5

8.6K 513 8
                                    

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"apa??dirumah sakit?"

".........................."

"baiklah,terus pantau mereka"

"..............................."

"oke,jangan sampai kalian lengah"

"................................"

Disebuah gedung pencakar langit ditengah kota seorang laki-laki terlihat tengah mengakhiri sambungan telefon dengan seseorang.Setelah mengakhiri sambungan telefon tadi,ia mencekram erat kepalanya dengan kedua tangan kekarnya.

Seperti menahan suatu beban berat yang menimpa kepalanya.Ia melonggarkan dasinya hingga terkesan berantakan.Ia kembali duduk dikursi kerjanya yang sebelumnya ia berdiri menghadap jendela dilantai 27 itu.Dimeja kerjanya terdapat banyak berkas dan sedikit hiasan klasik yang menghiasi mejanya.Ia meremas beberapa kertas yang entah bernilai penting atau hanyalah kertas yang tak bernilai.

"Lena...tak akan kubiarkan kau lolos dariku lagi..kupastikan itu."ucapnya bergumam.

Tokkk..tokk..tokk..

Tiba-tiba suara pintu diruangan itu berbunyi.Tentu saja menandakan seseorang meminta izin untuk masuk rungan.Tak lama waktu berselang dari ketukan pintu itu,akhirnya pintu itu terbuka.Munculah seorang wanita cantik menggunakan pakaian khas orang kantoran berjalan mendekat ke arah meja kerja sang ceo perusahaan.

"sekertaris baru?"tanyanya dingin dan terkesan acuh dengan kedua bola mata yang masih fokus dengan berkas-berkas dokumen penting itu.

"iya pak.."

"ada perlu apa?"ucapnya dengan wajah yang terlihat angkuh,namun setidaknya pandangan matanya mulai beralih memandangi gadis itu.

"saya ingin menyerahkan berkas saya pak,dan saya ingin mengambil tugas terakhir ibu Claudia.."jawab wanita itu sambil menyerahkan beberapa lembar kertas.

"namamu grace?grace Quinn Anderson?"tanyanya dengan nada dingin.

"iya benar.."

"baiklah,bekerjalah dengan benar"

"terimakasih pak."

~~~~~~~~~~~~~~

Sore ini aku sedang menyuapi Azka makan di taman rumah sakit dengan selang infuse yang masih ada ditangan kanannya.

selama berada dirumah sakit,Azka sering menangis karena minta pulang,namun karena kondisinya yang masih dibilang belum stabil,maka Azka tidak diperbolehkan pulang.Selama itu pula,setiap Azka menangis pasti dokter Dennis yang selalu menenangkan Azka,mengajak bercanda anak itu bahkan ia sering memberikan Azka mainan-mainan.

Ku akui dokter Dennis benar-benar baik hati,sepertinya ia juga sangat suka kepada anak-anak.Aku sangat beruntung bisa mendapatkan dokter anak yang merawat Azka seperti dokter Dennis.

"ma..ma...mamam lagi,Azka laper.."seketika lamunanku langsung membuyar karena suara rengekan Azka.

"iya sanyang maafin mama,pesawat mau mendarat..ayoo buka mulutnya.."ucapku sambil memainkan sendok yang berisi nasi yang akan kusuapkan kepada Azka.

Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh tengkuk ku dari beakang.Aku yang kaget langsung menoleh kebelakang,dan kudapati seorang laki-laki berbadan tegap dan masih menggunakan setelan jas putih dokternya yang tersenyum manis kearahku.

"hai Lena.."sapanya dengan suara lembut.

"eehh dokter Dennis.."

"boleh aku duduk disini?"

"tentu saja boleh dok.."setelah dokter Dennis duduk disampingku,kami berdua malah terkesan canggung.Aku bingung harus membuka pembicaraan mengenai hal apa.

"doktelllll..."tiba-tiba suara cedal Azka memecahkan keheningan diantara kami.

"Azka mau digendong sama dokter?"ucap dokter Dennis sambil berdiri dan mulai menggendong Azka.

aku yang mellihat pemandangan seperti itu langsung tertegun.Terlintas diotakku akan penderitaan yang Azka akan hadapi.Disaat masa tumbuh dan perkembangan nya,ia sama sekali tak pernah merasakan sentuhan dari ayah kandungnya.Mungkin ini juga karena ke egoisanku.Tapi lebih baik seperti ini dari pada harus menyerahkan Azka pada laki-laki sialan itu.
Selang waktu beberapa menit,dokter Dennis menerima panggilan dari seseorang dan sepertinya itu mengenai keadaan pasien yang sedang dalam kondisi darurat.Makanan Azka pun juga sudah habis tak tersisa dan waktu yang sudah semakin sore,aku dan Azka pun memutuskan untuk kembali ke dalam kamar ruang inap.

Hujan pun turun dengan lebatnya,dan mengingat ini masih memasuki waktu musim hujan,udara disini juga semakin bertambah dingin.Jam di dinding sudah menunjukkan pukul delapan malam.Aku baru saja selesai menidurkan Azka.Mrs anne tadi pulang untuk mengurus bisnis kue nya dan belum kemari sampai saat ini.Sedangkan Grace juga masih belum pulang kerja.

Tiba-tiba suara pintu terbuka dengan kerasnya,masuklah seorang laki-laki memakai setelan jas kantoran lengkap dengan dua orang yang terlihat seperti bodyguard berdiri dibelakang sang pria tersebut.Aku yang shock langsung berdiri dan menatap nyalang mata laki-laki itu.Kenapa dia bisa tau aku ada disini?dua tahun lebih aku berusaha menghindarinya,dan itu membuahkan hasil.Dan apa yang terjadi saat ini benar-benar membuat perasaan takut yang dulu selalu kurasa terulang kembali.

Aku memundurkan langkahku dengan kedua kakiku yang terus bergetar hebat saat ia berjalan mendekat kearahku.Sementara kedua bodyguard nya berdiri di ambang pintu.Suasana yang hening menambah kesan ketakutan pada jiwaku yang saat ini memang benar-benar sedang mengalami ketakutan hebat.

Suara sepatunya menggema diseluruh penjuru ruangan ini.saat dia berhasil berdiri dihadapanku,dia menarik rambutku keras dengan tangan kanannya sehingga membuat kepalaku mendongak menatapnya karena tubuhku yang tidak setinggi tubuhnya dan ia juga menahan kedua tanganku kebelakang tubuhku dengan tangan kirinya.Inilah sifat aslinya,arogan,dingin,kasar dan acuh.Dia menatap bola mataku dalam.Seperti ada sebuah kebencian didalam sana.Tak mau kalah dari tatapanya,aku pun menantang matanya yang sebenarnya aku sendiri telah merasa ketakutan.

Ia mendekatkan bibirnya ke leherku dan berhenti di telinga kananku sehingga suara deru nafasnya bisa kudengar dengan jelas dan hembusan nafasnya yang terasa hangat dipipiku.

"sudah ku katakana padamu Lena,kau tidak akan pernah bisa lari dariku.."ucapnya sambil mempererat tarikan tangannya dirambutku.

Our Wrong WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang