Cassie mendengus saat menemukan teman-teman Austin di lapangan sepak bola, ia lupa kalau James termasuk dalam list teman Austin. Ia berusaha bersikap santai, berpura-pura tidak memperdulikan James yang sedang menjalankan kakinya untuk menyapanya dan Austin.
"Cassie?" tanya James dengan cengiran tercetak di wajahnya, ia tidak menyangka akan menemukan Cassie di lapangan sepak bola ini. Sebelumnya, ia memang mau mengajak Cassie untuk ikut serta tetapi ia tidak menemukan Cassie tadi saat ia pergi ke rumahnya.
Tapi, tunggu ... jadi saat tadi ia menunggu Cassie di teras rumahnya selama hampir 1 jam, Cassie sedang keluar dengan Austin? Seketika ia merasa kesal dengan Cassie. Tapi kenapa ia harus merasa kesal?
"Bro, kau tidak keberatan kalau aku membawa gadismu?" tanya James dengan lantang.
"Bukan ... Bukan, aku tidak memiliki hubungan apapun dengannya." jawab Cassie dengan cepat, gila ... ia tidak sebodoh itu untuk masuk dalam permainan James.
Setelah berbasa-basi sebentar, Cassie mendudukki sebuah kursi panjang yang tergeletak di pinggir lapangan. Pandangannya jatuh terhadap James yang sedang bercucuran keringat, buru-buru ia mengalihkan pandangannya saat James menatapnya dari jauh. James mendengus, tersenyum saat melihat Cassie yang pura-pura tidak melihatnya.
Dengan senyuman yang masih tercetak di wajahnya, ia mengangkat bajunya untuk mengelap beberapa keringat yang membasahi wajahnya, memamerkan tubuh atletisnya yang mengundang kaum hawa rela berdiam diri hanya untuk melihat pemandangan itu.
Tetapi tidak untuk Cassie.
"Dasar, pria penggoda!" bisiknya dalam hati.
*
Cassie membuka pintu kamarnya, menghembuskan nafas sebentar, ia meletakkan tas di nakas lalu membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil menatap langit-langit kamarnya.
Ia tidak menyangka, semenjak ia pindah ke sekolah barunya, ia menjadi dekat dengan kaum pria. Dulunya ia sangat anti dengan namanya pria. Bukannya ia tidak mau, ia hanya merasa takut. Seketika, pikirannya teringat kepada James, pria menyebalkan yang selalu menganggunya. Ia tersenyum selama beberapa detik lalu menggelengkan kepala.
Kenapa ia jadi memikirkan pria itu? Pria menyebalkan yang tak henti-hentinya menganggu dirinya.
"Kenapa wajahmu memerah?"
Err ... menyebalkan, James kira ia malu saat melihatnya bertelanjang dada di lapangan tadi padahal wajahnya selalu merah saat berada di ruangan panas. Tapi iya sih, siapa coba yang tidak malu saat melihat pria bertelanjang di depannya, kecuali pria itu bertubuh buncit. Ia terkikik dalam hati membayangkan jika James bertubuh buncit.
"Loh, kok jadi mikirin dia?" Cassie menggelengkan kepala untuk kesekian kali.
*
"Hey." panggil Austin, ia langsung menarik sebuah kursi disamping Cassie. Cassie menghapus pandangannya dari buku dengan menatap Austin yang berada tepat di sebelahnya.
Sejujurnya, Cassie lebih suka membaca buku dengan damai tanpa ada seseorang yang berada di sekitarnya. Tapi, bagaimana lagi tidak mungkin ia mengusir Austin. Lagipula ini perpustakaan sekolah, akan sangat lucu kalau ia tidak mengizinkan seseorang duduk disekitarnya.
"Hey." sahut Cassie dengan senyuman tercetak di wajahnya, lalu ia menatap buku tebal di depannya kembali.
"Kenapa belum pulang?" tanya Austin, jam pulang sudah lewat beberapa menit yang lalu, mungkin hanya beberapa murid yang masih berada di sekolah karena harus menyelesaikan beberapa tugas.
Cassie menatap jam yang terpampang di dinding dengan pandangan terkejut, sedetik kemudian dia menepuk jidatnya. Ia merogoh tasnya dengan buru-buru untuk mencari ponselnya. Austin pun menatap Cassie dengan pandangan bingung.
"Ada apa?" tanya Austin sekali lagi.
"Aku lupa pesan taxi." jawab Cassie singkat, ia masih tidak menemukan ponselnya di dalam tas. Padahal ia yakin ia tadi menaruh ponselnya di dalam tas.
Austin tertawa yang membuat Cassie kebingungan. "Kok ketawa sih?" Cassie memberhentikan pencariannya untuk mencari ponsel.
"Aku antar kau pulang." jawab Austin untuk membalas kebingungan Cassie.
Dengan cepat, Cassie menggelengkan kepalanya. Ia tidak mau merepotkan Austin lagi. "Kenapa? aku tidak keberatan." kata Austin.
Setelah ia menimbang-nimbang sebentar akhirnya ia mengikuti saran James, kalau dipikir-pikir sih memang lebih bagus tapi kan ia juga malu soalnya ini kan kedua kalinya Austin mengantar dirinya pulang.
Beberapa menit kemudian, mereka sudah berada di dalam mobil Austin. Ia menekan tombol power untuk menyalakan tape mobil sambil memfokuskan pandangan dengan jalanan.
Everything is blue
His pills, his hands, his jeans"Kamu suka dengar lagu Halsey ya?" tanya Cassie dengan nada yang penuh ketertarikan saat ia mendengar lagu Colors mengalun dari tape mobil Austin. Colors yang dinyanyikan oleh Halsey merupakan salah satu lagu kesukaannya dan lagu tersebut sangat jarang di sukai para gadis apalagi pria? Bukan aneh sih, tapi ia tidak menyangka, pria seperti Austin memiliki tipe musik yang sama dengannya.
And now i'm covered in the colors
Pulled apart at the seams"Lagunya sih boleh." jeda Austin. "Kakak aku sih yang suka sama Halsey." jelas Austin.
Everything is grey
His hair, his smoke, his dream"Serius?"
Austin menganggukan kepalanya dengan senyuman tercetak jelas di wajahnya. "Kamu beli albumnya dimana?" tanya Cassie penasaran. Ia mencari kemana-mana album idolanya tetapi ia tetap tidak menemukan albumnya.
"Di toko banyak kok." jawab Austin, senyuman masih tercetak di wajahnya. Ia tidak tau kenapa ia tersenyum, mungkin ia hanya merasa lucu dengan gadis disebelahnya.
Cassie mengerutkan dahinya, ia sudah berkeliling ke toko dan mall di kotanya tetapi ia tetap tidak menemukannya. Tidak semua sih, ia juga tidak terlalu hapal jalan di kota ini. "Besok kan libur, aku bisa mengantarmu untuk membeli album yang kau mau, bagaimana?" tanya Austin secara spontan. Seketika Austin memutar kepalanya untuk melihat Cassie yang sedang menatap jalanan di depannya. Astaga, ia bahkan tidak sadar saat menanyakan hal itu kepada Cassie tadi.
"Boleh sih." jawab Cassie dengan ragu. Untuk pertama kalinya, ia menerima tawaran seorang pria yang mengajaknya keluar. Ia sudah benar-benar berubah total sepertinya, bahkan ia baru kenal dengan pria ini selama errr... tidak sampai 1 bulan. Tapi, tidak mungkin ia menolak ajakan pria ini kalau ia memang sangat excited untuk album idolanya dan juga kalau ia menolak ajakan pria di sampingnya pasti pria di sampingnya merasa malu, mungkin? Tapi, sejak kapan ia pernah memikirkan perasaan pria?
Sepertinya ia harus di bawa ke psikiater.
KAMU SEDANG MEMBACA
A little secret
RomanceJika masa lalu menganggu masa depanmu, apa yang akan kamu lakukan? Menghindar atau menghadapi masa lalu?