I

1.9K 243 7
                                    

Aku mengikuti antrian yang tidak terlalu panjang seraya mengamati daftar menu di papan kapur yang terpatri didinding. Seorang wanita didepanku berbalik badan sambil meniup uap panas yang mengepul dicangkirnya, aku pun mengambil selangkah maju dan menarik keluar dompet dari dalam tas.

"Selamat sore, mau pesan apa?" tanya seorang barista perempuan, pria yang tadi menghilang ke balik pintu bertuliskan 'Staff Only'.

"Cappucino panas satu," jawabku.

Setelah membayar aku menduduki meja yang sebenarnya diperuntukkan untuk tiga orang, dengan tiga sofa mengelilingi satu meja kayu bundar. Aku mengeluarkan laptop dan headphone keatas meja.

"Satu cappucino panas," kata barista semula, ia meletakkan secangkir cappucino dihadapanku.

"Terimakasih." gumamku. Aku yang masih sibuk meluruskan kabel laptop yang berbelit akhirnya pun berhasil dan berjalan beberapa langkah ke stop kontak didinding. Disaat bersamaan seseorang tak sengaja tersandung kabel yang kuulur dan hampir saja terjatuh.

"Fluorine uranium carbon potassium!" gerutu orang tersebut. Aku menoleh dan mendapati anak lelaki yang tingginya tidak sampai seleherku.

"Apa?" tanyaku dengan dua mata melebar. Bocah tersebut menengadah.

"Lain kali hati-hati," sahut pria bercelemek merah yang kulihat tadi. Perkataannya bukan ditujukan padaku, melainkan pada bocah lelaki ini. Bocah tersebut memanyunkan bibir dan berjalan menjauh, sementara si pria justru berjongkok dan menancapkan kabel laptopku di stop kontak.

"Uh, terimakasih." kataku sambil menyelipkan rambut dibalik telinga.

Ia mengibaskan satu tangan sambil tersenyum, "Maafkan adikku, seharusnya ia melihat-lihat kalau sedang berjalan."

Aku mengangguk dan melihatnya berjalan menuju kasir untuk melayani pelanggan lain.

-

Setelah beberapa jam mengerjakan skripsi kedua mataku mulai perih dan telingaku mulai berdenyut karena kelamaan menggunakan headphone. Aku mematikan laptop dan memasukkannya kedalam tas.

"Kau mau pulang?" tanya pria yang tadi, ia membawa nampan dan sedang membersihkan meja bekas pelanggan lain.

"Iya, selamat malam." jawabku sopan.

"Selamat malam."

Diluar kedai kopi cuaca masih tetap sama, hanya saja warna langit beberapa tingkat lebih gelap sekarang.

"Tunggu!" teriak seseorang. Aku berhenti merogoh kunci mobil dari dalam saku dan menoleh pada bocah lelaki yang tadi. Ia berlari kearahku dan mengulurkan tangan, beanie ku digenggamannya.

"Oh, terimakasih." kataku, "Siapa namamu?"

Ia membenarkan posisi kacamatanya sebelum menjawab, "Tommy."

"Hai Tommy, namaku Suede." aku gantian mengulurkan tangan dan Tommy menjabatnya tanpa ragu.

"Aku harus pulang sekarang, sampai jumpa lagi kapan-kapan."

"Oxygen potassium."

"Apa?" kurasa aku salah dengar. Tommy tidak berkata apa-apa, hanya tersenyum dan berlari lagi kedalam kedai. Aku menegakkan tubuh dan melihat Tommy yang menghampiri kakaknya, ia tersenyum dan menunjuk padaku. Suara petir yang munculnya tiba-tiba membuatku terlonjak kaget, maka aku cepat-cepat memasuki mobil dan meninggalkan kedai kopi yang kemungkinan besar akan kudatangi lagi.

Suede. H.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang