Part 7

1.4K 71 1
                                    

Hai, promosi dulu sebentar ya! Jangan lupa untuk baca cerita terbaruku ya! Judulnya 'Never be Alone'. Bisa kalian cek di profileku! And, jangan lupa juga untuk tinggalkan vote+comment kalian yaaa! Danke.

***

Rena mempercepat langkah kakinya. Tidak peduli dengan tatapan heran yang diberikan kepadanya. Ya, dia langsung pergi kerumah sakit dengan masih menggunakan piyamanya. Dan, dia juga menyetir sendiri mobil tanpa sepengetahuan Mamanya dan Kak Rani. Rena menatap keujung lorong itu. Dia melihat Om Andy dan Tante Friska dengan wajah sedihnya memandang kearah pintu ruangan itu. Rena berjalan mendekati mereka.

    "Om, Tante...Raka kenapa lagi?" tanya Rena pelan.

    Tante Friska langsung memeluk Rena. Rena dapat merasakan air mata Tante Friska yang jatuh. Hatinya merasa sangat takut. Orang yang sangat dicintainya sedang berada didalam ruangan itu lagi.

    Raka...kenapa kamu harus kayak gini lagi? Aku takut, Sayang, batin Rena sambil menahan air matanya agar tidak jatuh.

    "Raka pasti kuat, kan, Tante?" tanya Rena pelan. Tante Friska tidak menjawab pertanyaan Rena, tetapi dia malah semakin menangis.

***

Rena menatap laki-laki yang dicintainya dengan sedih. Banyak alat-alat medis yang melekat pada Raka. Wajah Raka pun semakin pucat dari biasanya. Rena mengaitkan tangannya dengan tangan Raka.

    "Raka...kamu harus sadar, Sayang. Aku takut. Aku gak mau kehilangan kamu, Sayang," ucap Rena pelan.

    Sejak tadi malam, dia belum pulang kerumahnya sama sekali. Dia tetap berada diruangan ini, menatap wajah laki-laki yang dicintainya yang tengah tertidur. Matanya sudah memerah karena lelah, mengantuk, dan menahan tangis. Dia hanya mandi dan berganti baju saja. Itu juga karena Kak Rani yang membawakan baju Rena dan memaksanya untuk mandi.

    "Hei, kamu itu nyebelin tau gak? Kenapa, sih harus terus tidur? Aku benar-benar kangen sama kamu, Sayang. Besok mungkin aku akan bolos sekolah lagi, seperti diriku yang dulu. Tapi, aku bolos bukan karena aku ingin ke toko buku atau bazar buku. Aku bolos karena pengen ngejagain kamu. Aku tahu mungkin kamu gak suka, tapi aku gak peduli," kata Rena lagi.

    Tidak ada sahutan yang terdengar. Hanya terdengar mesin detak jantung yang berada disebelah kanan Raka. Lagi-lagi Rena tersenyum miris. Merasa lelah, akhirnya dia pun tertidur disamping tempat tidur Raka.

***

Sudah tiga hari Rena membolos. Dan, dengan sangat terpaksa dia pun besok harus sekolah karena paksaan dari Fany. Selama tiga hari ini juga, Rena selalu berada dirumah sakit. Berharap Raka segera sadar. Rena membuka pintu kamar inap Raka. Duduk dikursi sebelah tempat tidur Raka.

    "Hei, sudah 3 hari loh kamu gak bangun-bangun. Kamu gak kangen, ya, sama aku?" ujar Rena pelan.

    Tiba-tiba tangan Raka bergerak-gerak. Rena tersenyum senang. Dan, tak lama kemudian, mata Raka perlahan terbuka. Rena langsung memeluk Raka dengan senang.

    "Hai, Sayang," sapa Raka lemas.

    "Hai, aku kangen...," balas Rena sambil tersenyum senang.

    Raka membalas senyuman Rena. Rena segera memanggil dokter. Tak lama, dokter pun datang dan dia terlihat sangat senang karena Raka sudah sadar. Dokter itu segera memeriksa keadaan Raka. Setelah berbincang sedikit dengan mereka, dokter itu segera keluar dari ruangan itu.

    Rena menatap Raka dengan senang. Akhirnya, Raka bangun juga dari tidurnya.

    "Kamu gak sekolah?" tanya Raka sedikit heran. Ya, hari ini masih siang dan tentu saja belum waktunya untuk pulang sekolah.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang