Tak terasa 4 bulan sudah Krystal bekerja di perusahaan ini. Kedekatannya dengan atasannya pun bukan lagi menjadi gossip di kalangan para pegawai namun sudah menjadi hal yang nyata dan jelas terlihat. Ben pun tak sungkan lagi menunjukkan perhatian-perhatiannya kepada Krystal. Walaupun itu hanya perhatian kecil, namun sangat berarti untuk Krystal. Seolah-olah Krystal menemukan sosok kakak, sahabat dalam diri Ben yang selama ini tak pernah didapatkannya dari Zico. Dengan Ben pula, hari-hari Krystal yang tadinya hanya dipakai untuk bekerja dan melupakan masa lalu sekarang lebih berwarna. Dia menjadi gadis yang dulu lagi, periang dan murah senyum. Satu hal dari itu semua, sebenarnya ada yang kosong di hati Krystal. Masih ada nama Zico di hatinya. Nama yang sudah terpatri jauh di dalam hatinya. Karena hal itu pulalah, Ben seolah membatasi diri untuk tak masuk lebih dalam ke kehidupan Krystal. Ben menempatkan dirinya sebatas seorang sahabat, kakak untuk Krystal. Karena untuk saat ini, hanya itu yang diperlukan Krystal.
Dari Ben pula, Krystal mulai bisa belajar untuk mengikhlaskan seseorang di masa lalunya. Dia memilih berdamai dengan masa lalu. Karena dengan hal itu membuat bebannya lepas. Dia yang tadinya tak memiliki tujuan hidup dan tak lagi merasa bahagia, kini tujuan hidupnya hanya satu, menikah kemudian hidup bahagia.
"Krystal, tolong kamu siapkan materi presentasi perusahaan kita. Tolong juga hubungi Ibu Eva dan Pak Hamid. Klien kita dari Jakarta segera datang. Dimohon mereka untuk segera berada di ruang meeting. Terima kasih yaa. Ahh, dan satu lagi, kamu ikutan. Mengerti?"
"Siap, pak. Semua sudah saya jalankan sedari pagi. Sekarang saatnya Bapak untuk segera pergi ke ruang meeting. Terima kasih banyak, pak." Tak lupa senyum manis selalu dia sematkan untuk mengejek Ben karena melupakan jadwal hari itu.
Entah mengapa hari itu debaran jantung Krystal berdetak cepat. Seperti pertanda akan ada sesuatu hal yang terjadi. Entah apa, Krystal pun tak tahu. Dan hal tersebut baru dia ketahui saat memasuki ruang meeting bersama Ben.
Tuhan, kenapa aku bisa bertemu dengan dia lagi disini. Kamu pasti bisa, Krystal. Kamu pasti bisa. Berdamai dengan masa lalu. Pasang senyum cantik, Krystal.
Ya, meeting kali ini membahas rencana kerja sama antara perusahaan Ben dan Zico. Demi apapun yang ada di dunia ini. Ben hanya bisa melotot tajam, kaget mendapati seseorang yang akan menjadi rekan bisnisnya kali ini. Dia orang yang datang kembali dari masa lalunya.
"Terima kasih banyak, atas pertemuan hari ini. Untuk selanjutnya, tim kami akan segera menghubungi bapak jika design yang bapak ajukan sudah selesai kami buat sketsanya"
"Sama-sama, pak Ben. Senang bekerja sama dengan perusahaan ini. Semoga permintaan kami bisa segera dikerjakan oleh tim bapak"
Pandangan mata Zico beralih kepada Krystal. Sedangkan yang ditatap berusaha menyibukkan diri dengan notulen rapat beserta teman-temannya.
"Hai, Krystal, kamu apa kabar?"
Tenang, Krystal. Tenang. Ingat dia sudah berkeluarga, dan kamu sudah berdamai dengan masa lalu. Angkat wajahmu, tunjukkan senyum manismu.
"Selamat siang, bapak Zico. Kabar saya baik. Terima kasih sudah bertanya. Kalau begitu, saya permisi dulu. Mari pak Zico, pak Ben."
Ternyata rasa sakit itu masih ada. Sesakit itukah kamu dulu ketika aku mendiamkan dan menghiraukanmu? Masih adakah kesempatan untukku untuk bisa bersamamu? Aku tak ingin yang lain, aku hanya ingin kamu. Apa yang harus kulakukan untuk kembali mendapatkan hatimu?Zico masih memandang punggung Krystal hingga menghilang di balik pintu ruang meeting. Pandangannya kini beralih pada Ben, tak menyangka Krystal bekerja bersama Ben. Seolah dunia ini hanya berputar pada rute yang sama. Dia juga tak menyangka Ben Ravano adalah Ben yang sama. Setelah menghilang bertahun-tahun dia kembali bertemu pria brengsek ini.
"Apa kabar?" tanya Ben.
"Sangat baik kalau kamu tak berusaha mendekati Krystal."
Senyum asimetris terukir di bibir Ben, kini dia ingat kenapa dia tak asing dengan nama Krystal.
"Wow, super posesifnya bapak Zico ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dermaga Masa Lalu
RomanceKamu tak perlu menjauh Tetaplah di situ Aku tahu caranya mundur Walau hatiku hancur Mungkin kita bahagia di cerita yang berbeda Biarlah takdir yang bercerita