Part 3

241 34 8
                                    

"Temukan satu orang yang kau anggap istimewa disini. Dengan begitu setidaknya kau akan termotivasi untuk terus datang untuk satu orang itu. Walaupun kau tidak benar-benar belajar." Kata Kepala Sekolah.

"Konyol." Kata Kenneth lalu keluar dari ruangan itu. Seseorang istimewa apanya, Aunt Thea memang selalu konyol, aku bahkan heran kenapa dia bisa jadi kepala sekolah. Pikir Kenneth. Kenneth kembali ke kelas, tapi posisi tempat duduk sudah berubah. Kenneth melihat kanan kiri, mencari tasnya, dan disana dia tepat di depan Cecily. Kenneth duduk didepan Cecily dan langsung merebahkan kepalanya ke meja. Mrs.Heat hanya menggeleng dan melanjutkan pelajaran.

Cecily melihat Kenneth yang tertidur, dan memutuskan untuk menendang kursinya. Kenneth terbangun dan menghadap belakang.

"Apa?" Tanya Kenneth kesal.

"Kau tertidur saat pelajaran." Kata Cecily.

"Apa pedulimu?" Tanya Kenneth.

"Aku sudah memperingatkanmu." Kata Cecily, tepat saat bel istirahat berbunyi. Semua murid keluar kelas, menuju kantin atau sekedar berkumpul di halaman belakang untuk ngobrol. Tapi Kenneth terpanggil keruangan guru.

"Apa pelajaran saya membosankan?" Tanya Mrs.Heat.

"Sejujurnya, ya." Kata Kenneth.

"Kalau begitu, kedepannya kehadiranmu tidak diharapkan dalam kelas." Kata Mrs.Heat.

"Gunakan bahasa manusia. Artinya aku tidak perlu datang ke kelas?" Tanya Kenneth.

"Tepat seperti itu." Kata Mrs.Heat. Kenneth mengangguk, lalu jalan keluar dari kantor guru dengan riang. "Saya belum selesai." Kata Mrs.Heat. Kenneth berhenti dan berbalik.

"Apa lagi?" Tanya Kenneth.

"Selama jam pelajaran saya, kau akan berada di perpustakaan dengan buku terbuka di depanmu. Dan kau akan belajar disana, dengan salah satu murid terbaik dari kelas. Tentukan pilihanmu." Kata Mrs.Heat.

Kenneth menghela nafas lalu keluar dari kantor guru dan menuju ruang kepala sekolah, atau lebih tepatnya ruang bibinya. Terukir nama Dorothea di kayu diatas meja kepala sekolah itu.

"Aunt Thea." Kata Kenneth.

"Ya?" Tanya bibinya itu.

"Jangan pura-pura tidak tahu, ini semua pasti ulah Aunt Thea, kan? Perpustakaan? Dengan seorang murid yang akan menjadi mentorku? Yang benar saja, apa tidak ada hukuman lain?" Tanya Kenneth.

"Aunt tidak menghukummu, Kenneth. Mrs.Heat yang menghukummu. Nah, apa masalahnya? Ini kesempatan bagus." Kata bibinya.

"Kesempatan bagus untuk apa?" Tanya Kenneth.

"Mengenal seseorang lebih dalam, kalau kau mengerti arah pembicaraan Aunt." Kata bibinya.

"Lagi tentang hal ini, sudah ku katakan Aunt Thea, tidak ada disini yang 'istimewa'. Aku bahkan tidak mengenal siapapun di kelasku." Kata Kenneth.

"Kalu begitu kenapa kau tidak kenalan? Pasti ada satu orang yang mau berbicara padamu." Kata bibinya.

Kenneth menatap bibinya, lalu duduk di kursi depan meja bibinya. Pikirannya kembali pada Cecily. Dari hari pertama sampai hari kedua ini hanya Cecily yang berbicara padanya. Bahkan saat itu tanpa sengaja, memeluknya. Kenneth menghela nafas. Bibinya berhenti menyusun kertas dan menatap Kenneth. Diam-diam bibinya tersenyum, mengerti arti kerutan di dahi Kenneth. Pasti ada seseorang yang sedang pikirannya.

