VIII

1.7K 202 46
                                    

Maribel (Teman sekamar Lea)

"Lea," kataku begitu teleponnya tersambung.

"Maribel?"

"Gabe saat ini sedang makan siang di kantin bersama si jalang Hillary!" pekikku.

"TIDAK!"

"IYA!"

"Sial."

"Memang sial."

"Apa yang sekarang mereka lakukan?"

"Um, sebentar aku akan mendekat." Dengan langkah mengendap-endap aku berhenti ditikungan masuk dan mengintip ke meja Gabe dan Hillary.

"Tampaknya Hillary sedang mengoceh namun Gabe tidak berkata apa-apa."

"Ya, terdengar seperti Gabe." gumam Lea.

"Gabe baru saja menyentuh tangannya!"

"Apa? Tidak! Tidak mungkin, aku tidak percaya." bantahnya.

"Iya baru saja kulihat dengan mata kepalaku sendiri!"

"Ini buruk, lalu apa yang mereka lakukan sekarang?"

"Hillary tertawa dan Gabe tersenyum, mereka berdua makan. Ya Tuhan kurasa Hillary baru saja menyentuh kaki Gabe dengan kakinya," gerutuku sambil menggigit kuku jari.

"Apa kau yakin kau mengintip pasangan yang benar?"

"Tentu saja, aku bukan idiot."

"Ya Tuhan, mengapa aku merasa begini? Kupikir aku sedang berusaha melup--

"Harry,"

"Ya?" sahutku. Aku menoleh pada Elly yang melotot padaku seraya menunjuk telepon dengan dagunya. Kututup buku yang tengah kubaca dan mengambil gagang telepon dari tangan Elly.

"Halo?"

"Harry, hi."

Ya ampun.

"Suede? Ini kau?" tanyaku tidak percaya. Orang-orang di dalam kedai menoleh, rupanya pekikanku mengundang perhatian maka aku tersenyum meminta maaf pada mereka.

"Iya, siapa lagi memangnya?" jawabnya dengan tertawa kecil. Ini mungkin terdengar klise tapi rasanya lega sekali mendengar suaranya setelah beberapa hari, sempat kupikir sesuatu terjadi padanya namun untunglah ia menelepon.

"Kau dimana? Bagaimana kabarmu? Kau sudah menghilang selama tiga hari dan tidak memberikan petunjuk apa-apa, aku--"

"Hei, aku tidak bisa menjawab pertanyaan sebanyak itu dalam sekejap." selanya. Maka kuhela nafas panjang dan mencoba berbicara perlahan.

"Baiklah maafkan aku. Bagaimana kabarmu?"

"Baik,"

"Kau dimana sekarang? Dan bagaimana kau tahu nomor telepon kedaiku?"

"Aku mencarinya di Google." Bisa kutebak ia sedang tersenyum sekarang. Kupindahkan gagang telepon ketelinga kiriku dan berdehem.

"Kau dimana?"

"Aku tidak bisa memberitahumu."

"Mengapa begitu?" tanyaku bingung.

"Kan sudah kubilang kau yang harus menemukanku," godanya sambil tertawa lagi.

"Bagaimana aku bisa menemukanmu jika kau tidak memberi petunjuk." keluhku.

"Itu tujuanku menelepon, dengarkan baik-baik ya," terdapat jeda beberapa saat sebelum ia melanjutkan, "Besok pukul 21.00, dibawah Orion, dua puluh satu tingkat diatas tanah, Orchid."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Suede. H.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang