Chapter 3

37 1 0
                                    

"Hei, murid baru?" Cassie berpura-pura, tidak mendengar bahwa ada yang memanggilnya.

Orang yang memanggilnya merasa kesal lalu dengan paksa ia menarik tangan Cassie dengan kasar yang menyebabkan Cassie hampir jatuh.

Cassie memutar bola matanya, saat melihat James dengan senyum tololnya. "Ada apa sih?" bentak Cassie dengan keras yang mengundang beberapa orang untuk melihat Cassie dengan pandangan penasaran.

James bukannya menjawab justru ia makin melebarkan senyumnya yang membuat beberapa gadis meleleh melihat seorang James tersenyum. "Kau kenapa?"

Cassie mengernyitkan dahi, menyipitkan mata seperti melihat cahaya yang menganggu penglihatannya. "Hah?" hanya kata itu yang tercetus dari bibir Cassie.

"Baiklah, aku mau kau berjanji denganku." untuk kedua kalinya, Cassie mengatakan kata yang sama kepada James. "Hah?"

Dengan lancang, James menyentuh pipi Cassie yang putih dan pastinya mulus, membuat Cassie tersentak dan berusaha mengelak tetapi sepertinya usahanya sia-sia karena James mulai mencubit pipinya yang membuatnya kesakitan. Ia menyipitkan mata, merasakan kesakitan akibat perlakuan James.

Sabar, sabar umpatnya dalam hati.

"Nah, begini dong." James melepaskan sebelah tangannya tetapi tidak melepaskan tangan kanannya yang mencengkeram pergelangan tangan Cassie.

"Berjanjilah kepadaku, maka aku tidak akan menganggu mu lagi." kata James dengan santai.

"Apa?"

"Jadilah temanku." Cassie menganggukkan kepalanya dengan cepat, terlalu cepat yang menimbulkan senyuman di bibir James.

James melepaskan pergelangan tangan Cassie lalu menjejalkan kedua tangannya dalam saku celana. Ia mengelenggkan kepalanya lalu tersenyum tipis. Ia tidak mengalihkan pandangannya dari Cassie sampai ...

"James, kamu kemana aja?"

Argh, Medusa itu lagi.

*

"Kamu tadi janji kalau enggak bakal ngangguin aku lagi." Cassie memutarkan bola matanya untuk kesekian kali, kenapa pria di depannya memiliki hobi untuk mengusik ketenangannya?

Emm, walaupun rupanya tidak buruk tetapi tetap saja.

"Aku ngerasa, aku ga pernah janji apapun." kata James dengan santai.

"Bisa ga sih, gak usah nganggu aku lagi?"

"Please?" James melengos, menertawakan dirinya sendiri. Ia juga tidak tau kenapa dia harus menganggui gadis ini. Namanya saja ia tidak tau.

Tetapi kalau ia bilang, ia tergoda untuk menganggui gadis ini, tidak masalah kan?

"Ngomong-ngomong, siapa namamu?" Cassie mengerutkan dahinya, pria ini sungguh menyebalkan, kenapa pria ini harus menganggunya? Ia sudah tidak mau dipermainkan lagi.

Dengan setengah hati, Cassie menjawab. "Cassie."

Sedetik kemudian, ponsel James berbunyi sebelum ia sempat mencerna balasan Cassie. James merogoh saku celananya, mengeluarkan ponsel berwarna silver dari saku celana.

"Aku lagi ada di gerbang sekolah."

Tidak ada kata sapaan, James langsung mengatakan keberadaannya dan menekan tombol merah sebelum Aaron membalas ucapannya.

"Jadi, nama mu Cassie?" James memasukkan ponsel-nya kedalam saku celana, lalu menjejalkan kedua tangannya kedalam saku celana.

Cassie menganggukan kepalanya, "Sudah?"

"Hah?"

"Apa lagi yang perlu kamu tanyakan? Aku sudah mau pulang."

"Mobil kamu mana?"

"Aku tidak bawa mobil."

"Loh, supir kamu?" Cassie menggelengkan kepalanya, ia memang tidak memiliki supir.

Ia hanya memiliki pembantu dan satpam rumah, dad tidak mau ada seorang lelaki single yang tinggal dirumah. Satpam rumahnya adalah istri pembantu rumahnya, jadi dad tidak perlu was-was dengan pria itu. Dan juga pria itu sudah bekerja dengan dad sejak dad masih remaja, tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan.

Dad takut ada hal yang tidak diinginkan terjadi kepada anak tunggalnya, jadi ia tidak mau menyewakan supir untuk mengantar-jemput Cassie. Sebenarnya, Cassie bisa saja menyetir ke sekolah tetapi ia belum cukup umur untuk memiliki sebuah sim.

James mengenggam tangan Cassie yang membuat Cassie tersentak dari lamunannya. "Ayo, aku antar." Dengan refleks, Cassie melepaskan tangannya dari genggaman.

"Tid-tidak perlu, aku bisa naik taxi." James menarik tangan Cassie kembali, mengenggamnya dengan erat karena takut kalau Cassie melepaskan genggamannya lagi.

"Tidak apa-apa, aku yang antar."

"Wahh, ada apa ini?" jerit Aaron dengan kencang saat melihat tangan Cassie dalam genggaman James.

Cassie melepaskan tangannya dari genggaman James untuk menghilangkan tanda tanya yang tertuju kepada mereka berdua, tetapi tenaga James tetap lebih kuat dari tenaga Cassie.

"Ron, Tin ini namanya Cassie."

"Cewek yang kemarin ya?" Austin menyipitkan matanya, cewek kemarin? jadi Aaron tau siapa gadis ini?

"Dia siapa ya?" tanya Austin lalu membetulkan letak kacamatanya yang menurun.

Aaron tersenyum lalu menepuk bahu James pelan, "Ini tuh cewek yang buat harga diri James turun."

"Maksudnya?" Austin masih tidak mengerti, tetapi setelah menerima tatapan akan aku ceritakan nanti dari Aaron, Austin menganggukan kepalanya.

Di lain sisi, Cassie masih tidak mengerti apa yang diucapkan oleh Aaron tetapi ia tidak repot-repot untuk mencari tau maksud dari ucapan Aaron.

James mengangkat tangannya yang sedang mengenggam Cassie. "Jadi, kesimpulannya kau pulang denganku."

Cassie hanya bisa menghembuskan nafas, ia tidak bisa berbuat apapun apalagi saat James merangkulnya.

A little secretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang