Part 5

183 30 0
                                    

"Tidak mungkin, untuk apa aku menciumnya? Dan apa masalahmu dengan caraku melihatnya?" Tanya Cecily.

Kenneth berhenti, lalu menatap Cecily. "Tidak ada." Katanya, dingin dan tegas. Cecily tidak bisa mengartikan maksud ekspresi Kenneth seperti itu. Sebaliknya Kenneth jalan kembali ke kelas dengan kasar, membanting pintu, lalu keluar lagi dan jalan ke ruang kepala sekolah.

"Apa ini menjadi kunjungan wajib?" Tanya bibinya.

"Tampaknya Mrs.Heat tidak mengizinkan orang itu menjadi mentorku." Kata Kenneth.

"Siapa?" Tanya bibinya.

Kenneth tampak ragu menjawab pertanyaan itu, "Cecily." Kata Kenneth.

Bibinya tertawa. "Tentu saja, kau meminta Mrs.Heat untuk menjadikan Cecily Carstairs mentormu?" Kata bibinya.

"Jadi nama belakangnya Carstairs?" Kata Kenneth. "Tunggu, benar-benar, dia anak kepala dewan sekolah?" Kata Kenneth.

"Ya! Dia anak yang brilian. Pantas saja Mrs.Heat tidak ingin Cecily menghabiskan waktunya untuk mengajarimu hal yang sudah dikuasainya. Dia harus terus mempelajari hal baru. Lagian Mr.Carstairs tidak akan setuju anaknya ketinggalkan pelajaran." Kata bibinya.

Kenneth mendengus sebal. "Kenapa kau tidak minta maaf pada Mrs.Heat dan kembali ke kelas?" Saran bibinya.

"Tidak segampang itu, Aunt Thea. Perempuan tua itu membuatku kesal, aku tidak akan minta maaf padanya, karena aku memang tidak membuat kesalahan apapun." Kata Kenneth.

"Panggil dia Mrs.Heat dengan sopan. Gunakan bahasa formal pada guru lain. Kau tidak mau pindah kesekolah lain kan? Turuti apa yang Aunt katakan. Sekali ini saja." Kata bibinya.

Kenneth tidak menjawab pertanyaan bibinya dan keluar dari ruangan itu. Jauh didalam pikirannya, Kenneth merasa apa yang dikatakan bibinya benar. Kenneth menghela nafas, mengacak rambutnya frustasi. Bel masuk berbunyi. Ini bukan pelajaran Mrs.Heat tapi Kenneth tidak datang ke kelas. Kenneth malah menelepon supirnya dan pulang.

---

Cecily menatap kursi kosong di depannya, apa aku melakukan sesuatu yang salah pada anak itu? Yang benar saja, apa masalahnya.

Cecily menggeleng dan mencoba untuk konsentrasi sampi jam pelajaran terakhir.

"Rupanya dia suka membolos juga ya." Kata Jenna.

"Kau begitu memperhatikannya belakangan ini." Kata Lacey.

"Hanya berpendapat." Kata Jenna.

"Kau menyukai Kenneth!" Kata Lacey sambil tersenyum lebar.

"Kau mengatakan itu pada semua orang." Kata Cecily. "Ayo pulang saja."

Cecily sampai dirumahnya, seperti biasa rasanya seperti rumah terlantar. Sepi, sunyi. Hanya seorang supir yang mengantarnya pulang, dan seorang pembantu yang menyambutnya pulang. Setiap hari selalu sama. Bahkan dalam sebulan mungkin Cuma beberapa kali, ayahnya punya waktu untuk Cecily. Rasanya seperti sekarat. Cecily menganti pakaiannya dan pergi ke lapangan basket tak jauh dari rumahnya. Bukannya untuk main basket, hanya tempat untuk duduk.

Cecily sampai di lapangan itu, seseorang sedang berada di lapangan itu. Bermain sendiri. Cecily tidak ingin mengganggu dan duduk di pinggir dengan diam. Entah kenapa, rasanya orang itu tampak familiar.

"Sial, sial sial." Umpat orang itu berulang kali. Sampai bola basket itu memantul dan mengenai kepalanya. Orang itu jatuh terbaring. Cecily bias melihat wajah oran itu dengan jelas. Kenneth, dia yang sedang disana. Wajahnya menunjukkan amarah, dan kebencian. Tapi disaat yang bersamaan, matanya memancarkan kerindudan. Seperti dia baru saja mengalami satu hal buruk, sangat buruk. Cecily terus mengamati Kenneth yang sekarang menutup matanya dengan lengan kanannya. Dan sesuatu menangkap perhatian Cecily, Kenneth sedang menangis.

Cecily ingin mendekati Kenneth saat itu juga, ingin menanyakan apa yang terjadi. Tapi kakinya tidak mau bergerak. Cecily hanya menatap Kenneth dari jauh, menunggu sampai dia berhenti menangis. Cecily terus duduk disana entah berapa lama, langit sudah mengelap. Hari sudah semakin sore.

Tiba-tiba Kenneth berdiri dan berbalik. Mendapati Cecily dan duduk dan menatapnya. Kenneth mendekati Cecily dan duduk disampingnya.

"Katakan hal ini pada orang lain dan aku-"

"-akan merobek mulutmu." Kata Cecily menyelesaikan kalimat Kenneth. "Sesuatu buruk terjadi padamu, aku bisa lihat itu. Aku bukan tipe orang yang senang membeberkan penderitaan orang lain dan menertawakannya." Kata Cecily. Kenneth menatap Cecily lalu kembali pada ring basket.

"Orang tuaku berpisah saat aku masih kecil. Selama bertahun-tahun aku tidak pernah melihat ibuku." Kata Kenneth. Cecily tidak mau menginterupsi Kenneth, Cecily mau tahu apa yang terjadi.

"Aku pulang setelah jam istirahat. Dan aku menemukan seorang perempuan, dia tampak cukup tua untuk menjadi ibuku. Dan memang benar, dia ibuku." Kata Kenneth, lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, dan menghela nafas. Kenneth menatap Cecily.

"Dia tidak menginginkanku, itu kenapa dia pergi. Dia sudah menikah pada laki-laki lain dan mempunyai anak. Dia datang untuk melihat keadaanku. Memastikan semuanya baik-baik saja." Kata Kenneth. Cecily menyentuh bahu Kenneth, entah bagaimana menurut Cecily itu dapat menenangkan Kenneth sedikit.

"Tapi aku tahu dia bohong. Kalau dia memang peduli dia tidak akan meninggalkanku. Dia berbohong." Kata Kenneth, suaranya bergetar. Cecily tidak tahu apa yang terjadi, tapi saat ini Kenneth beada dalam pelukannya. Akal sehatnya mengatakan tidak seharusnya Cecily memeluk Kenneth, tapi ini rasanya benar.

Untuk sesaat itu, rasa hangat dan kenyaman luar biasa menyelimuti Kenneth. Seolah pelukan Cecily memberinya kekuatan. Kenneth menarik nafas dalam-dalam dan menghebuskannya. Cecily merasakan bahu Kenneth yang gemetar tadi sudah kembali normal. Cecily melepaskan pelukannya.

"Umm, maaf, aku hanya-" Kata Cecily terbata.

Night StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang