Ify melenggang cantik memasuki gerbang sekolah bersama Gabriel pagi ini dan tentu saja hal itu berhasil menyita perhatian siswa-siswi seantero sekolah, begitu juga dengan Sivia yang datang beberapa menit yang lalu. Sivia sudah menebak hal ini akan terjadi, bohong jika dia tidak merasa sakit melihat orang yang dicintainya memperjuangkan gadis lain. tapi bagaimana lagi? dia sendiri yang meminta Gabriel berjuang, dia sendiri yang secara terang-terangan meyakinkan bahwa dia tidak keberatan, maka sudah seharusnya dia tahu konsekuensi dari kalimat itu.
Di seberang bangunan yang berbeda, Rio menyembunyikan wajahnya diatas meja, entah kenapa berita kedekatan Gabriel dan Ify membuat hatinya tidak nyaman, dia merasa ada hal yang aneh saat mendengar berita itu yang tersebar. ada apa ini sebenarnya? bukankah Gabriel menyukai Sivia? bukankah seharusnya dia senang karena dengan begini peluangnya mendekati Sivia jauh lebih besar? Tapi kenapa hatinya tidak sedamai itu? apa mungkin dia cemburu? Tapi atas dasar apa?
teeeett...
teeeeett...
teeeeet...
Bel masuk berbunyi, dalam hitungan menit seisi kelas seketika menjadi rapi dan diam di kursi masing-masing. Pelajaran pertama hari ini adalah Fisika, itu artinya mereka akan berhadapan dengan suasana tegang sepanjang pelajaran.
Bu Winda masuk kelas, semua siswa memperhatikan Bu Winda yang menjelaskan di papan tulis hingga masuk pada jam pelajaran kedua suasana kelas mulai tidak kondusif termasuk dua murid kesayangan yang kini yang tampak sibuk sendiri, Alvin yang bosan memilih focus membaca komik Bleach yang disembunyikan di dalam buku paket sementara Rio justru mendengarkan music menggunakan earphone sampai setengah tidur.
Ify berusaha memfokuskan pikirannya yang mulai menjelajah kemana-mana, susah payah dia menahan diri agar tidak tertidur dikelas.
Wiiiiing...
TUUKK
Tiba-tiba ada spidol melayang melewatinya kearah Alvin, Ify reflek menoleh melihat Alvin yang mengelus kepalanya, lemparan Bu Winda memang selalu tepat sasaran. Belum juga hilang keterkejutannya, ada lagi serangan kedua tepat dibangkunya...
BUUGG...
Kali ini penghapus papan yang melayang tepat dikepala Rio, Rio membuka matanya sedikit, mengelus kepalanya yang terasa sakit.
"ALVIIIIIN! MARIIO!" marah Bu Winda, keduanya menutup telinga menunggu Bu winda melanjutkan kalimatnya.
"Cepat kedepan dan kerjakan soal ini di papan tulis, ini hukuman karena kalian tidak memperhatikan saya ketika pelajaran" suara beliau terdengar nyaring keseuruh ruang kelas. Alvin dan Rio maju kedepan dengan malas, Bu Winda memberikan 3 soal berbeda utuk keduanya, Alvin menyipitkan matanya
"Banyak amat Bu..." Protesnya
"Ibu tambah 2 soal lagi! salah satu saja kalian saya hukum" putus beliau galak.
Alvin dan Rio mendengus pasrah. Mau tidak mau mereka harus mengerjakan soal itu dan yang pasti mereka akan tetap mendapat hukuman setelahnya.
"Alah, ini mah curang, orang Bu Winda tadi nggak ngebahas ini, teori dari mana kita bisa selesein coba!" gerutu Alvin.
"Udahlah, toh bakalan dihukum juga 'kan" balas Rio enteng.
Bu Winda tetap memasang muka garangnya sambil memperhatikan pekerjaan dua murid kebanggaanya dengan senyum tertahan.
***
"Kantin Yuk Yel, Laper gue" Ajak cakka.
"Yuk, Gue juga belum sarapan" jawab Iyel keluar dari kursinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] LUKA SEMESTA [END]
Teen FictionBlurb : Rio tidak bisa melupakan apa yang mama dan kakaknya lakukan 8 tahun lalu, dia marah tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya diam, berjalan seolah mereka tidak ada, menghilang, menghindar, seolah semua anggota keluarganya sudah mati. Hingg...