Rio mengamati sekelilingnya, sepanjang koridor masih ramai dengan sekumpulan siswa-siswi Cakrawala yang tengah menyibukkan diri sambil menunggu bel masuk. Dia menoleh ke berbagai arah, tapi tetap saja tidak ada tanda-tanda Alvin ada disana.
"Sebenarnya Lo kenapa sih, Vin!"
Ia melanjutkan langkah, sedikit tergesa melewati koridor sekolah, ruang kelas, ruang eskul, UKS, lapangan indoor, toilet dan beberapa ruangan lain yang sekirannya menjadi tempat anak itu melarikan diri. Ia masih tidak mengerti tentang apa yang sebenarnya terjadi, Ia binggung kenapa Alvin tiba-tiba menghindar, tak mau bertatap muka, apalagi menjawab pertanyaan yang Ia lontarkan di kelas tadi. Apa mungkin Alvin marah? Tapi kenapa? Memangnya dia salah apa?
Demi menjawab rasa penasarannya dia terus mencari Alvin di beberapa sudut Cakrawala, sampai rooftop sekolah, dia juga sudah menelpon Ify untuk mengizinkanya ke guru piket jika salah satu dari meŕeka tidak kembali.
"Ternyata bener dugaan gue" Rio mengulum senyum melihat siluet diujung ruang, langkahnya memelan seiring dengan terlihatnya sosok panjang Alvin yang terduduk dengan kepala tertelungkup diatas lutut.
"Vin..."
"Vin..."
"Alviiin..."
"Ko..."
"Nggak lucu ah, bercandanya!"
Rio tidak menyerah meski Alvin masih betah diam, bagaimanapun juga dia harus bisa mendapat kejelasan atas sikap tak biasa lelaki itu hari ini.
"Lo lagi puasa ngomong hah?"
Rio meratap dalam hati melihat Alvin membeku ditempat, meski tidak secara lansung jelas lelaki itu sedang marah, Alvin mendiamkannya, mengacuhkannya, mementahkan usahanya dengan sengaja. dia kenal benar siapa Alvin, dia tidak akan mengambil tindakan demikian jika tidak benar-benar marah. Dia menggigit bibir menahan sesak, apa-apaan ini? memangnya dia salah apa? apa yang telah dilakukannya sampai Alvin sangat marah? Apa!?"Viiiiin, jawab dong..."
"Alvin..."
Rio menghela nafas berat, kalau sudah begini, menunggu saharianpun tidak akan cukup untuk meminta kejelasan. huft! tidakkah Alvin tahu dia tidak suka diacuhkan? tidakkah Alvin tahu apa yang paling tidak bisa ditahannya setelah mereka bersahabat sekian lama? mungkinkah Alvin tidak menyadari itu? apa Alvin sudah lupa?
"Oke, Oke, Gue ngaku, gue salah. yaa, meskipun gue nggak tahu apa yang buat lo marah, tapi yang jelas apapun itu, gue minta maaf, gue emang bukan sahabat yang baik kalau lo lupa!" Ia memilih pergi setelah menyelesaikan kalimatnya, laipula untuk apa dia menunggu jika hanya akan membuatnya semakin sakit, bukankah akan lebih baik jika dia pergi?
❇❇❇
Ify berlari melewati koridor kelas XI begitu bel istirahat berdering, sebisa mungkin dirinya sampai disana sebelum dua orang yang dicarinya pergi ke kantin.
Ia tengah dilanda kepanikan luar biasa karena dua orang yang tadi pagi sempat bersitegang di kelas belum juga kembali, dia takut mereka bertengkar lagi apalagi kalau sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Ah, Ify lo mikir apaan sih!
"Kak Iyel, Kak Cakka!" Ify memanggil keduanya di balik pintu, "Untung kalian belum ke kantin"
"Gue mau minta tolong" Itu lansung mengutarakan maksudnya begitu Gabriel dan Cakka selesai memasukkan alat tulisnya kedalam tas.
"Apaan?"
Ify mendudukkan badannya di kursi kosong depan bangku Gabriel, dengan cepat dia menceritakan apa yang dilihatnya di kelas sejak Rio bertemu Alvin sepagian ini, obrolan mereka, sampai insiden Alvin keluar kelas setelah menampik tangan Rio yang hendak menahannya juga telepon minta izin ke guru piket. "Gue nggak tahu mereka ada masalah apa, tapi gue khawatir soalnya sampai sekarang mereka nggak ada yang balik"
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] LUKA SEMESTA [END]
Fiksi RemajaBlurb : Rio tidak bisa melupakan apa yang mama dan kakaknya lakukan 8 tahun lalu, dia marah tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya diam, berjalan seolah mereka tidak ada, menghilang, menghindar, seolah semua anggota keluarganya sudah mati. Hingg...