.