Part 7

182 26 4
                                    

"Kubilang, dia.tidak.akan.pergi.kemanapun.denganmu." Kata Kenneth menekan setiap katanya.

Ethan menatap Cecily, "Kau sungguh menghabiskan waktumu dengan orang brandal seperti dia? Hanya karena penampilannya berubah?" Tanya Ethan tak percaya.

"Oh, jadi kau punya mata." Kata Kenneth. Membuat Ethan menatapnya tajam.

Cecily menarik Kenneth menjauh. "Kita pergi." Kata Cecily, lalu meninggalkan Ethan. Ethan kembali kedalam mobilnya dan meluncur keluar dari gerbang sekolah.

Mobil hitam Cecily sudah datang beberapa saat kemudian.

"Apa yang kau lakukan cari masalah dengan orang seperti Ethan?" Tanya Cecily.

"Aku tidak suka dia mengganggumu." Kata Kenneth.

"Yah, kalau kau mencari masalah dengan anak popular, kehidupan sosialmu di sekolah bisa hancur." Kata Cecily.

"Tapi kukira aku anak popular itu." Kata Kenneth sambli menyeringai. Cecily hanya menggeleng.

"Kau sekalian kuantar pulang?" Tanya Cecily.

"Tidak perlu, supir idiotku sebentar lagi datang." Kata Kenneth.

"Kalau begitu, sampai besok." Kata Cecily. Kenneth mengangguk.

Cecily masuk ke mobilnya dan mendapatkan ayahnya yang duduk di kursi penumpang depan.

"Dad?" Tanya Cecily memastikan.

"Well, sepertinya kau berteman baik dengan pemuda itu." Kata ayahnya.

"Ya, seperti itulah." Kata Cecily. Melihat kebelakang, tempat Kenneth berdiri tadi. Sepertinya dia juga sudah di jemput.

"Dengar, Cecily. Dad, akan pergi keluar kota selama beberapa hari. Setelah mengantarmu pulang, Dad langsung pergi. Semua baik-baik saja kan?" Tanya ayahnya itu.

"Ya, tentu saja. Aku mengerti." Kata Cecily.

---

Kenneth jalan menyusuri lorong rumahnya, saat dia bertemu ayahnya. Kenneth berhenti, dan menatap ayahnya dengan tatapan yang tidak pernah dilihat ayahnya.

"Kemarin." Kata Kenneth. "Aku bertemu dengan wanita itu."

Ayahnya, tidak menangkap maksud Kenneth. "Wanita itu?"

"Perempuan yang mengaku sebagai ibuku." Kata Kenneth.

"Apa yang dikatakannya?" Tanya ayahnya.

"Dia Tanya bagaimana keadaanku selama ini. Dan apakah Dad baik-baik saja." Kata Kenneth.

"Dan apa yang kau katakan?" Tanya ayahnya.

"Aku menyuruhnya pergi, tapi dia bersikeras. Jadi aku keluar dari rumah dan pergi ke lapangan basket. Tapi aku mendengarnya memanggil namaku. Aku berhenti. Dia bilang, dia peduli padaku, dan dia mau aku untuk duduk disampingnya dan mendengarkan penjelasannya. Aku berbalik dan membentaknya untuk tidap pernah datang lagi. Lalu aku lari ke lapangan basket itu." Kata Kenneth.

"Begitu rupanya." Kata ayahnya, lalu masuk ke ruang kerjanya. Kenneth menatap pintu ruang kerja itu cukup lama, sebelum dia masuk ke kamarnya.

Saat itu sudah malam ketika Kenneth mendengar sesuatu dari jendelanya. Kenneth membuka jendela, dan lihat di diluar. Cecily, dengan kerikil di tangannnya.

"Cecily? Apa yang kau lakukan?" Tanya Kenneth, penuh kebingungan.

"Turun!" Kata Cecily.

Kenneth sempat berpikir untuk memanjar pohon besar dekat jendelanya. Seperti di film, tapi akal sehatnya masih bekerja. Kenneth menutup jendela dan lari menuruni tangga.

"Bagaimana kau bisa tahu rumahku?" Tanya Kenneth.

"Ayahku, dewan sekolah. Ingat?" Kata Cecily.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Kenneth lagi. "Kenapa kau tidak mengetok?" Tanya Kenneth, seolah Cecily pencuri atau semacamnya.

"Yeah, aku tidak mau berurusan dengan ayahmu, atau supir pribadimu. Dengar, aku harus bicara denganmu. Ikut aku." Kata Cecily.

Mereka jalan ke lapangan basket, tempat pertama kalinya Kenneth menurunkan dindingnya.

"Jadi, apa yang mau kau bicarakan?" Tanya Kenneth.

"Tidak ada. Itu hanya supaya kau ikut." Kata Cecily.

"Kau membawaku kesini untuk tidak melakukan apapun? Ini sudah malam kalau tidak sadar, matahari sudah tenggelam." Kata Kenneth.

"Ayahku pergi keluar kota. Untuk apa aku dirumah besar, kosong, sendiri?" Kata Cecily, sambal menatap Kenneth.

"Aku tahu suatu tempat yang bagus." Kata Kenneth.

"Dimana?"

Kenneth tersenyum lalu, "ikut aku." Katanya. "Ada bukit, tempat yang biasanya aku datangi saat aku memikirkan ibuku, saat aku sedang tidak akur dengan ayahku, saat aku ingin sendiri. Tempatnya tidak terlalu jauh." Kata Kenneth sambal jalan, Cecily mengikuti dari belakang.

"Sepertinya tempat specialmu?" Kata Cecily.

"Yeah, bisa dibilang begitu." Kata Kenneth.

Mereka sampai, di bukit itu. Dari atas sini semuanya terlihat. Deretan rumah-rumah, lapangan basket itu, gang-gang kecil. Dan apa yang di atas mereka. Bintang malam. Bersinar terang, dan kuat.

Cecily tidak pernah melihat sesuatu yang begitu cantik sebelumnya. Tidak, bahkan cantik tidak bisa mendeskripsikan pemandangan seperti ini. Kenneth menatap Cecily, yang terlalu sibuk melihat sekitar sampai lupa akan kehadirannya. Bibirnya membentuknya senyuman, senyum aslinya. Mungkin bagi Cecily pemandangan yang membentang didepannya sekarang adalah yang hal terbaik yang pernah dilihatnya selama ini. Tapi bagi Kenneth, pemandangan terbaik yang pernah dilihatnnya selama ini adalah dia yang berdiri disampingnya.

"Okay, kau menakutiku. Berhenti menatapku seprti itu." Kata Cecily, menyadari Kenneth yang dari tadi menatapnya.

Kenneth berdeham. Lalu mengisyaratkan agar Cecily duduk. "Waktu aku kecil, aku percaya kalau kau memohon dengan hatimu pada bintang malam, keinginanmu akan terkabul." Kata Kenneth.

"Aku pikir, seharusnya pada bintang jatuh." Kata Cecily.

"Yeah, aku sedikit berbeda dari anak lain." Kata Kenneth. Cecily hanya tertawa ringan.

"Apa yang kau inginkan?" Tanya Cecily.

"Dulu? Bertemu ibuku, dan benar-benar mempunyai keluarga." Kata Kenneth.

"Sekarang?" Tanya Cecily.

"Keinginanku yang sekarnag sudah terkabul." Kata Kenneth, sambil tersenyum. Kau sudah duduk disampingku.

"Apa?"

"Disamping." Kata Kenneth.

"Apa?" Tanya Cecily lagi.

"Disamping." Kata Kenneth.

"Apa maksudmu disamping?" Tanya Cecily. Tapi alih-alih menjawab Kenneth malah tertawa karena Cecily tidak mengerti maksudnya. Cecily yang sedang duduk disampingnya.

Night StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang