"Kau terlihat senang,"komentar Dad.
Aku tersenyum lebar dan Dad berkata, "Sabtu depan kita akan pergi ke Fragrant untuk berlibur dengan keluarga Beckett. Apa kau akan mengajak Walter atau Alice?"
"Aku lebih memilih mengajak Alice dan Bryan."
"Kenapa dengan Walter?"
"Aku sudah putus dengannya, Dad."
"Kenapa?"tanya Dad dengan wajah penasaran.
"Aku dan Dylan bertemu dengannya di sebuah hotel. Dia bersama dengan seorang gadis yang ternyata pacarnya,"ujarku.
Dad menggelengkan kepalanya dan aku berkata, "It's okay."
"Jika kau sedih, beritahu aku. Aku tidak ingin kau sedih,"ujar Dad tersenyum.
Aku mengacungkan jempolku dan menghabiskan sarapanku.
"Tamy, nenekmu serius."
"Huh?"
"Usiamu dua puluh tiga dan dia ingin melihatmu dengan calon suamimu. Kau harus membawanya ke Belanda bulan depan."
"Tidak, Dad. Aku masih terlalu muda."
"Dia akan kesini kalau begitu."
"Tidak apa-apa. Lagipula, aku sangat tidak ingin pergi menemuinya. Kalau dia ingin melihatku, pergilah kesini."
Dad terdiam dan bel rumah berbunyi. Aku berteriak, "MASUK!"
Tidak lama kemudian, Dylan berada di ruang makan kami dengan setelan pakaiannya yang hari ini tidak didominasi warna hitam.
"Hai, Dylan!"sambut Dad.
"Hai, Mr. Law!"
"Duduklah. Apa kau sudah makan?"
Dylan mengangguk dan duduk disebelah Dad. Mereka membicarakan seputar liburan nanti.
"Aku sedang bingung sekarang,"ujar Dad setelah meneguk minumannya.
"Ada apa, Mr. Law? Kita akan berlibur! Ayolah, semangat."
"Aku mencari calon suami untuk Tamy,"ujar Dad.
Dylan terkejut dan aku berkata, "Dad, kita hanya perlu membohongi Grandma."
"Bagaimana kalau dia akan menetap disini?"tanya Dad.
"Whoa, aku tidak mengerti,"ujar Dylan dengan bingung.
"Well, ibuku mungkin akan datang kesini untuk melihat Tamy dan dia sangat ingin melihat cucunya memiliki calon suami. Sepertinya dia menyesal dengan perbuatannya,"jelas Dad.
"Aku akan berpura-pura."
"Dylan?"kataku tidak percaya.
"Tenang saja, aku pandai mengatasi ini."
"Aku berhutang banyak terhadapmu, Beckett."
Setelah pembicaraan konyol ini selesai, aku dan Dylan berpamitan kepada Dad untuk pergi ke sebuah supermarket. Aku akan menghabiskan seharian ini di rumah Dylan.
"Aku tidak percaya kau akan memberikanku kesempatan kedua,"ujarku sambil berjalan masuk ke dalam supermarket.
"Aku tidak memberikanmu, tapi aku memberikanmu peluang untuk mendapatkan kesempatan kedua."
Aku tersenyum dan berkata, "Aku akan mendapatkannya."
"Awas!"ujar Dylan sambil menarikku.
Aku hampir saja menjatuhkan susunan kardus yang menjulang tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Guy
Random[18+] Karena penitipan yang ayahnya lakukan di rumah musuhnya, Tamia harus menghadapi kelakuan Dylan yang sangat menyebalkan. Tapi semenjak itu, hidupnya mulai berubah.