Part 4

231 26 6
                                    

"Tidak!" Kata Kenneth memotong kalimat ayahnya.

"Apa?" Kata ayahnya bingung.

"Aku tidak mau pindah sekolah." Kata Kenneth, mengejutkan ayahnya bahkan dirinya sendiri. Kecuali Aunt Thea yang tersenyum.

"Dad kira-"

"Tidak, tidak perlu pindah. Lebih baik aku sekolah yang ada Aunt Theanya." Kata Kenneth, lalu cepat-cepat menghabiskan makan malamnya, dan menuju kamarnya.

"Kurasa ada sesuatu yang tidak kau katakana padaku, Thea?" Tanya Ayahnya Kenneth. Aunt Thea hanya mengangkat bahunya, tapi masih tersenyum. Pasti dia sudah menemukannya. Pikir Aunt Thea.

---

Cecily disisi lain, duduk di ruang keluarganya, sendiri. Ayahnya sibuk bekerja dirumah ataupun disekolah. Cecily tidak pernah mengenal ibunya. Ibunya meninggal saat melahirkannya. Dirumah luasnya itu hanya tinggal dirinya, Ayahnya, pembantu, supir dan seorang tukang kebun. Rumah ini terlalu luas untuk keluarga beranggotakan 2 orang. Cecily menghela nafas lalu jalan menuju kamarnya.

---

Kenneth sudah siap member jawabannya pada Mrs.Heat, tentang seseorang yang akan menjadi mentornya. Kenneth masuk keruang guru, dan jalan ke meja Mrs.Heat.

"Tentang siswa dari kelas yang akan menjadi mentorku di perpustakaan nanti." Kata Kenneth.

"Ah, ya. Siapa pilihanmu?" Tanya Mrs.Heat.

"Cecily." Kata Kenneth.

"Siapapun selain Cecily." Kata Mrs.Heat.

"Apa?" Tanya Kenneth tidak setuju dengan perkataan Mrs.Heat.

"Cecily, termasuk murid atas. Dia harus berada di kelas dan mempelajari hal baru." Kata Mrs.Heat.

"Kalau begitu aku tidak akan berada di pepustakaan saat jam pelajanmu berlangsung." Kata Kenneth.

"Sopan santun!" Kata Mrs.Heat tegas. Kenneth hanya terus berjalan kelaur dari ruang guru. Kenneth kesal, dan mendang-nendang loker, tong sampah, apapun yang bias ditendangnya. Lalu membanting pintu kelas. Kenneth jalan menuju atap sekolah. Dan tetap disana selama satu setengah jam pelajaran Mrs.Heat itu. Sampai bel istirahat siang berbunyi Kenneth masih tertidur di atap.

Cecily naik ke atap seperti biasa, Cecily disini 5 menit setiap hari hanya untuk menikmati udara. Konyol memang, tapi setiap orang butuh waktu untuk sendiri dan berpikir. Cecily jalan mendekati pagar, di dekat pagar atap itu ada kursi, kadang Cecily akan duduk di sana, tapi kali ini orang lain tetidur pulas. Kenneth.

Cecily mendekat Kenneth, wajah tidurnya tampak begitu damai. Berbeda dari Kenneth sadar yang tidak tahu sopan santun, dan menyebalkan. Cecily terus menatap Kenneth sampai dua mata itu terbuka.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Kenneth, cepat-cepat beranjak ke posisi duduk.

"Kau yang sedang apa. Ini tempatku." Kata Cecily, duduk disamping Kenneth.

"Sudah jam istirahat,ya." Kata Kenneth lalu berdiri dan jalan menuju tangga. Tapi Kenneth berhenti dan berbalik, "Kau tidak makan siang?" Tanya Kenneth.

"Wah, aku tidak tahu kau bias menanyakan suatu pertanyaan yang menunjukkan rasa perhatian." Kata Cecily. Kenneth langsung berbalik dan membanting pintu dan menuruni tangga. 5 menit kemudian Cecily turun dan jalan menuju kantin. Keadaannya tidak begitu mewah. Hanya ada meja, kursi, mesin minuman, dan beberapa ibu-ibu yang menjual makanan. Cecily mengambil bekalnya di loker dekat kantin dan mencari tempat kosong. Disamping meja Lacey dan Jenna.

"Lihat murid baru itu." Kata Jenna.

"Siapa? Kenneth?" Tanya Lacey.

"Ada apa dengannya?" Tanya Cecily.

"Dia tampak begitu merana, sendiri di meja yang muat 6 orang, di pojok." Kata Jenna.

"Kenapa kau tidak makan dengannya kalau begitu?" Kata Cecily.

"Woah, kau harus santai." Kata Jenna.

"Apa ini kecemburuan yang kucium?" Kata Lacey.

"Apa?" Tanya Jenna.

"Cecily menyukai Kenneth!" Kata Lacey.

Cecily tidak mengatakan apapun dan hanya menatap Lacey. "Kau, aku, Jenna dan semua orang dimuka Bumi ini tahu itu konyol." Kata Cecily.

"Yeah, Cecily tidak mungkin menyukai orang yang seperti Kenneh. Cecily suka orang yang seperti.." Kata Jenna sambil melihat sekitar. "Dia." Kata Jenna.

Cecily dan Lacey melihat kearah yang ditunjuk Jenna. Tentu saja, dia. Anak popular, bukan karena keahliannya dalam olah raga. Tapi karena kehaliannya dalam bermain musik, Ethan. Semua anak perempuan menyukainya. Bahkan untuk sesaat Cecily juga berpikir kalau dia manis.

Tapi suka dan naksir itu berbeda. Cecily hanya suka melihat Ethan bermain music, bukan menaksirnya. Saat kau mengatakan suka, itu hanya suka begitu saja. Tapi kalau kau mengatakan naksir, itu artinya kau mempunyai rasa ingin memiliki terhadap orang itu, seperti kau ingin memilikinya.

Cecily kembali menatap makanannya. "Yang benar saja, aku mungkin memang suka melihatnya tapi bukan berarti aku termasuk daftar perempuan gila yang memperebutkan posisi pacarnya." Kata Cecily.

"Tapi aku iya." Kata Lacey. "Lihatlah dia, baik, tampang menawan, memiliki jiwa music. Apa lagi yang kurang." Kata Lacey.

"Umm, dia idiot?" Kata Cecily membuat Jenna tertawa.

"Ok, itu kejam. Dia tidak idiot. Dia pintar, kau tidak tahu karena kau tidak sekelas dengannya." Kata Lacey.

"Kau juga tidak sekelas dengannya." Kata Jenna.

Cecily tidak mendengar sisa pembicaraan dua sahabatnnya itu, karena tatapannya terkunci pada Kenneth yang sedang menatapnya. Cecily mengalihkan tatapannya setelah beberapa lama kemudian. Apa yang baru saja terjadi? Pikir Cecily. Cecily cepat-cepat menghabiskan makan siangnya.

"Aku jalan ke kelas duluan." Kata Cecily. Kedua temannya mengangguk. Cecily mengambil kotak makannya dan menyimpannya kembali ke loker. Sesuatu menabrak Cecily saat Cecily berbalik.

"Ups, astaga aku tidak sengaja. Kau baik-baik saja?" Tanya orang itu sambil mengulurkan tangannya pada Cecily yang terjatuh.

"Aku baik-" Kalimat Cecily terhenti saat Cecily mendongak, dan menatap kedua mata orang yang sedang menguurkan tangan padanya. Ethan.

"baik saja." Kata Cecily, lalu berdiri tanpa bantuan orang itu.

"Kau yakin?" Tanya Ethan.

"Ya. Aku baik-baik saja." Kata Cecily lagi. Ethan hanya tersenyum sambil mengangguk kecil.

"Baiklah kalu begitu." Kata Ethan lalu pergi.

Cecily menatap punggung Ethan yang berjalan menjauhinya.

"Kau tahu? Tatapanmu seperti mengatakan kau ingin menciumnya saat itu juga." Kata seseorang yang tiba-tiba melewatinya.

"Apa?" Kata Cecily berusaha menyamakan langkah kaki orang itu, Kenneth.

"Tatapan matamu seperti mengisyaratkan hal itu." Kata Kenneth.

"Tidak mungkin, untuk apa aku menciumnya? Dan apa masalahmu dengan caraku melihatnya?" Tanya Cecily.

Kenneth berhenti, lalu menatap Cecily. "Tidak ada." Katanya, dingin dan tegas

Night StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang