BAB SATU

5.4K 323 37
                                    

RONI menatap langit-langit kamarnya dengan mata membelalak. Keringat dingin mengucur deras membasahi kemejanya. Jantungnya berdebum kencang dan tangannya bergetar ketakutan.

Hanya satu hal yang bisa membuat seorang Roni Siswanto jadi begini : Mimpi buruk.

Lebih tepatnya mimpi buruk yang selalu berulang. Biasanya mimpi itu hanya datang di tanggal tertentu, tapi setelah kedatangan Elena mimpi itu semakin sering terjadi.

Kalau sudah begitu, Roni hanya bisa merangkak ke lantai. Karena setelah mengalami mimpi sialan itu, berjalan saja dia tak mampu.

Setelah menenangkan diri selama hampir setengah jam di lantai keramik kamarnya yang sedingin es, Roni akhirnya bisa berdiri walaupun agak sempoyongan.

Teman-temannya tidak ada yang tahu masalah ini. Mereka pernah melihat Roni tertidur di atas meja dengan wajah pucat, tapi Roni hanya diam saat ditanyai.

÷÷÷÷÷

Roni keluar dari kamarnya dan mendapati Elena yang sudah sibuk membuat makanan di dapur. Roni melihat ke sekeliling

"Yang lain belum bangun ya?"

Elena berjengit dan langsung menoleh kebelakang, mendapati Roni yang duduk di kursi sambil tersenyum.

"I...iya, yang lain belum bangun" sahut Elena sambil mencoba menenangkan jantungnya yang hampir melompat saking kagetnya.

"Santai saja Elena. Kau sedang membuat apa?"

"Mie goreng, kau mau?"

"Boleh juga!" Sahut Roni semangat. Mie goreng selalu bisa membuat moodnya kembali.

÷÷÷÷÷

Roni baru selesai menghabiskan makanannya ketika Budi, Eko, dan Ren masuk kedapur dengan wajah kusut.

"Hei kalian kenapa?"

Budi memasang kacamatanya dan menatap Roni "Ini karena Rinka" sahutnya gusar

Eko mengangguk "Kayaknya sih dia lagi PMS"

Roni mengernyit "Rinka kenapa?"

"Dia membangunkan kami dengan cara paling tidak manusiawi yang saat ini mungkin baru kami yang mengalami" sahut Ren dengan nada dramatis ditambah wajah gusarnya

Roni dan Elena berpandangan. Keduanya tak paham soal apa yang dibicarakan mereka bertiga.

"Apa maksud kalian?" Tanya Roni dan Elena bersamaan

Budi menghela nafas, dengan berat hati dia mengatakan hal yang dilakukan Rinka pada mereka bertiga

"Rinka menekan terompet gas di telinga kami"

÷÷÷÷÷

Tawa Roni dan Elena menggema keseluruh sudut di dapur. Sedangkan Budi, Eko, dan Ren hanya bisa merengut sambil mengaduk-aduk makanan mereka.

"Kalian bertiga harus mengecek telinga di dokter nanti" ucap Roni disela tawanya "kalian tak mau tuli di usia muda kan?"

"Bisa dipastikan itu adalah cara paling tidak manusiawi yang pernah kudengar" sahut Elena "mestinya masuk rekor MURI"

Keduanya tambah tergelak hingga Rinka dan Kirana masuk bersamaan dengan wajah tanpa dosa.

"Hai Roni, Elena" sapa Rinka sambil tersenyum manis

Kirana mengambil duduk disamping Ren membuat Ren dan yang lain terheran-heran. Tak biasanya Kirana mengambil tempat duduk disamping Ren, seringkali di sebelah Roni atau Rinka.

"Hei, di permukaan ada kasus baru" cetus Kirana tanpa menghiraukan pandangan yang lain padanya.

"Benarkah?!" Tanya Budi wajah kesalnya sudah berubah bahagia.

"Wah semangat sekali!" Ucap Elena

Eko menyeringai "Budi sih kalau udah ada kasus, dia berubah menjadi Bulldog"

"Sialan kau Eko!" Sahut Budi sambil mengacungkan tinju yang diiringi oleh gelak tawa yang lain.

"Omong-omong, kasus apa Kirana?" Tanya Ren

"Kali ini penculikan" balas Kirana sambil menunduk.

Rahang Roni mengeras, wajahnya menggelap, tangannya mengepal kuat hingga jari-jarinya memutih.

Yang lain hanya memandangnya iba, kecuali Elena yang tak tahu apa-apa.

"Jadi....siapa yang akan mengambil kasus itu?" Tanya Rinka dengan nada bergetar.

Roni mengangkat tangannya

"Aku"

÷÷÷÷÷

TO BE CONTINUED....

Haleoo !!

Ini lanjutan dari Human Puppet. Btw, saya baru tiga bab di draft jadi saya baru update lagi setelah bab di draft udah mencapai enam.

Vommentnya ditunggu !!




My Wild Partner (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang