ELENA MENATAP RONI DENGAN TATAPAN tak percaya.
"Tak kusangka....kita terjebak lagi" Ucap Elena pelanRoni mengangguk lesu "ya"
Elena ikut membaringkan kepalanya di samping Roni. Saat dia akan menjauhkan tubuhnya, Roni malah mendekatinya.
"Kenapa kau menjauhiku?" Tanya Roni, nada suaranya terdengar pasrah.
"Aku tak mungkin menjauhi seseorang kecuali kalau orang itu yang duluan menjauhiku" balas Elena dengan sengit
Roni mengernyit "jadi kau marah?"
Elena mendelik "Huh!!"
Tiba-tiba lampu di ruangan itu padam. Membuat situasi gelap gulita. Roni dengan reflek, menarik Elena. Mengurung gadis itu dalam pelukannya.
Pintu besi di depan mereka terbuka. Menimbulkan suara deritan yang mengerikan. Sesosok pria bertopeng vedetta masuk ke dalam sambil membawa sebuah tali. Tali yang terbuat dari kulit.
Roni berteriak nyaring saat tali itu mendarat di kulitnya.Rasa sakit dan panas yang tajam menusuk tubuhnya. Membuatnya tak kuasa menahan teriakan.
Master Puppet tertawa keras sambil terus mencambuki punggung Roni, Roni sendiri tak bergerak demi melindungi Elena. Gadis itu bergetar ketakutan, bahunya serasa membeku dan kakinya sudah selemas agar-agar.
Sampai akhirnya, Master Puppet berhenti mencambuki Roni dan keluar dari ruangan itu tanpa berkata apapun.
Lampu ruangan kembali menyala.Roni melepas pelukannya. Punggungnya menjerit kesakitan dan kepalanya serasa dihantam palu godam.
Elena mengusap kening Roni yang berdarah dengan saputangan biru malamnya.
"Jangan, nanti kotor" ucap Roni
Elena menggeleng "tak masalah, bisa dicuci kok"
"Bukan itu maksudku. Tapi..."
Elena meletakkan jari telunjuknya di bibir Roni "Jangan salahkan dirimu atas kejadian di masa lalu. Tak ada gunanya menengok kebelakang, yang ada kau hanya akan semakin terluka"
Roni terdiam, matanya membelalak "kau sudah tau semuanya?"
Elena mengangguk "kecuali satu hal"
"Apa itu?"
"Bisikan Zikri"
÷÷÷÷÷
Roni melepas kemeja yang dipakainya. Kemeja biru itu sudah penuh dengan debu dan darah. Elena hanya bisa meringis saat melihat banyaknya luka memar dan gores yang ada dipunggung Roni.
Elena mengeluarkan tas kecil dari balik roknya. Benda itu terbuat dari kain dan berisi obat-obatan.
Elena mengambil kapas, pinset, dan sebotol kecil alkohol dari dalam tas.
"Aarrgghh!!" Roni berteriak saat Elena menyapukan kapas berlumur alkohol dilukanya. Tangannya mencengkeram kasur erat-erat.
Elena kembali menyapukan kapas, dan Roni berteriak lagi. Meski kali ini lebih pelan. Hal ini terus berulang hingga semua lukanya selesai diobati.
÷÷÷÷÷
Elena mengumpat dalam hatinya saat Roni mengetatkan pelukannya. Lelaki itu begitu keras kepala!! Dia bersikeras untuk terus memeluk Elena sampai besok. Tapi gadis itu lebih memilih pelukan (walau memalukan) dibanding mati penasaran karena Roni baru akan menceritakan semuanya besok.
Walau Elena terlihat bersabar, tapi pada prakteknya tidak. Dengan sengaja (ditambah seringaian setan), Elena meremas luka lebam di bahu Roni dengan kekuatan yang mampu membuat Roni "bernyanyi" sopran. Lelaki itu berteriak kesakitan, dan mengeluarkan kalimat-kalimat umpatan yang tentunya ditujukan pada Elena.
Elena tersenyum sendiri saat mengingat hal itu. Dan senyumannya berhasil membangunkan Roni.
"Hai Elena, apa yang membuatmu terbangun malam-malam begini?"
Elena mendongak dan mendapati wajah Roni yang jaraknya tak sampai sejengkal. Bahkan saat ini tubuh keduanya saling menempel bagaikan cacing yang sedang bereproduksi.
"Ti. Tidak ada, lanjutkan saja tidurmu"
Roni menggeleng "aku tak bisa tidur"
"Kenapa?"
"Aku tak tau, mungkin karena ada kau disisiku"
Hati Elena serasa mengembang hingga Roni melanjutkan kata-katanya
"Yang menggangguku"
÷÷÷÷÷
TO BE CONTINUED....
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wild Partner (END)
Action(Underground Bullet case:01) Elena Grimm sudah sebulan tinggal di underground bersama para member UB. Tapi tetap saja dia tak bisa membaur dengan Roni. Terutama karena lelaki itu seperti membencinya. Disisi lain, Roni harus menghadapi partnernya-ya...