Aku membaca majalah dan bersandar di sebuah bantal. Alice sedang berada diluar bersama dengan Bryan.
Oh, yeah. Bryan adalah pria yang tampan. Dia memiliki rambut ikal yang menawan.
"Tamy."
"Yeah?"tanyaku terkejut.
Alice terlihat sangat kesal dan mundur. Aku melihat Dylan yang sedang berdiri di hadapanku. Apa yang akan dia lakukan sekarang? Memperkosaku?
Dylan menutup kamarku dan Alice. Dia menguncinya dan menaruh kunci itu di dalam kantongnya.
"Apa?"tanyaku kesal.
Dylan mendekatiku dan duduk di tepi ranjang. Aku berusaha menghindar dan tanganku mengenai sebuah lampu. Lampu itu hampir terjatuh dan dengan cepat aku menahannya.
"Tamy."
Tunggu, Tamy.
"Ya?"
"Maafkan aku."
"Aku tidak tahu kalau kau sudah bisa mengucapkan kata maaf,"ujarku cuek.
Dylan semakin mendekat dan kini dia bersandar di sebelahku. Aku bergeser dan Dylan menarikku.
"Kau ceroboh. Aku tahu kau akan terjatuh."
"Darimana kau tahu aku ada disini?"tanyaku.
"Ayahmu. Well, aku hanya ingin bilang kalau..."
"Apa?"
"I like you."
"Yeah, Alice juga sering berkata seperti itu, Dylan."
Dylan menggeleng dan berkata, "I love you, Tamy."
Jantungku berdetak cepat dan berkata, "Aku tidak ingin kau ada disini lagi. Bisa kau pulang, Dylan? Aku sangat terganggu."
Dylan beranjak dari ranjang dan menghela nafas. "Aku akan membuatmu menyukaiku. Ini tantangan yang kedua, Tamy."
"Coba saja!"
Dylan membuka pintu dan keluar kamar. Aku menghela nafas dan menggelengkan kepala. Dasar pria aneh.
Beberapa menit kemudian, Alice masuk ke dalam kamar dan bersandar di sebelahku.
"Besok pagi kita akan berolahraga di Wollingham Park dan siangnya, kita akan ke pantai!"ujar Alice dengan semangat.
Aku tersenyum dengan lebar dan berkata, "Sepertinya aku hanya akan menikmati waktu sendirian."
"Tenang saja, Bryan sudah mengajak temannya, Walter."
"Baiklah, baiklah."
***
"Ini Walter. Ini Alice dan Tamia,"ujar Bryan saling memperkenalkan.
"Hai!"sapa kami secara bersamaan.
Kami tertawa dan aku tersenyum melihatnya. Pria tampan ini memakai pakaian olahraga berwarna biru dongker dan wajahnya sangat segar.
"Baiklah, ayo kita ke taman."
Kami berjalan sekitar 200 meter untuk mencapai taman dan setelah sampai, kami melakukan pemanasan terlebih dahulu.
"Hai, Tamia!"sapanya.
Aku tersenyum dan menjawab, "Hai!"
Walter tersenyum dan aku membalasnya dengan senyuman.
Kami mengitari taman dengan berlari. Aku dan Walter berbagi cerita dan yeah, Walter adalah pria yang bekerja di sebuah restoran. Dia adalah CEO restoran tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Guy
Random[18+] Karena penitipan yang ayahnya lakukan di rumah musuhnya, Tamia harus menghadapi kelakuan Dylan yang sangat menyebalkan. Tapi semenjak itu, hidupnya mulai berubah.