"Kenapa kau tak memanfaatkan waktu satu setengah jam di perpustakan itu dengan orang itu?" Tanya bibinya.

"Orang itu?"

"Ooh, Kenneth, bibi tahu ada seseorang yang kau pikirkan." Kata bibinya.

"Yang benar saja." Kata Kenneth, lalu berdiri dan keluar dari ruang kepala sekolah saat bel tanda istirahat selesai berbunyi. Di pelajaran selanjutnya, membuat semua murid heran. Karena Kenneth tidak tidur, tapi tatapannya mantap ke depan. Sayangnya, pikirannya tidak, Kenneth terus memikirkan apa yang dikatakan Aunt Thea. Terdengar konyol, tapi masuk akal disaat yang bersamaan. Tinggal satu hal yang harus dilakukan sekarang, aku hanya perlu orang istimewa itu. Pikir Kenneth.

Cecily disisi lain terus mencatat apa yang ada di papan tulis. Selama beberapa jam pelajaran terakhir sebelum pulang, Kenneth tetap memandang papan tulis, kadang kearah jendela, terus bergantian. Bahkan Cecily juga heran. Bel pulang berbunyi, belajar dari kesalah sebelumnya Kenneth langsung mengemas semua barangnya, sebelum lampu lorong itu dimatikan

"Mdm.Dorothea dan Mrs.Heat pasti memberimu pencerahan. Kau tidak tertidur." Kata Cecily sambil mengemas barangnya.

"Mdm.Dorothea?" Tanya Kenneth.

"Kepala sekolah? Bukannya kau dipanggil ke ruang kepala sekolah pagi ini?" Kata Cecily.

"Oh, yeah aku tidak memanggilnya Mdm.Dorothea seperti kalian. Aku memanggilnya Aunt Thea." Kata Kenneth sambil berjalan keluar kelas.

"Aunt? Dia bibimu?" Tanya Cecily. Kenneth berhenti, dan berbalik.

"Katakan itu pada orang lain dan aku akan merobek mulutmu." Kata Kenneth lalu jalan pergi. Cecily menutup ranselnya dan keluar kelas menyusul Kenneth.

"Yeah? Kau akan merobek mulutku? Berarti ayahmu harus berurusan dengan Kepala Dewan sekolah." Kata Cecily.

"Dewan sekolah?" Tanya Kenneth.

"Oh, aku tidak memanggilnya Bapak Kepala Dewan sekolah seperti kalian, aku memanggilnya ayah." Kata Cecily. Lalu jalan lebih cepat di depan Kenneth.

"Ayah? Kau anak dari Kepala Dewan sekolah ini?" Tanya Kenneth. Cecily berhenti dan berbalik, membuat Kenneth juga berhenti.

"Katakan itu pada orang lain dan aku akan merobek mulutmu." Kata Cecily, lalu jalan pergi.

Tanpa sadar Kenneth tersenyum, bahkan supirnya saja heran kenapa Kenneth tampaknya dalam mood yang bagus hari ini. Biasanya tampangnya kusut dan hawa sekitanya menyeramkan. Tapi kali ini berbeda. Sampai dirumah Kenneth, langsung masuk kekamarnya.

Ayahnya, baru pulang kerja dan langsung menuju ruang makan. Orang tuanya sudah bercerai dulu saat Kenneth masih kecil, selama itu Aunt Thea sering berkunjung kerumah untuk menemani Kenneth. Ayahnya memanggil Kenneth untuk turun dan makan bersama, walaupun Kenneth menolak, tapi setelah tahu Aunt Thea datang, Kenneth langsung turun.

"Bagaimana sekolah?" Tanya ayahnya.

"Biasa saja." Kata Kenneth.

"Dad akan mencari sekolah lain, padahal Dad kira kau akan cocok di sekolah Aunt Thea-" Kata Ayahnya.

"Tidak!" Kata Kenneth memotong kalimat ayahnya.

Night StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang