Chapter 2

54 1 0
                                    

"Apa yang sedang kalian lakukan disana?"

James dan Cassie terkejut dengan suara yang muncul dari pak kepala sekolah, Cassie melepaskan diri dari James. Sedangkan James memasangkan wajah cengiran andalannya, bersiap-siap untuk menerima kemarahan pak kepala sekolah yang sudah sering dinikmatinya.

"James Mason, 5 menit setelah ini, kamu harus sudah berada di ruanganku!"

*

"Kelas berapa murid yang kamu goda tadi?" tanya Pak kepala sekolah dengan amarah yang menjalar di seluruh tubuhnya.

James mengedikkan bahunya, tanda ia tidak tahu jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan pak kepala sekolah. Pak kepala sekolah menggelengkan kepalanya, memijit dahinya sebentar lalu menatap James.

"Kamu harus minta maaf dengan gadis itu." James mengernyitkan dahinya, gadis itu yang terpeleset lalu jatuh dalam dekapannya. Kenapa ia yang harus disalahkan?

"Ini bukan salahku, seharusnya dia yang salah." sekarang, Pak kepala sekolah yang mengernyitkan dahinya bingung, ia jelas melihat dengan matanya sendiri bahwa James mengejar gadis itu. Jadi, sekarang siapa yang perlu dan tidak perlu disalahkan?

"Dia yang salah, diater-,"

"Cukup, James!" Pak kepala sekolah menekan pangkal hidung dengan kedua jari, menatap jendela yang berada di sebelah lemari tempat letaknya buku-buku penting. Jason mengikuti arah pandang Pak kepala sekolah.

Ia bukannya tidak mau mengikuti apa yang disuruh oleh Pak kepala sekolah, ia sudah biasa menerima hukuman, bahkan menurutnya lebih bagus kalau dia mendapatkan hukuman karena dia bisa bebas dari pelajaran yang tidak disukainya. Masalahnya, harga dirinya yang di pertaruhkan sekarang!

"Lagi pula itu hanya pelukan biasa." katanya ringan.

"Ini lingkungan sekolah, minta maaf kepadanya atau peraturan yang saya terapkan kepadamu akan saya terapkan mulai hari ini juga." James menatap Pak kepala sekolah dengan bingung.

"Peraturan apa itu?"

"Kamu lupa?" tanya Pak kepala sekolah frustasi. James menganggukan kepalanya dengan bingung.

"Kamu mengerjai seorang gadis dulu, sehingga ia memilih untuk pindah sekolah," Ia menghirup udara sebentar sebelum melanjutkan, "Saat itu, kamu berjanji kalau kamu membuat masalah yang mengenai perempuan lagi, kamu akan mendapat hukuman."

"Dan hukuman apa itu?"

"Membersihkan toilet selama satu minggu." jawab pak kepala sekolah dengan cepat yang membuat James melototkan matanya.

"Apa?!"

*

"Aku minta maaf." Cassie menaikkan alisnya lalu menganggukan kepalanya dengan setengah hati. Cassie tidak mungkin menghindarinya kali ini, mereka sedang berada di hadapan Pak kepala sekolah.

"Kamu jangan nakal lagi ya." kata Pak kepala sekolah menepuk bahu James sebelum meninggalkan mereka berdua. Cassie memutar tumit untuk segera pergi dari hadapan James tetapi tertahan oleh pegangan James di tangannya.

Cassie menghembuskan nafas dengan gusar, "Ada apa lagi?" umpatnya dalam hati, ia berusaha untuk membebaskan tangannya dari cengkraman James, tanpa menghiraukan pandangan James yang dituju kepadanya.

"Kau kenapa?" tanya James dengan pandangan bingung, gadis ini merupakan gadis pertama yang menolaknya. Itu sungguh menyebalkan menurutnya, ia tidak terbiasa dengan penolakan dan gadis itu berhasil melakukan hal yang tidak di sukainya.

Cassie mendongakkan kepalanya karena tubuh jangkung James yang membuatnya harus mendongakkan kepala. "Pertanyaan itu seharusnya ditujukan kepada anda." kata Cassie  dengan datar, berusaha untuk tetap datar setelah mencetuskan kalimat itu. Sekuat tenaga ia menyembunyikan emosi yang muncul, ia tidak mau berurusan dengan pria di depannya.

"Oh iya, aku tidak sungguh minta maaf dengan mu tadi, itu hanya permintaan yang harus kulalukan." Cassie menghembuskan nafas dengan kasar, lalu membuang tatapannya dari James, menatap pandangan di belakang James.

James mengikuti arah pandang Cassie, menemukan kedua temannya yang sedang berjalan kearah mereka berdua. "Oh." James menatap Cassie kembali, sebelum ia membalas ucapan Cassie, kedua temannya memanggil namanya.

Kedua teman James menghampiri James dan Cassie. "Murid baru, pilihan yang tepat." bisik salah satu teman James-Aaron Griffon.

Cassie melepaskan tangannya, saat merasakan James melonggarkan genggaman tangannya. Ia meninggalkan ke tiga pria itu, menjalankan kakinya untuk segera pergi dari ke tiga pria itu. Belum beberapa langkah, Aaron memanggilnya yang membuatnya kesal.

"Hey, murid baru, kenapa kau sombong sekali?"

Sepertinya hidupnya setelah ini tidak akan aman, karena hidupnya setelah ini akan dipenuhi dengan omong kosong perkumpulan itu.

Oh, God.

*

Cassie menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidurnya, menatap dinding kamarnya yang sangat menarik untuk dilihat. Ponselnya berbunyi saat ia memejamkan matanya, ia mengambil ponselnya yang tergeletak di nakas.

"Cassie, Mom minta maaf ya." kata Mom dengan nada bersalah, seperti biasa Cassie menyikapi hal itu dengan santai.

"Iya." balas Cassie dengan singkat, hal ini sudah terjadi berulang-ulang kali, Cassie sudah sangat sering diperlakukan seperti ini. Menurutnya, buat apa berjanji jika janji itu akan diingkari?

"Mom lagi sibuk, nanti mom hubungi lagi ya." sambungan telepon terputus, menyisakan keheningan yang mendalam. Cassie menaikkan sebelah bibirnya, tersenyum miris akan kehidupannya. Tidakkah Mom dan Dad setidaknya mengerti dirinya? uang lebih penting daripada dirimu, pemikiran itu terlintas di kepalanya.

Ia menggelengkan kepalanya, berlanjut dengan tangisan yang memilukan. Tangisan yang ditahan pun keluar, tangisan yang sudah bersiap untuk turun pada pagi hari. Ruangan yang sebelumnya dipenuhi dengan keheningan, sekarang telah dipenuhi dengan tangisan. Ia menggigit bibirnya untuk menghentikan suara tangisannya yang justru lebih parah.

Tangisan penuh luka yang ia keluarkan saat ia sendiri, ia tidak mau para pembantu di rumah melihatnya dengan pandangan prihatin.

Setelah beberapa menit ia terisak-isak, ia pun terlelap di tempat tidurnya, menggantikan seluruh ingatan penuh luka dengan mimpi yang indah untuk sementara.

*

A little secretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang