Chapter 8

5.5K 268 7
                                    

Banyak langkah terambil. Akankah semua ini benar? Ketakutan merasuki jika nantinya semua ini berakhir pada penyesalan terdalam menghasut hitam membawa dalam kelam. Tertawalah miris. Untuk apa menyesali segala yang telah terpilih? Hanya orang bodoh mengharapkan waktu berputar ulang. Bertanggung jawab akan segala pilihan adalah tindakan pendewasaan yang paling tepat. -- Chaniello

Alven POV*

Demi Tuhan, Airin benar-benar sudah memutar balikan seluruh duniaku hari ini. Segala waktu, pekerjaan, otak juga jiwaku sendiri bahkan terasa kacau.



Shit, apa yang dia berikan padaku?



Langit mulai menggelap. Sudah lebih dari dua jam aku hanya mondar-mandir gelisah dilobby lantai dasar. Kalau bukan karena aku adalah atasan mereka disini, sudah yakin para pekerja akan sangat bosan melihat wajahku belum juga enyah.


Panggilan berkali-kali dari Nick sama sekali tidak perlu aku perdulikan. Mengindahkannya pun aku malas sekali. Yang jelas, aku ingin wanitaku kembali saat ini. Membawanya kedalam dekapanku, tidak boleh ada satupun yang bisa menyentuhnya. Hanya aku!



Membawanya pulang. Menyiapkan air hangat untuknya merendam kaki. Aku tau, heels membuat kaki para wanita berbekas merah juga menarik sarafnya hingga menimbulkan rasa pegal juga sakit. Anehnya, kenapa para wanita masih saja senang mengenakan benda sialan itu? Rela menghabiskan uang hingga ratusan juta untuk membahayakan kakinya.



argh, dasar wanita! kehidupannya memang sulit dimengerti oleh logika pria.


Kalau saja tiga anak titisan iblis itu benar datang kemari, aku harus benar-benar menyembunyikan Airin dengan handal. Karena kalau tidak, dua dari mereka pasti sudah mengambil kesempatan dalam kesempitan.


"Hey...Yooo!!!"


Aku mendengus melihat tamu tidak diundang sudah berada dihadapanku. Cengar cengir tak berdosa. "Kau mau membuatku mati muda, hah?"



"Begitulah, hingga kekayaan keluarga Franders jatuh kepadaku"




"You wish, Nick. Aku yang akan membunuhmu lebih dulu kalau begitu"



Nick menyeringai tak beres. "Big no, brother! Aku ini belum menikah, masa iya kau sudah berniat ingin membunuhku? Sudah mati banyak dosa, belum memiliki pasangan hidup pula. Yang ada, malaikat sudah menertawakanku lebih dulu"



Nah benar kan!




"Nikah mulu fikiranmu, memangnya ada wanita yang mau jadi pendamping hidup playboy cap hiu terbang sepertimu?" kurasa wanita satu-satunya diantara kami ini sudah mulai geram.

Be Mine? [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang