Part 8

1.5K 80 4
                                    

Hai, promosi dulu sebentar ya! Jangan lupa untuk baca cerita terbaruku ya! Judulnya 'Never be Alone'. Bisa kalian cek di profileku! And, jangan lupa juga untuk tinggalkan vote+comment kalian yaaa! Danke.

***

Jadwal operasi Raka diundur karena harus menunggu Rena selesai mengurusi semuanya. Dan, operasinya akan dilakukan pada hari Sabtu minggu ini. Itu membuat Raka sedikit takut dan khawatir.

    "Kamu kenapa?" tanya Rena heran.

    "Gak apa-apa. Cuma agak takut dan khawatir aja, Sayang," jawab Raka.

    "Gak ada yang perlu ditakutin dan dikhawatirin, Sayang. Everything will be fine," ucap Rena sambil tersenyum lembut. Raka pun membalas senyuman Rena yang selalu bisa membuatnya tenang kembali.

***

"Kamu serius ingin melakukannya, Sayang?" tanya Tante Friska pelan.

    "Iya, aku serius, Tan. Aku bakal tetap jadi pendonornya Raka kecuali ada yang cocok juga sumsum tulang belakangnya dengan Raka maka aku tidak jadi mendonorkannya," jawab Rena sambil tersenyum.

    "Kalau Raka tahu bagaimana? Dia pasti akan menolaknya, Re," tanya Tante Friska lagi.

    "Raka pasti tahu, kok, Tan. Tapi, disaat dia tahu dia gak akan bisa menolaknya dan operasi itu akan tetap berjalan," jawab Rena.

    Tante Friska menatap Rena dengan tatapan yang sulit diartikan. Lalu, Tante Friska memeluk Rena dan mengucapkan terima kasih dan maaf lagi.

    Rena membuka pintu kamar inap Raka. Dia berjalan mendekati ranjang Raka lalu duduk dibangku yang berada disebelah kanan Raka. Rena tersenyum hangat pada Raka. Dan, Raka membalas senyumannya.

    "Ciee yang sebentar lagi bakal operasi. Gak sabar banget kayaknya," ledek Rena sambil tertawa kecil.

    "Rena! Kamu itu seneng banget nge-ledek aku, ya!" ucap Raka sedikit jengkel.

    "Hahaha, iya-iya maaf, deh...," kata Rena sambil tersenyum.

    Raka meminta Rena untuk berbaring di atas ranjangnya seperti waktu itu dan Rena pun menurutinya. Tubuh mereka saling berhadapan. Raka membelai lembut rambut panjang Rena.

    "Kamu kenapa, sih, Ka?" tanya Rena bingung.

    "Entahlah, aku semalam mimpi aneh atau mungkin juga buruk, ya pokoknya gitu, deh," jawab Raka sambil menatap lembut Rena.

    "Mimpi apa, Sayang?" tanya Rena lembut.

    "Mimpi kamu pergi dari hidup aku. Kamu menghilang setelah aku selesai operasi. Aku benar-benar takut, Sayang. Aku gak mau kehilangan kamu," jawab Raka pelan. Matanya meredup ketika mengingat mimpinya.

    Jantung Rena berdegup dengan kencang. Apa ini pertanda? batin Rena.

    Lalu Rena tersenyum menenangkan Raka. Rena memeluk Raka dengan erat dan Raka pun membalas pelukannya. Dia mengecup puncak kepala Rena dengan lembut.

    "Makasih, udah bikin aku kembali tenang, Sayang," ucap Raka sambil mengeratkan pelukannya.

    Rena hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sambil membenamkan wajahnya dipelukan Raka.

***

Raka berdoa dalam hati semoga operasinya hari ini berjalan dengan lancar. Tapi, dia sangat heran kenapa sejak kemarin hingga sekarang Rena tidak datang menjenguknya. Ketika dia bertanya pada orangtuanya, orangtuanya hanya menjawab tidak tahu dan meminta Raka untuk fokus pada operasinya.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang